Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Berita DJKN
Memaksimalkan Potensi Diri dengan Beasiswa Studi Lanjut ke Luar Negeri
Ali Ridho
Kamis, 23 November 2017 pukul 06:31:56   |   747 kali

Jakarta (22/11/2017) – Bagian Kepegawaian Sekretariat Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) menyelenggarakan seminar scholarship coaching and mentoring.  Seminar yang berlangsung di Gedung Syafrudin Prawiranegara Kantor Pusat DJKN bertujuan untuk mempersiapkan pegawai mendapatkan beasiswa studi lanjut. 

Narasumber seminar adalah Eko Prasetyo, Tenaga Pengaji Orientasi Kekayaan Negara, sekaligus coach seminar. Sebelum memulai materi, pria yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) itu meminta seluruh peserta seminar untuk mengkaji kembali tujuan peserta sebelum memilih jurusan dan universitas sebagai program studi lanjut mereka.  “Mari kita luruskan niat kita, semoga goals kita untuk mendapatkan beasiswa bisa tercapai”, ujarnya.

Peluang untuk belajar ke luar negeri sangat terbuka lebar, khususnya negara-negara di Eropa. Hal itu disebabkan oleh faktor demografis dimana penduduk dalam usia produktif di negara-negara tersebut semakin sedikit, sehingga mereka harus "mengimpor" mahasiswa dari negara lain. Peluang yang besar juga diberikan kepada generasi muda yang ingin melanjutkan studi dengan beasiswa. Disebutkan bahwa beasiswa Stuned mengirim 80 mahasiswa ke luar negeri per tahunnya, Chavening mengirimkan 80 mahasiswa per tahun, Fullbright mengirim 50 sampai 100 mahasiswa per tahun, AAS mengirim 200 sampai 400 mahasiswa per tahun, dan kuota terbesar dipegang oleh LPDP, mengirim 1.000 sampai 5.000 mahasiswa setiap tahunnya, bahkan targetnya tahun 2020, LPDP ingin mengirim 30.000 mahasiswa.

Meskipun peluangnya sangat besar, beasiswa LPDP lebih dikhususkan kepada anak muda, karena LPDP memberikan syarat batasan umur 35 tahun untuk program Magister dan 42 tahun untuk program Doktoral. Sedangkan beasiswa lainnya, seperti: Stuned; Chavening; AAS; dan Fullbright tidak memberikan syarat batasan umur kepada applicants-nya.

Lebih lanjut lagi, Eko Prasetyo menjelaskan bahwa banyak hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih program studi lanjut. Peserta diminta untuk menggali potensi diri, minat dan bakatnya masing-masing, karena sejatinya program studi lanjut itu untuk memperkuat core compentency seseorang, “studi lanjut itu mempertegas spesialisasi seseorang agar menjadi ahli di bidangnya” ucapnya. “Anda ingin dikenal sebagai ahli apa? Pertimbangkan keunikan dan spesifikasi. Semakin unik, semakin langka, semakin dibutuhkan”, lanjutnya.

Direktorat Jenderal Kekayaan Negara merupakan organisasi yang tugas dan fungsinya bervariasi. Hal itu merupakan suatu tantangan organisasi yang kompleks karena DJKN membutuhkan orang-orang dengan skill yang spesifik dan beragam. “DJKN itu menuntut kompleksitas, karena tugasnya yang banyak dan berbeda antara satu direktorat dengan direktorat lainnya”, ujar Eko. Diharapkan ke depannya, DJKN diisi oleh orang-orang yang kompeten dan spesifik pada bidangnya masing-masing.

Selain itu, studi lanjut juga dapat mengembangkan network seseorang yang kemudian berguna dalam peningkatan karir. “Dengan melanjutkan studi ke luar negeri, kita bisa bertemu dan bermitra dengan profesor terbaik dunia dan bisa mengakses hasil risetnya. Network ini juga akan berguna saat kita menjadi orang nanti.”

Di akhir acara, Eko Prasetyo menekankan untuk tidak menunda-nunda rencana studi lanjut. “Belum tentu tahun depan sebuah kebijakan itu sustainable, selagi ada kesempatan, mengapa tidak kita ambil kesempatan itu”, terangnya. "Untuk membulatkan tekad sekolah di luar negeri, besok para peserta yang belum mempunyai paspor, diharapkan mulai mengurus paspor", selorohnya.


Foto Terkait Berita
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini