Jakarta – Berbicara tentang shifting, saat ini inovasi yang sifatnya sustainable (continuous) mulai beralih pada inovasi-inovasi yang sifatnya destruktif. Inovasi sustainable yang merupakan ciri khas Negara Jepang kini tak lagi relevan dengan bermunculannya teknologi-teknologi digital.
“Continuous itu adalah gayanya Jepang, continuous improvement. Itu bagaimana memperbaiki terus menerus. Saat ada yang cacat, mereka time out, rapat dulu. Sifat perusahaan-perusahaan Jepang, dia tidak melihat ada dari luar yang mengganggu mereka,” ujar Rhenald Kasali saat mengisi kegiatan festival literasi 2019 pada Kamis (3/10) di Gedung Dhanapala Kementerian Keuangan, Jakarta
Saat ini, ujarnya, yang diperlukan sebuah perusahaan atau organisasi bukan lagi mengontrol resource. Akan tetapi bagaimana menciptakan kondisi lingkungan yang mendukung organisasi melakukan orkestrasi resource tersebut.
Lebih lanjut, ia mengatakan, pada Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) banyak underutilize asset. Aset-aset yang tidak produktif tersebut harus digunakan. Cukup diorkestrasi. Pendekatan menjadi berubah, yakni menggunakan teknologi untuk mengorkestrasi.
Selain itu, terjadinya shifting of trust juga perlu diperhatikan oleh DJKN. Misalnya saja yang terjadi dengan PT Garuda Indonesia. Masyarakat lebih percaya pada video youtube daripada Direktur Utama PT Garuda Indonesia.
“Terjadi shifting of trust, karena youtube lebih dekat dengan masyarakat,” ujarnya.
Pergeseran mobilisasi tersebut juga perlu diperhatikan oleh DJKN. “untuk pertama kalinya, kita melihat konsumen berubah. Tadinya just consumption menjadi beyond consumption,” pungkasnya. (est/pon)