Jakarta
- Dalam melakukan optimalisasi aset negara, Lembaga Manajemen Aset Negara
(LMAN) berusaha untuk selalu memberikan nilai tambah terhadap aset. Upaya ini
ditujukan agar aset tidak hanya mendatangkan manfaat finansial bagi negara,
tapi juga menghidupkan perekonomian dan memberi dampak sosial pada masyarakat
di sekitarnya.
Direktur
Jenderal Kekayaan Negara Isa Rachmatarwata mengatakan bahwa salah satu latar
belakang didirikannya LMAN adalah untuk memberikan fleksibilitas pada
pengelolaan aset Negara. LMAN dimaksudkan menjadi suatu lembaga yang lincah,
sehingga bisa mendayagunakan aset-aset negara dengan memberikan nilai tambah. “Tidak
selalu penerimaan negara, karena negara juga wajib mendukung kegiatan sosial
yang positif di tengah masyarakat,” ujarnya dalam temu media pada Jumat (6/3)
di Gedung Danadhyaksa Hutama, Jakarta.
Direktur
Utama LMAN Rahayu Puspasari juga menuturkan bahwa LMAN mendayagunakan seluruh sumber
daya dan kompetensi, serta mengedepankan sinergi dan kolaborasi dalam melakukan
optimalisasi aset negara. “Dan kami sadar, bahwa optimalisasi aset negara bukan
hanya berbicara untuk manfaat finansial semata, melainkan juga manfaat ekonomi
dan sosial bagi masyarakat,” ungkapnya.
Lebih
lanjut ia menjelaskan, strategi yang telah dilakukan oleh Direktorat Jenderal
Kekayaan Negara (DJKN) dan LMAN untuk meningkatkan nilai tambah dan manfaat
aset, di antaranya adalah menggandeng kerjasama dengan pihak swasta. Beberapa
contoh ialah aset eks-wisma Pertamina di Jalan Dipati Ukur Bandung yang
dijadikan co-working space guna mendukung ekonomi kreatif, ruko di Taman
Kedoya, Jakarta Barat, yang direnovasi dan disewakan kepada badah usaha
industri manufaktur milik swasta, serta ruko tak berpenghuni di kawasan
Caringin, Jakarta Pusat, yang direnovasi dan dijadikan Puskesmas.
Selain
itu, gedung kantor baru LMAN yang diresmikan pada akhir Februari 2020 pun
merupakan hasil dari optimalisasi aset negara yang dulunya merupakan gedung
bank yang dilikuidasi pada tahun 1998. “Kini berhasil disulap LMAN menjadi
gedung kantoran berkonsep co-working space yang mendukung digitalisasi kerja
dan ramah lingkungan. Ini sebagai cerminan budaya kerja LMAN dan diharapkan
akan menjadi nilai yang dibawa oleh LMAN dalam melaksanakan tugas yang
strategis yaitu melakukan optimalisasi aset negara,” papar Rahayu.
Dalam
skala yang lebih besar, lanjutnya, LMAN telah melakukan optimalisasi aset PT
Arun di Lhokseumawe, Aceh Utara dengan hasil PNBP sebesar Rp 120 Miliar pada
tahun 2019. Manfaat sosial yang didapatkan masyarakat dari pengelolaan aset tersebut
adalah kerja sama pinjam pakai Rumah Sakit Arun dengan Pemerintah Kota
Lhokseumawe untuk menunjang peningkatan layanan kesehatan masyarakat Arun dan
sekitarnya. Selain Lhokseumawe, terdapat pula aset kilang di Kawasan Bontang
Kalimantan Timur yang telah menghasilkan PNBP sebesar Rp 612 Miliar di tahun
2019 dan juga berkontribusi pada masyarakat Indonesia di bidang ketahanan
energi nasional.
Terhitung per 31 Desember 2019, nilai total aset LMAN adalah sebesar Rp 29.2 Triliun, yang terdiri dari aset properti senilai Rp 748 Milyar dan aset di Kawasan kilang Bontang dan Lhokseumawe senilai Rp28 Triliun. Sedangkan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang dihasilkan LMAN pada tahun 2019 (tahun berjalan) adalah senilai Rp 720 Miliar. (nf/fz-humas djkn)