Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Berita DJKN
Waspada Middle Income Trap
Melliana Andriani Susanto
Rabu, 30 Mei 2018 pukul 15:44:37   |   10604 kali

Jakarta – Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) bekerja sama dengan JOUSKA menyelenggarakan seminar Perencanaan Keuangan Dalam Rangka Pencegahan Korupsi pada Rabu (30/5) di Aula DJKN. Narasumber utama pada acara ini adalah Aakar Abyasa Fidzuno, CEO & founder dari JOUSKA Independent Financial Adviser.

Saat membuka acara, Sekretaris DJKN Dodi Iskandar menyampaikan bahwa pegawai Kementerian Keuangan pada umumnya sering kesulitan menghadapi “godaan” dalam mengatur keuangan pribadi karena menganggap penghasilan yang dimiliki sudah tinggi sehingga bisa digunakan untuk menambah konsumsi. Akibatnya, uang tanpa disadari habis begitu saja tanpa sempat dialokasikan untuk tabungan atau investasi lainnya. Apabila hal ini berlarut-larut, maka penghasil sebesar apapun tidak akan cukup dalam memenuhi kebutuhan hidup, dan hal ini berpotensi mengakibatkan seorang pegawai melakukan penyimpangan keuangan di tempat kerja. Oleh karena itu, menurut Dodi, kemampuan manajemen keuangan sangat penting untuk dimiliki pegawai agar dapat hidup sejahtera dengan penghasilan yang dimiliki.

Aakar mengawali seminar dengan cerita singkat mengenai latar belakang didirikannya JOUSKA Indonesia, suatu perusahaan yang bergerak di bidang independent financial adviser. Bermula dari tahun 2009 saat membantu merapikan portofolio investasi seorang pengusaha, Aakar belajar banyak mengenai seluk beluk pengelolaan keuangan pribadi. Selama menjalani pekerjaan ini selama kurang lebih empat tahun, Aakar banyak menjumpai klien yang walaupun memiliki banyak uang, tetapi kesulitan untuk mengelolanya secara baik dan berujung pada habisnya uang dalam waktu singkat. Berbekal pendidikan yang ditempuhnya di Universitas Ma Chung Malang serta pengalamannya selama menjadi financial adviser pribadi, Aakar mendirikan suatu perusahaan konsultan yang bertujuan untuk memberi pemahaman dan pengetahuan bagaimana cara mengelola keuangan secara cerdas dengan penghasilan yang dimiliki.

Menurut Aakar, permasalahan pokok yang mengakibatkan kebanyakan orang tidak mampu mengatur keuangannya dengan baik adalah adanya pembenaran diri sendiri (denial) terhadap gaya hidup yang boros. Saat penghasilan meningkat, seorang pegawai cenderung mengubah pola hidupnya, dan merasa bahwa perilaku konsumtif tersebut adalah hal yang wajar. Perilaku middle income trap inilah yang mengakibatkan seseorang yang meskipun sudah memiliki penghasilan besar tetapi tidak memiliki tabungan ataupun aset.

Selanjutnya bapak dua anak ini menjelaskan basic triangle untuk mengetahui bila kita terjebak dalam middle income trap. Basic triangle ini terdiri dari current financial statment, goals, dan risk profile. Dengan menyeimbangkan ketiga hal ini, pegawai dapat mencapai tujuan finansial yang sesuai dengan kondisi keuangan dan profil risiko masing-masing tanpa terjebak dalam pola hidup boros.

Pada sesi tanya jawab, saat ditanya mengenai persentase penghasilan yang ideal untuk investasi, Aakar menjawab “persentase is the biggest mistake in personal finance. Persentase ini yang membuat orang masuk ke middle income trap”, ujarnya. Menurut Aakar, yang seharusnya dijadikan acuan adalah standar biaya hidup wajar. Sisa penghasilan yang tidak dikonsumsi seharusnya diinvestasikan. Selain itu, Aakar sangat menganjurkan untuk memiliki paling tidak satu jenis instrumen investasi, karena investasi akan sangat membantu kondisi finansial di masa depan. Bagi yang baru akan memulai beinvestasi, Aakar menyarankan untuk memilih instrumen investasi dasar berupa saham atau obligasi. (hinji/corin/arum/faza - editor: melli)

 

Foto Terkait Berita
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini