Jakarta – Setiap tahun, jumlah pegawai milenial di Direktorat
Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) terus bertambah. Para pegawai milenial ini akan
menghadapi revolusi industri 4.0 yang memiliki pengaruh di berbagai hal, salah
satunya adalah pada masalah keuangan. Menghadapi hal tersebut, DJKN membekali
para pegawai dengan mengadakan sosialisasi Peranan Perbankan dalam Perencanaan
dan Pengelolaan Keuangan Pribadi dan Rumah Tangga di Era Industri 4.0. Kegiatan
ini diselenggarakan di kantor pusat DJKN pada Jumat (24/5) dengan mendatangkan
narasumber dari Bank Mandiri. Dengan diadakannya sosialisasi ini, diharapkan
para pegawai milenial dapat lebih mengatur keuangannya secara cermat dan tidak
terlena pada perkembangan era industri ini. Selain itu, sosialisasi tersebut
juga bertujuan untuk menyiapkan para pegawai dalam menghadapi keadaan kenaikan
harga barang akibat pengaruh inflasi.
“Perencanaan keuangan harus dilakukan sejak
masa usia produktif karena pada masa pensiun, selama kurang lebih 240 bulan
akan menghadapi ketidakpastian penghasilan,” terang Heru Rizky Jiwayani,
Priority Banking Manager Bank Mandiri cabang Jakarta Thamrin. Masa produktif
disini diartikan mendapatkan penghasilan yang pasti.
Menurut Heru Rizky Jiwayani atau
yang biasa dipanggil Riris, langkah pertama dalam perencanaan keuangan ialah
menjaga cash flow agar tetap positif.
“Positif ini bagaimana caranya? Jadi kita bedakan antara kebutuhan dengan
keinginan,” ujar Riris. Agar dapat berbelanja secara konsisten sesuai dengan
kebutuhan, pembukuan dan aksi prioritas terhadap pengeluaran perlu dilakukan. Dengan
melakukan pembukuan, pengeluaran yang telah dilakukan dapat diawasi. Riris juga
mengingatkan agar tidak terpengaruh ketika ada diskon-diskon yang tidak berhubungan
dengan kebutuhan awal.
Perencanaan keuangan tidak hanya
mengelola pemasukan tapi juga mengelola risiko, yang berupa kerugian finansial.
Cara yang dapat dilakukan untuk mengelola kerugian finansial ini adalah dengan
melakukan proteksi aset yang berupa proteksi jiwa dan kesehatan, proteksi
properti, proteksi kendaraan. Persiapan dana darurat juga tak luput dari
perencanaan keuangan. “Dana darurat itu adalah dana khusus yang dialokasikan
untuk kebutuhan tak terduga, seperti biaya dokter, musibah, bencana alam,
kematian, terjadinya PHK secara mendadak, dan kerusakan peralatan rumah
tangga,” terangnya.
Mengelola keuangan tidak hanya
dengan cara menabung, namun bisa juga dengan cara berinvestasi. Beberapa tujuan
dilakukannya investasi adalah untuk membiayai pernikahan, rencana pendidikan
anak, membeli properti, dan pensiun. Jangka waktu investasi, profil risiko,
alokasi dana, dan tinjauan periodik merupakan hal-hal yang tidak boleh luput
dari perhatian saat akan memulai berinvestasi.
Selain berinvestasi, dalam
pemenuhan kebutuhan pasti akan ada saatnya harus berhutang. Bijak dalam
berhutang juga merupakan salah satu langkah dalam perencanaan keuangan. “Jadi
sebelum kita berhutang, kita harus pikir-pikir
dulu apa memang perlu berhutang? Kemudian pastikan kembali apakah kita mampu
membayar hutang, dan kenali jenis-jenis hutang,” jelas Riris. Ia juga
menerangkan bahwa hutang itu tidak selamanya negatif. Hutang seperti Kredit
Pemilikan Rumah (KPR) merupakan jenis hutang yang positif dan produktif.
Setelah pemaparan mengenai
langkah-langkah perencanaan keuangan, kegiatan ini dilanjutkan dengan tanya
jawab dan penjelasan lebih mendalam mengenai program perbankan yang mendukung langkah-langkah
tersebut. (Tim Humas)