Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Berita DJKN
Hadapi Pertanyaan Kritis Wartawan, Becky Tumewu Ungkapkan Strateginya
Esti Retnowati
Selasa, 03 November 2020 pukul 13:41:06   |   423 kali

Jakarta – Media mainstream, kanal informasi yang cukup menjadi pilihan masyarakat dalam mencari informasi terkini terkait berbagai kebijakan Pemerintah, termasuk berbagai kebijakan yang dilakukan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Kemenkeu. Becky Tumewu, fasilitator dan juga salah satu founder TALKinc berbagi pengalamannya secara daring dalam menghadapi media kepada para pejabat eselon II di lingkungan DJKN pada Senin (02/11).

 

Dirinya menyebutkan bahwa, dalam menghadapi media, seorang pembicara atau narasumber (spokeperson) perlu mengenal karakteristik dari media itu sendiri. Hal ini akan memudahkan spokeperson menjawab berbagai pertanyaan wartawan dengan baik. Umumnya, karakteristik media adalah kritis, mampu membuat berita dari berbagai angle, serta menyukai berita yang eksklusif dan sensasional.  

 

Oleh karena itu, Becky mengatakan bahwa saat menghadapi media, hal yang perlu diperhatikan adalah tetap tenang, bersikap profesional dan tetap menyampaikan informasi faktual. Selain itu, apabila informasi yang ditanyakan wartawan belum atau tidak perlu dipublikasikan, maka spokeperson tidak perlu menyampaikan informasi tersebut. Ia juga menjelaskan bahwa dalam memberikan jawaban kepada wartawan, spokeperson harus menguasai informasi, data dan materi yang dibutuhkan terkait topik yang disampaikan. “Jangan sampai Anda berbicara tidak berdasarkan data dan fakta,” ujarnya.

 

Terkait informasi yang perlu dan tidak untuk dipublikasikan, Becky menambahkan bahwa spokeperson harus selalu mengasumsikan semua aktifitas komunikasinya selalu direkam oleh wartawan. “Apabila Anda berasumsi bahwa pembicaraan Anda direkam, Anda akan sangat berhati-hati dengan apapun itu yang anda sampaikan,” ungkapnya.

 

Selain itu, Becky juga memberikan strategi berkomunikasi yang efektif. Menurutnya komunikasi dikatakan efektif apabila pesan yang disampaikan sama dengan pesan yang diterima. Sedangkan pesan itu sendiri disebutkannya tidak berdiri sendiri, melainkan berdampingan dengan kesan. “Kita berkomunikasi dengan tiga hal, yaitu dengan kata-kata, suara dan visual. Visual di dalamnya ada total look dan body language,” ujarnya.

 

Bahasa tubuh dan penampilan, lanjut Becky, termasuk dalam aspek komunikasi karena dari kedua hal tersebutlan kesan penyampai pesan terbentuk pada lawan bicara. Oleh karena itu penting bagi penyampai pesan untuk memperhatikan penampilannya. Penampilan yang baik dan profesional menunjukkan rasa hormat dan apresiasi pembicara kepada lawan bicaranya. “Memang penampilan bukan segala-galanya, tapi seringkali penampilanlah yang  membukakan pintu kesempatan untuk kita,” ungkapnya.

 

Untuk mengemas informasi agar pesan tersampaikan dengan baik, rapi, lugas dan jelas, maka seorang pembicara perlu mempersiapkan struktur pesan, yaitu pembukaan (opening), batang tubuh (isi/content) dan penutup (closing). Adapun proporsi dari ketiga bagian tersebut yakni 10% opening, 70% content dan 20% closing. “(Apabila) durasi ngomong 10 menit, opening hanya boleh satu menit,” tegas Becky.

 

Dalam opening, ujarnya, setiap pembicara perlu menyampaikan empat hal yakni greetings, introduction, storytelling dan interaction. Adapun dalam menyampaikan isi (content) pesan, seorang pembicara perlu memperhatikan flow of mind. Flow of mind adalah alur berpikir yang bisa dipakai untuk dijadikan alat dalam mengatur atau menertibkan berbagai gagasan yang akan disampaikan seorang pembicara. Alur berpikir tersebut terdiri dari pertama menentukan pesan atau topik yang akan disampaikan, kedua memaparkan informasi terkait topik pembahasan, ketiga menyampaikan tujuan komunikasi atau pesan kepada audiens. Sedangkan penutup (closing) terdiri dari rangkuman (summary), kesimpulan (recap) dan penekanan pesan (punchline). (humasDJKN)

Foto Terkait Berita
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini