Jakarta - Kebijakan Flexible Working Space (FWS)
sebagai new normal sudah menjadi budaya baru di Kementerian Keuangan di masa
pandemi Covid-19. Adaptasi dan inovasi lebih lanjut dalam penggunaan teknologi
menjadi keharusan bagi institusi untuk memberikan pelayanan yang optimal bagi
masyarakat. Guna membentuk pemahaman yang sama kepada seluruh pegawai atas
pentingnya pelayanan secara digital, Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN)
mengadakan knowledge sharing secara virtual dengan
menghadirkan Information and Technology Expert (IT expert)
Faisal Yahya pada Kamis (13/8). Acara yang merupakan bagian dari rangkaian
Rapat Kerja Nasional (Rakernas) DJKN itu mengambil tema Optimalisasi Layanan
Digital DJKN di Masa Pandemi.
Dalam pemaparannya,
Faisal Yahya menyampaikan bahwa digital transformation merupakan
hal yang penting untuk mendukung produktivitas instansi di tengah pandemi.
“Pandemi Covid-19 memaksa kita untuk beradaptasi dengan perubahan mekanisme
kerja, dampaknya adalah proses yang berjalan di dalamnya semakin mudah,
instansi menjadi produktif,” ujar Faisal. Menurutnya, pada masa sekarang ini IT
telah berubah menjadi competitive advantage yang
sangat dibutuhkan institusi untuk kompetisi bisnis.
Pada public
sector, lanjut Faisal, metode bekerja dari rumah atau working from
home (WFH) telah mengubah jenis aset yang dimiliki seseorang dalam
bekerja. “Berkas yang tadinya disimpan dalam bentuk hardcopy,
secara otomatis kita harus membuat dokumentasi yang dapat dikases di beberapa
lokasi karena adanya kebijakan FWS, inilah salah satu bukti pentingnya digital
transformation,” pungkasnya. Menurutnya, berbagai proses di sektor
pemerintah bisa beradaptasi dengan kondisi pandemi ini dengan adanya IT.
Menurut Faisal,
digital transformation process bukan hanya konsep
teknologi IT, tapi bagaimana harmonisasi dalam organisasi yang merupakan
pendekatan antara top-down dan buttom-up yang
bersinergi untuk memberikan dampak positif dalam perkembangan digital
transformation. “Artinya, kalau dulu kita berpikir konsep digital
tranformation itu adalah tanggung jawab IT, tapi sekarang ini sudah
menjadi tanggung jawab organisasi secara keseluruhan, khususnya terkait dengan
leadership dalam organisasi tersebut,” jelasnya. Adanya kerjasama yang baik
antara pimpinan untuk melihat visi kedepan, strategi dan kerjasama tim yang
menjalankan pendekatan terhadap visi tersebut akan semakin meningkatkan
kesuksesan sistem IT.
Lebih lanjut, Faisal
menjelaskan Top Level Constraints bagaimana cara mewujudkan
transformasi digital. “Dalam pelaksanaannya, pertama, instansi harus terlebih
dahulu membuat strategi yang terdiri dari komponen inti yang berfokus pada
layanan publik, yang kedua adalah tim manajemen yang paham teknologi yang
mengenali pola, inovasi, dan keunggulan masa kini,” jelasnya.
Ketiga, yaitu user focus, membuat strategi yang berfokus pada pengguna layanan, baik dari dalam isntitusi maupun publik. Keempat, membangun komunitas yang memiliki budaya yang mampu menciptakan ruang untuk pengambilan risiko, kolaborasi, dan kreativitas. Kelima adalah workforce development. “Penting bagi sebuah instansi untuk melihat sumber bakat baru yang memiliki keahlian IT,” ujarnya. (ts/bk)