Jakarta – Direktur Jenderal
Kekayaan Negara Isa Rachmatarwata mengesahkan Rencana Jangka Panjang Perusahaan
(RJPP) PT Sarana Multigriya Finansial (SMF)
(Persero) 2018-2022 dengan asumsi tanpa Penyertan Modal negara (PMN). Pengesahan
tersebut dilakukan pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS LB) Penyusunan
Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) 2018-2022 dan Rencana Kerja dan
Anggaran Perusahaan (RKAP) Tahun 2018, Kamis (28/12/2017).
Sebagai perwakilan Pemerintah
selaku pemegang saham mayoritas PT SMF (Persero), Dirjen Kekayaan Negara
meminta PT SMF (Persero) untuk menunjukkan aktualisasi peningkatan kinerja
perusahaan di 2017 dengan suntikan PMN yang telah diberikan. “Kita asumsikan
RJPP 2018-2022 ini tanpa PMN, karena pemerintah akan melihat dulu bagaimana signifikansi
peningkatan kinerja SMF sebagai SMV
(Special Mission Vehicle-red) Pemerintah dalam mendukung program pemerintah
untuk menurunkan beban APBN dalam penyediaan perumahan dengan PMN yang sudah
diberikan sebelumnya. Walaupun tidak menutup kemungkinan jik nanti ada PMN”
ujar Isa.
Sebelumnya Direktur Utama PT SMF
(Persero) Ananta Wiyogo dalam paparannya mengajukan dua opsi penyusunan RJPP
2018-2022. Opsi pertama dengan PMN dan opsi kedua tanpa PMN. “Dari sisi
keuangan ada dua skema yang direncanakan untuk RJPP PT SMF (Persero) yaitu pertama
asumsi dengan Penyertaan Modal Negara (PMN) Rp2 triliun di 2019 dan tanpa PMN
dimana perseroan akan menggunakan ekuitas Rp500 miliar setiap tahunnya mulai
2019 sampai 2022,” ujar Ananta.
Ananta menjelaskan dengan skema
PMN di 2019, maka di tahun 2022 Perusahaan
memproyeksikan pendapatan sebesar Rp2,24 triliun outstanding penyaluran
pinjaman Rp32,16 triliun, dan laba bersih perseroan Rp510 miliar. Sedangkan
pada skema tanpa PMN, Perusahaan memproyeksikan di tahun 2022 pendapatan 2,08
triliun, penyaluran 27,46 triliun, laba bersih 420 miliar.
PT SMF (Persero) menetapkan
beberapa agenda besar RJPP 2018-2022 yaitu penguatan peran perseroan sebagai fiscal pulse, pengembangan teknologi
informasi sebagai daya dukung bisnis perseroan atau transformasi digital,
pertumbuhan dan keberlangsungan perseroan, pengembangan sekuritisasi dengan
penguatan pasar primer, penguatan akses likuiditas, dan pengembangan model
bisnis perseroan.
Dalam strategi dan rencana kerja
2018 PT SMF (Persero) menetapkan target penyaluran pinjaman sebesar Rp9.608
miliar yang akan disalurkan melalui Bank Penyalur Kredit Pemilikan Rumah Fasilitas
Likuiditas Pembiayaan Perumahan (KPR FLPP) dan Subsidi Selisih Bunga (SSB)
untuk Program Penurunan Subsidi APBN, Bank Umum, Bank Syariah, Bank BPD, dan Perusahaan
Pembiayaan.
“SMF menetapkan beberapa program
perseroan 2018 yaitu Penurunan Beban Fiskal, Warehousing Perluasan Penyaluran
Pinjaman, Pemanfaatan Dana TAPERA, Pelatihan & Advisory, Covered Bond,
Pelembagaan Unit Usaha Syariah (UUS), Perluasan Sumber Pendanaan, Transformasi
Digital, Sekuritisasi dan Perluasan Pemasaran, “ papar Ananta.
Berdasarkan prognosa 2017 PT SMF (Persero) menyalurkan pinjaman Rp6.700
miliar dari target sebesar Rp5.700 miliar. “PT SMF (Persero) juga menyalurkan program
KPR melalui perbankan
sebesar Rp3,3 triliun dari target refinancing
KPR Rp2,7 triliun,” tutur Ananta. PT SMF
(Persero) dalam prognosa 2017 mencatatkan laba sebesar Rp373,682 miliar atau
104,7% dari RKAP 2017.
Sebagai Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) dibawah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) PT SMF (Persero) telah
menyalurkan dana jangka panjang ke 672 ribu debitur.
Memaparkan evaluasi RJPP PT SMF (Persero) tahun 2013-2017 Ananta
menyatakan terdapat peningkatan aliran dana pasar pembiayaan perumahan di akhir
2012 senilai Rp8,5 triliun menjadi Rp32,64 triliun di September 2017,
penambahan jumlah penyalur KPR dari 10 penyalur di akhir 2012 menjadi 16
penyalur di 2017.
“Realisasi sekuritisasi 2013-2017 belum
mencapai target karena belum semua bank berminat untuk melepas aset KPR untuk
disekuritisasi, penyaluran pinjaman secara umum lebih besar dari RJPP (2013-2017-red)
karena adanya dana PMN untuk dileverage
yang kemudian disalurkan untuk penyaluran pinjaman, termasuk penyaluran
pinjaman baru. Penerbitan surat utang lebih rendah dari RJPP karena pada
tahun-tahun tersebut tingkat bunga surat utang tinggi sehingga perusahaan lebih
memilih menggunakan dana PMN,”terang Ananta.
Selanjutnya berdasarkan evaluasi kinerja
keuangan berdasarkan RJPP 2013-2017, Ananta menjelaskan bahwa realisasi
pendapatan lebih rendah dari RJPP yang ditetapkan, realisasi beban lebih
rendah, dan realisasi laba yang lebih tinggi. penurunan beban dan realisasi laba
yang lebih tinggi menurut Ananta dikarenakan adanya PMN sebesar 3 triliun yang
diguyurkan pada 2014-2016.
Menanggapi pemaparan Direksi PT
SMF (Persero) mengatakan mengatakan warehousing
dan covered bond merupakan suatu ide
yang baik. “Ide Ware housing merukan ide yang bagus untuk dikembangkan dan disiapkan
dengan serius.
Menutup RUPS LB PT SMF (Persero)
Isa memberikan beberapa masukan diantaranya meminta RJPP dijabarkan dalam RKAP
per tahun, dan perseroan hendaknya bisa mengaktualisasi apa yang direncanakan.
PT SMF (Persero) hendaknya melaksanakan tugas sebaik-baiknya sesuai dengan good corporate and governance untuk meningkatkan
peran perusahaan dalam pencapaian mandat
yang diberikan pemerintah dalam mengembangkan pasar pembiayaan sekunder perumahan
dengan tetap didukung kinerja keuangan yang baik.
Isa juga mengharapkan SMF dapat
menunjukkan peran sebagai SMV dalam mendukung program pemerintah untuk menurunkan
beban APBN dalam penyediaan perumahan. “Siapkan SDM yang baik dan organisasi
yang fit untuk melaksanakan kegiatan usaha, serta senantiasa menindaklanjuti
rekomendasi auditor internal dan eksternal,” ujar Isa.
RUPS LB dihadiri Seluruh Direksi
PT SMF (Persero) dan Dewan Komisaris. Dari DJKN Hadir Direktur Kekayaan Negara
Dipisahkan (KND) Dedi Syarif Usman, Tenaga Pengkaji Restrukturisasi,
Privatisasi dan Efektivitas Kekayaan Negara Dipisahkan (RPEKND) Arik Hariyono,
dan Tim KND DJKN. (Humas DJKN)