Jakarta – “Saya yakin kelas ini, yaitu kelas manajerial adalah kelas yang sangat penting karena disinilah tempatnya orang key influencers,” ujar Inspektur 7 Inspektorat Jenderal (Itjen) Kementerian Keuangan Robert Gonijaya saat memberi sambutan sekaligus membuka secara resmi acara Workshop Akselerasi Implementasi Unit Kepatuhan (AKSI UKI) angkatan I, Rabu (5/2) di Hotel Merlynn Park, Jakarta Pusat. Kegiatan ini diadakan oleh Itjen dan Badan Pelatihan dan Pendidikan Keuangan (BPPK) yang berlangsung selama tiga hari mulai 5-7 Februari 2014 untuk kelas manajerial angkatan 1, 2, dan 3.

Sebagai pembuka, Robert memberikan sebuah presentasi yang mengambil tema tentang perubahan budaya. Ia menjelaskan bagaimana melakukan sebuah perubahan ke arah yang lebih baik melalui pendekatan budaya. Robert juga menambahkan bahwa kelas manajerial ini adalah kumpulan orang-orang yang mampu menjadi key influencer atau memberikan pengaruh terhadap lingkungannya. “Bapak ibu sekalian adalah orang-orang yang diutus oleh kantor untuk kemudian menjadi orang-orang yang mengajak orang lain untuk melakukan perubahan,” ujarnya.

Inti dari rangkaian kegiatan di dalam Workshop AKSI UKI ini adalah pemberian materi yang bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang tugas dan fungsi UKI bagi pejabat eselon II dan III (kelas manajerial). Adapun beberapa rangkaian kegiatan yang diselenggarakan antara lain pemberian materi mengenai Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP), interaksi manajemen UKI dalam proses pemantauan, pengembangan budaya sadar resiko, sinergi informasi dan komunikasi, dan berakhir dengan materi bertemakan membangun trust.

Sebagai salah satu peserta workshop, Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) menempatkan 40 orang pejabat eselon II dan III, 9 orang di antaranya sebagai angkatan 1, 2, dan 3 yang mengikuti workshop tanggal 5 -7 Februari 2014 ini. Dengan adanya Workshop AKSI UKI ini, diharapkan dapat memberikan pengetahuan bahwa UKI pada dasarnya merupakan sahabat bagi manajemen dan seluruh pegawai. Selain itu, workshop ini berfungsi sebagai pengingat manakala ditemukan kelemahan dalam sistem pengendalian intern di dalam organisasi dan juga bermanfaat untuk menghindarkan organisasi dari hal-hal yang dapat mengakibatkan tidak tercapainya tujuan. (Pandu/Danny-Humas)