Denpasar – Penilai ahli
madya Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Bali dan Nusa Tenggara
(DJKN Balinusra) Budi Purnomo melakukan sharing knowledge kepada seluruh
penilai DJKN terkait analisis Highest dan Best Use (HBU) pada Senin, (21/6)
melalui virtual.
Sharing knowledge ini
merupakan rangkaian acara Carnival 2021 yang dibuka oleh Dirjen kekayaan
Negara Rional Silaban pada Kamis (17,6) pekan lalu.
Budi Purnomo menjelaskan
bahwa Analisis HBU merupakan analisis terhadap kegunaaan terbaik dan tertinggi
dari suatu bidang tanah kosong (vacant land) ataupun tanah yang dianggap
kosong (land as vacant). Analisis ini, meliputi empat hal pokok yaitu,
analisis kelayakan secara fisik (physically feasible), analisis kelayakan
secara peraturan (legally permissible), analisis kelayakan secara keuangan
(financially feasible), dan analisis produktivitas yang maksimal (maximally
productive).
“Pada prinsipnya
analisis ini menilai penggunaan terbaik dari suatu site yang bisa menghasilkan
produktivitas finansial yang paling maksimal (tertinggi-red),” ungkapnya
dihadapan peserta.
Terkait HBU ini, Budi
kembali menyampaikan arahan Menteri keuangan dalam Rapim tahun 2018 lalu dalam
agenda rapat Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal
(KEMPPKF), Menteri Keuangan
meminta DJKN agar melakukan survei produktivitas 10 gedung milik swasta
dibandingkan dengan gedung milik pemerintah di Jalan Thamrin-Sudirman.
Oleh karena itu,
pria yang juga merupakan anggota Organisasi Penilai Pemerintah Indonesia (OPPINI)
ini mencontohkan analisis HBU terhadap Tanah dan
bangunan milik Sekretariat Negara RI yang digunakan sebagai gedung Badan
Pengawas Pemilu (Bawaslu) di Jalan Thamrin Jakarta Pusat.
Ia menjelaskan tujuan analisis ini nantinya akan didapatkan
rekomendasi terkait HBU gedung ini antara lain, melanjutkan penggunaan yang ada,
melakukan modifikasi atas penggunaan yang ada ataupun pengembangan yang sudah ada dirobohkan,
kemudian dibangun pengembangan baru.
Budi juga menjelaskan secara runut mengenai analisis pasar yaitu, analisis penggunaan properti, analisis permintaan properti, analisis penawaran properti, analisis keseimbangan pasar properti, analisis target pasar properti, dan analisis Strength, Weakness, Opportunities dan Threats (SWOT) Pasar.
Sebelumnya, acara
yang juga dihadiri oleh Ketua OPPINI Alexander Ginting ini dibuka oleh Direktur
Penilaian Kurniawan Nizar yang berpesan agar seluruh penilai DJKN harus terus
meningkatkan skill penilaiannya sehingga penilai DJKN mampu menjadi penilai
yang profesional dan berintegritas. (BS/humas)