Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Berita DJKN
DJKN Adakan Diklat Jurnalistik
N/a
Rabu, 05 Mei 2010 pukul 09:16:13   |   951 kali

Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) mengadakan pelatihan jurnalistik bagi pegawai DJKN khususnya Redaksi Media Kekayaan Negara pada tanggal 29 April-3 Mei 2010 di Jakarta.

Pelatihan ini dibuka oleh Direktur Hukum dan Informasi, Bambang Santoso Marsoem dan dihadiri oleh segenap redaktur dan anggota tim  Media Kekayaan Negara serta perwakilan dari masing-masing direktorat dengan narasumber dari media Kompas.

Dalam sambutannya, Direktur Hukum dan Informasi menegaskan bahwa kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia di lingkungan DJKN yang mempunyai wawasan, kemampuan dan ketrampilan dalam bidang jurnalistik, sehingga dapat mendukung kegiatan kehumasan DJKN, khususnya dalam penerbitan Media Kekayaan Negara.

Terkait output, Direktur HI mengharapkan dengan pelatihan ini, DJKN dapat mempunyai pegawai yang memenuhi standar profesionalisme di bidang jurnalistik, khususnya penerbitan majalah serta mempunyai wawasan, kemampuan dan ketrampilan untuk mendukung kegiatan kehumasan DJKN dalam  penerbitan majalah yang berkualitas.

Hari pertama pelatihan diisi oleh narasumber Kompas antara lain Kepala Desk Politik dan Hukum, Tri Agung Tristanto,  Manajer Divisi Diklat, Tony D. Widiastono dan staf senior Divisi Diklat FA.Santosa mengenai fungsi media cetak, teknik menulis berita & wawancara serta menulis artikel & feature.

Dalam sesi pertama diisi oleh staf senior Divisi Diklat Kompas, FA. Santosa dengan topik fungsi media cetak. Santosa menyampaikan bahwa fungsi media cetak antara lain: menyampaikan informasi (to inform), menggalang pendapat umum (influence & educate), menghibur dan menggugah (to entertain), menyumbang sistem ekonomi (to contribute to the economic system). Terkait dengan konsep penulisan berita, lebih lanjut dijelaskan, agar tulisan menarik perlu dipikirkan apa yang dibutuhkan dan ingin diketahui oleh pembaca.

     

Kepala Desk Politik dan Hukum, Tri Agung Tristanto sebagai narasumber kedua menjelaskan mengenai bahasa jurnalistik dan foto dalam berita. Agung menerangkan bahwa secara garis besar bahasa jurnalistik memiliki ciri-ciri: mudah dicerna, singkat, padat, sederhana, lugas, menarik dan jelas.

Lebih lanjut dipaparkan, terdapat “tiga bahasa” jurnalistik yaitu: pertama, bahasa jurnalistik berita yang mempunyai ciri kalimat yang jelas dan bersih dari interprestasi dan kata-kata yang digunakan tidak mengandung metafora. Kedua, bahasa jurnalistik feature, lebih longgar dibanding bahasa jurnalistik berita. Prinsip ekonomisasi kata tidak serta merta dapat diterapkan dalam jenis bahasa jurnalistik ini. Ketiga, bahasa jurnalistik kolom (artikel dan opini) merupakan bahasa jurnalistik yang menyeimbangkan bahasa jurnalistik pada umumnya dengan bahasa penulis. “Jadi. ciri kalimat jurnalistik dapat disingkat KISS atau Keep It Short and Simple,” ujar mantan Kepala Biro Kompas wilayah Jawa Tengah ini.

Mengenai foto berita, lanjutnya, pendapat lama mengatakan foto hanya sebagai “pelengkap” berita, yang lebih diutamakan adalah berita, maka, foto yang diambil bisa sekenanya saja, Pendapat terbaru mengatakan, foto sudah merupakan berita itu sendiri. “Artinya, foto bisa jauh lebih berbicara dibanding berita tulis. Apalagi kalau foto yang dibuat begitu bagus dan langsung menarik orang untuk melihatnya atau eye catching,” tegasnya.

Sesi ketiga disampaikan oleh Manajer Divisi Diklat, Tony D. Widiastono yang menjelaskan mengenai reportase dasar. Tony menjelaskan ada banyak ragam teknik jurnalistik dan teknik ini dikelompokkan dalam tiga jenjang, reportase dasar (straight news), reportasi madya (news feature) dan reportase lanjutan (news analysis). “Maksudnya, peristiwa atau berita apa pun, selalu dapat dilaporkan oleh wartawan dengan cara reportase dasar, madya ataupun lanjutan,” terangnya.

Dalam menulis berita, lanjutnya, prinsipnya wartawan minimal harus menggunakan rumus berita 5W+1H antara lain: Who (siapa), What (apa), When (kapan), Where (di mana), Why (mengapa), How (bagaimana). “Namun, saat ini bisa diteruskan dengan “so what”, apa selanjutnya akibat/dampak dari peristiwa itu bagi yang bersangkutan, bagi masyarakat, bagi bangsa dan negara,” jelasnya.

Hari kedua, untuk menerapkan teori yang sudah disampaikan, peserta diminta terjun langsung ke lapangan untuk membuat berita straight news ataupun feature dan hasilnya dikomentari pada hari berikutnya .

Hari terakhir pelatihan, diisi dengan pembahasan tulisan/berita yang dibuat oleh peserta pelatihan jurnalistik dan dikomentari oleh narasumber dari kompas serta dilakukan juga sesi diskusi dan tanya jawab. Terakhir, pelatihan ditutup oleh Kepala Subdirektorat Aplikasi, Emmy Hermiati mewakili Direktur Hukum dan Informasi DJKN.(bend_red)

Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini