Jakarta
- Sejak 15 Maret 2020, Presiden Jokowi mengimbau seluruh
masyarakat untuk bekerja, sekolah, dan beribadah dari rumah guna memutus rantai
penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). Hal ini
tentunya memberikan dampak bagi kehidupan sosial masyarakat. Pembatasan
aktivitas di luar ruangan menjadi semakin minim, berbagai kegiatan dilakukan
melalui media digital dan masyarakat dituntut terbiasa dengan keadaan “serba
tidak pasti” yang berdampak pada kesehatan mental. Hal ini dirasakan oleh
sebagian besar pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
(DJKN). “Ini merupakan suatu fenomena yang patut kita cermati dan juga harus
segera mendapatkan jalan keluar yang baik mengenai fenomena yang tidak pasti,”
ujar Kepala Bagian Kepegawaian DJKN Rustanto saat memberikan sambutan pada
Webinar yang digagas oleh Project Management Office (PMO) DJKN
diadakan pada Rabu, (03/06) melalui aplikasi Zoom Us. Webinar yang
mengangkat tema “Menjaga Kesehatan Mental di Saat Semua Serba Tak Pasti” ini
menghadirkan Psikolog Klinis Emeldah Suwandi dan tim.
Menurut
Rustanto, latar belakang diadakannya webinar ini berdasar survei yang diadakan
oleh bagian kepegawaian pada 14-15 April 2020 terhadap 2938 pegawai yang
menjalankan work from home (WFH) di lingkungan DJKN. “Menariknya
adalah 75-100% dari pegawai di DJKN melakukan WFH dengan tertib,” ujarnya.
Lebih
lanjut Rustanto mengatakan bahwa terdapat sekitar 38,6% responden (1134
pegawai) yang saat ini berada di kota yang berbeda dengan keluarga. Kondisi
yang tidak pasti ini tentunya menimbulkan berbagai masalah dan kecemasan pada
pegawai yang masing-masing memiliki peran di dalam keluarga serta memiliki
kewajiban untuk menyelesaikan target pekerjaan di tengah pandemi. Sementara
pada sisi lain, harus mendukung pembatasan sosial, tidak dapat bertemu secara
langsung dengan keluarga hingga kurun waktu yang cukup lama.
Rustanto
mengungkapkan hal lain yang menjadi faktor yang menimbulkan kecemasan adalah
derasnya informasi yang diterima oleh seseorang pada kondisi saat ini.
Masyarakat semakin terbiasa dengan gadget dan terbiasa dengan
yang dinamakan WFH dan kegiatan lain yang dilakukan dengan memanfaatkan media
digital sehingga semakin memungkinkan untuk menerima informasi yang semakin
beragam. “Porsi informasi yang semakin banyak di media sosial dapat menimbulkan
gangguan kesehatan mental pegawai. Ini merupakan fenomena yang harus kita
cermati. Bagaimana kita bisa menjaga kesehatan mental itu dan bagaimana
menumbuhkan kepercayaan bahwa kita dalam keadaan baik-baik saja di tengah
kondisi yang tidak pasti,” jelasnya.
Emeldah
Suwandi mengatakan bahwa seseorang dapat dikatakan sehat apabila memiliki
keadaan fisik, mental, dan sosial yang baik. Lebih lanjut, psikolog klinis ini
menyampaikan bahwa menurut Undang-Undang Pasal 1 Nomor 18 Tahun 2004, seseorang
memiliki kesehatan mental yang baik apabila mampu mengatasi tekanan dan dapat
bekerja secara produktif dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya.
Mengenai kesehatan mental di tengah kondisi yang tidak pasti, Emeldah
memberikan gambaran mengenai hal-hal apa saja yang dapat dilakukan di tengah
kondisi ini. “Kita tidak bisa memprediksi kapan pandemi ini akan berakhir, dan
pada umumnya hal ini menjadi terasa berbahaya karena kita tidak tahu akan
seperti apa dampaknya,” jelasnya.
Lebih
lanjut, Emeldah memaparkan hal-hal yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan
mental pada kondisi saat ini. Menurut Emeldah, melakukan aktivitas fisik dan
tetap aktif secara fisik serta memakan makanan gizi seimbang dapat menjadi
faktor yang menjaga kesehatan mental. Menurutnya, dengan melakukan aktivitas
fisik, istirahat yang cukup, dan asupan makanan akan mempengaruhi mood.
Memahami emosi yang dirasakan dan menerima emosi sebagai bagian dari diri
sendiri, dan membuat perencanaan hal-hal yang dapat dilakukan juga akan
membantu kesehatan mental. Selain itu, Emeldah memaparkan bagaimana pikiran
positif dapat mempengaruhi kesehatan mental. “Carilah pemikiran yang ketika
kita memikirkannya akan membuat perasaan nyaman,” ujarnya. Pembatasan paparan
informasi dan menghindari pemikiran yang menimbulkan kecemasan juga menjadi
salah satu hal yang dapat mendukung kesehatan mental seseorang.
Selain itu, Emeldah juga menjelaskan bagaimana grounding dapat membantu mengembalikan kesadaran apabila seseorang sedang dilanda kecemasan. Pada akhir sesi, peserta webinar diarahkan untuk mengisi self assessment kesehatan mental sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan kondisi psikologi sesorang. Sebagai informasi, self assessment ini dapat diakses melalui bit.ly/cek_kondisipsikologi. (tsy/fz-humas)