Jakarta – Direktur Jenderal Kekayaan
Negara Isa Rachmatarwata mengapresiasi jajarannya yang telah secara berkala
melakukan sharing session terkait pengelolaan aset dengan mengundang beberapa international experts dari industri
properti dan sebagainya. “Saya pikir ini akan menjadi satu kegiatan yang
melengkapi upaya kita untuk menjadi asset
manager yang lebih baik, menjadi distinguished
asset manager,” ujarnya saat membuka webinar internasional yang diinisiasi
oleh Direktorat Barang Milik Negara (BMN) Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
(DJKN) bertajuk Central Government
Property Asset Management: International Trends and Implications for
Indonesia pada Rabu (23/12).
Direktur BMN Encep Sudarwan mengatakan
bahwa webinar Internasional yang diikuti oleh perwakilan dari seluruh
kementerian ini merupakan wujud komitmen DJKN untuk terus meningkatkan praktik pengelolaan
aset negara di Indonesia. Hal ini juga merepresentasikan kesiapan pemerintah
dalam mengejar perkembangan terkini praktik terbaik internasional atas pengelolaan
aset negara, karena aset merupakan hal yang sangat penting dalam setiap
organisasi, termasuk organisasi di sektor publik seperti lembaga pemerintah.
Ketersediaan aset publik yang
berkualitas, lanjutnya, menentukan keberhasilan penyelenggaraan pemerintah dan
pelayanan publik. “Aset semacam itu jauh lebih rumit daripada yang dimiliki
secara pribadi, sehingga pengelolaan aset yang tepat menjadi semakin penting
dalam organisasi pemerintah,” tuturnya.
Terkait pengelolaan aset negara ini, pembicara
webinar Olga Kaganova, a World Bank
Consultant of Government Asset Management, mengatakan bahwa model
organisasi yang digunakan dalam aset manajer pemerintahan secara internasional
berkembang dengan sangat dinamis. Model organisasi terbaik dapat bervariasi,
tergantung pada fungsi yang akan dijalankan, jenis portofolio yang dikelola,
cakupan geografis, pengaturan hukum dan pengalaman regional. Keragaman model
organisasi yang ada saat ini terlalu luas untuk mengharapkan solusi secara universal.
Adapun beberapa kesimpulan yang diungkapkan Olga dalam pemaparannya yakni bahwa (1) perhatian menyeluruh dari manager aset publik adalah bagaimana berbuat lebih banyak dengan harga lebih murah di bahwa tekanan fiskal konstan yang akan semakin meningkat sebagai akibat pandemi Covid-19, (2) Kementerian Keuangan Indonesia berada pada posisi yang tepat untuk secara strategis menggabungkan instrumen Land Value Capture (LVC) ke dalam pengelolaan portofolio propertinya, (3) Instrumen LVC yang paling terabaikan, intensifikasi penggunaan lahan di atas tanah milik pemerintah, dapat menyebabkan pelepasan kelebihan lahan (atau menghasilkan dana tambahan) untuk tujuan politik dengan prioritas tinggi, seperti perumahan yang terjangkau atau pembangunan ekonomi yang ditargetkan, (4) mencari pengaturan organisasi yang lebih baik untuk asset manager jelas sedang dalam proses, dan solusi yang baik mungkin akan berbeda antara satu negara dengan negara lain, dan (5) partisipasi sektor swasta dalam manajer aset publik adalah bagian dari solusi, tetapi dengan tingkat dan spesifikasi yang beragam. (humasDJKN)