Jakarta – PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) “PT SMF”
melaksanakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan Tahun Buku 2020 pada Senin
(22/6) yang dilakukan secara hybrid di Kantor Pusat Direktorat
Jenderal Kekayaan Negara (DJKN), Jakarta. RUPS ini dipimpin oleh Direktur
Jenderal Kekayaan Negara selaku kuasa untuk dan atas nama Menteri Keuangan
mewakili Negara Republik Indonesia dalam kedudukannya sebagai pemegang saham perseroan.
Salah satu agenda rapat yakni persetujuan laporan tahunan dan pengesahan
laporan keuangan tahun 2020.
Direktur utama PT SMF
Ananta Wiyogo menjelaskan bahwa tahun 2020 bukanlah tahun yang mudah dan
merupakan tahun yang penuh dengan tantangan sejalan dengan adanya pandemi
Covid-19 yang berdampak pada berbagai industri di Indonesia. Oleh karenanya,
modal yang dimiliki perseroan menjadi tumpuan guna menghadapi tantangan yang
semakin berat tersebut. Namun demikian, perseroan tetap berupaya untuk memaksimalkan
perannya sebagai SMV melalui Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) serta
perluasan mandat yang nantinya dapat meningkatkan sektor perumahan baik dari
sisi pasokan maupun dari sisi permintaan.
“Berikut kami sampaikan
ringkasan kinerja perseroan khususnya kinerja utama perseroan. Dapat kami
sampaikan realisasi atas pencapaian sekuritisasi lebih tinggi dari yang
ditargetkan sebesar Rp631 miliar atau mencapai 105,17 persen dari target RKAP tahun 2020.
Dari penyaluran pinjaman realisasi mencapai Rp6,41 triliun (105,37 persen dari
target), sedangkan untuk pendanaan seperti penerbitan surat utang dan pinjaman
lainnya berada di bawah target sdikit yaitu sebesar Rp8,45 triliun (98,18
persen dari target),” terangnya.
Lebih
lanjut, Ananta menyampaikan ringkasan kinerja perseroan untuk kegiatan
penugasan khusus, yakni pertama, program penurunan beban fiskal pada program
fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP). Sebagai wujud pelaksanaan
peran perseroan sebagai Special Mission
Vehicle (SMV) Kementerian Keuangan, PT SMF turut serta dalam penurunan
beban fiskal dan bersinergi dengan Badan Layanan Umum Pusat Pengelolaan Dana
Pembiayaan Perumahan (BLU PPDPP) Kementerian PUPR dalam program KPR FLPP. Program
yang telah dilaksanakan perseroan sejak tahun 2018 ini merupakan dana pendampingan
porsi perbankan sebesar 25 persen untuk pembiayaan KPR yang ditujukan kepada
bank penyalur KPR FLPP sebagai mitra dari PPDPP.
“Target
pemerintah sendiri dalam penyaluran KPR FLPP adalah sebanyak 102.500 unit rumah
dengan capaian tahun 2020 sebanyak 109.253 unit rumah. Sampai dengan 31
desember 2020 pencairan pinjaman FLPP oleh perseroan dengan porsi 25 persen adalah
sebesar Rp1,5 triliun untuk 44.157 unit rumah,” tuturnya.
Kedua,
program pembiayaan homestay di
destinasi wisata. Sesuai dengan mandat yang diberikan oleh pemegang saham PT
SMF, perseroan bekerja sama dengan kementerian pariwisata dan ekonomi kreatif
dalam mendukung pengembangan destinasi wisata khususnya pembiayaan homestay. Kegiatan ini merupakan
pembiayaan dana bergulir kepada masyarakat pemilik homestay melalui lembaga penyalur, untuk membangun/merenovasi homestay yang dimiliki agar menarik
wisatawan. Implementasi perseroan dalam pemberian pembiayaan homestay ini pada tahun 2020 terealisai
pada tiga lokasi dari target sebanyak dua lokasi yaitu Desa Kemuning di
Karanganyar, Desa Sarongan di Banyuwangi dan Desa Mertak di Lombok dengan total
penyaluran dana kurang lebih Rp1,36 miliar.
Ketiga,
program pengembangan rumah di daerah kumuh. Sesuai dengan mandat Menteri Keuangan
kepada perseroan dalam mendukung pengentasan pemukiman kumuh, perseroan
bersinergi dengan Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam program KOTAKU “Kota
Tanpa Kumuh” dalam kegiatan penyaluran dana kepada masyarakat yang tinggal di
daerah kumuh untuk membangun/merenovasi rumah yang dimilikinya agar menjadi
rumah layak huni. Tahun 2020, perseroan telah merealisasikan pengembangan pemukiman
daerah kumuh di tiga lokasi dari target sebanyak tiga lokasi yaitu Kelurahan
Bira di Makasar, Kelurahan Krapyak di Pekalongan dan Kelurahan Mauk di Tangerang
dengan total penyaluran sebanyak Rp4,07 miliar.
Keempat,
selain dari ketiga penugasan khusus tersebut, pada tahun 2020 peseroan juga
telah mendapatkan mandat untuk melakukan pengambil alihan saham minoritas PT
Sejahtera Eka Graha dan Entitas Anak. Perseroan telah mengambil alih
kepemilikan saham minoritas PT Sejahtera Eka Graha dan Entitas Anak pada
tanggal 3 Desember 2020 dengan nilai transaksi kurang lebih adalah Rp30 miliar,
sementara kepemilikan saham mayoritas dimiliki oleh Pemerintah.
Kelima,
perseroan juga ditugaskan sebagai pelaksana investasi untuk investasi
pemerintah pada PT Perumnas dalam rangka PEN berdasarkan KMK Nomor 503 tahun
2020 tanggal 9 November 2020 senilai Rp650 miliar, dimana telah dicairkan tahap
1 pada tanggal 30 November 2020 senilai Rp200 miliar.
Selain
itu, Ananta juga menyampaikan realisasi atas total aset, total liabilitas, total
ekuitas, pendapatan serta laba bersih. Posisi total aset sebesar Rp32,506
triliun (103,58 persen), sementara dari sisi liabilitas realisasi mencapai
Rp21,07 triliun (104,88 persen), total ekuitas setelah CKPN adalah sebesar
Rp11,43 triliun (101,26 persen),
pencapaian pendapatan sebesar Rp2,3 triliun (107,87 persen), untuk laba
bersih perseroan di tahun 2020 mencapai Rp469,8 miliar (147,73 persen). Laporan
keuangan telah diaudit oleh kantor akuntan publik dengan pendapat “Wajar, dalam
semua hal yang material”.
“Terkait
akumulasi aliran dana perseroan ke pasar pembiayaan primer perumahan sampai
dengan akhir tahun 2020 sebesar Rp69,15 triliun dengan rincian, akumulasi
penyaluran pinjaman sebesar Rp56,2 triliun, akumulasi transaksi sekuritisasi
sebesar Rp12,78 triliun, akumulasi pembelian KPR sebesar Rp156 miliar. Total
akumulasi dana ini telah mencapai 9,32 kali dibandingkan dengan modal disetor
perseroan,” pugkasnya. (er)