Dalam rangka membangun awareness terhadap perubahan iklim, diadakan ceramah current issue diklat DTSS Supervisor TIK DJKN tingkat Madya pada tanggal 27 Agustus 2013 yang mengambil tema pentingnya pemahaman tentang prinsip Green IT. Narasumber adalah Kasubdit Pengolahan Data dan Layanan Operasional Direktorat PKNSI Acep Irawan, yang pernah mengikuti kursus singkat di Australia tentang “Public Asset management and Valuation: Response to Climate Change” Diharapkan dengan pemaparan ini terbentuk kesadaran peserta terhadap isu perubahan iklim dengan mengambil pendekatan penggunaan perangkat teknologi informasi.
Berdasarkan pemaparan narasumber, banyak hal terjadi dan harus dihadapi dalam lingkungan hidup saat ini, misalnya kemacetan di kota-kota besar, polusi air, udara dan tanah, tekanan hidup akibat kebutuhan ekonomi dan beban kerja. Sisi lain adalah effek global yang tidak kita sadari namun terasa akibatnya, seperti: suhu bumi yang kian memanas, perubahan iklim, dan sampah elektonik yang perlu penanganan serius. Mengantisipasi kondisi tersebut, dalam paradigma pembangunan yang berkelanjutan dikenal konsep green/hijau. Dalam konsep ini, terdapat tiga pilar yang perlu menjadi perhatian yaitu pembangunan harus memberikan keuntungan secara lingkungan, ekonomi dan sosial masyarakat. Konsep “Hijau” pun merambah bidang teknologi informasi sehingga dikenal istilah Green IT atau green computing.
Terkait dengan perubahan iklim, narasumber menyampaikan bahwa perubahan iklim adalah fenomena yang selalu terjadi sejak kelahiran bumi. Namun demikian dapat dibedakan apakah hanya fenomena alam yang disebabkan oleh letusan gunung api, perubahan orbit dan aliran samudera; atau terkait dengan aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil, penggundulan hutan, dan pengolahan lahan pertanian. Fakta-fakta menunjukan bahwa penyebab utama dari perubahan iklim adalah perilaku manusia. Pembakaran bahan bakar fosil menyebakan terjadinya efek rumah kaca yang memicu pemanasan global. Hal ini terbukti bahwa berdasarkan data statistik, efek rumah kaca meningkat drastis sejak terjadi revolusi industri yang dimulai pada abad 17.
Green IT didefinisikan sebagai kajian dan praktik bagaimana penggunaan sumber daya Teknologi Informasi dengan cara lebih efektif, efesien, dan ekonomis. Terdapat tiga area kunci dalam Green IT yaitu energy efficiency, penanganan sampah elektronik, dan bagaimana penggunaan tehnologi informasi dapat membantu menyelesaikan persoalan lingkungan. Adapun, beberapa sebab kita perlu prinsip Green IT diantaranya : energi listrik yang dipakai oleh komputer sering mubajir misalnya saat komputer tidak dipakai; Cetakan printer pada kenyataannya sangat boros baik untuk mencetak konsep,berkas dan hasil akhir; komputer merupakan sumber polusi mulai dari perakitan, pengemasan, dan pembuangan; material komputer mengandung bahan berbahaya dan beracun.
Keterkaitan IT dalam kontek perubahan iklim adalah karena IT menggunakan energi yang cukup besar dalam opersionalnya. Sebagai ilustrasi energy listrik yang digunakan oleh sebuah perangkat komputer desktop (PC) menghabiskan 868 KW per tahun. Jika satu perusahaan menggunakan 20.000 PC, energi yang digunakan setara dengan 12,467 metrik ton gas karbon dioksida (C02). Gas karbon dioksida tersebut setara dengan emisi gas dari 2.384 kendaraan, atau komsumsi bahan bakar 28.994 barel, atau pengunaan listrik 1.619 rumah tangga selama setahun. Contoh perhitungan tersebut hanya dari satu perusahaan dan hanya perangkat PC, belum termasuk perangkat ikutan misalnya pendingin ruangan (AC) dan lainnya.
Untuk merealisasikan konsep green IT dilakukan pendekatan virtualisasi, power management, material recycling, dan telecommuting. Penggunaan teknologi virtualisasi dapat mengurangi jumlah server fisik karena hanya dibutuhkan satu server virtual untuk menggantikan beragam server, dengan demikian komsumsi daya hanya cukup untuk satu server. Penggunaan power management untuk perangkat IT baik PC, Storage maupun display dapat mengurangi komsumsi daya yang digunakan. Pelaksanaan proses daur ulang material komputer harus melalui tahapan proses yang ramah lingkungan. Penggalakan telecommuting yaitu prinsip kerja jarak jauh yang dapat mengurangi mobilisasi manusia. Pembatasan mobilitas manusia ini memberi keuntungan tidak hanya mengurangi kemacetan, komsumsi energy, tetapi juga kerentanan atas peluang kejahatan dan terorisme.
Merujuk pada kondisi DJKN saat ini, narasumber menyampaikan bahwa infrastruktur TIK yang sekarang sudah berjalan harus dapat dioptimalkan penggunaannya, terus dipelihara dengan baik keberadaannya, dan digunakan secara bijaksana sehingga perangkat TIK DJKN dalam pengoperasiannya memakai energi secara efektif. Jika hal tersebut terlaksana, maka DJKN turut mendukung upaya penangulangan perubahan iklim dari sisi penggunaan perangkat TIK yang efesien dan efektif. Pada akhir pemaparan, salah satu peserta mengharapkan agar materi kesadaran atas perubahan iklim dapat disampaikan di tingkat pimpinan yang memiliki kewenangan mengambil keputusan.