Bandung –
Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) siap membuat dan menciptakan
database aset yang lengkap dan akuntabel dengan revaluasi Barang Milik Negara
(BMN). “Kita ingin database aset kita lengkap dan akuntabel dengan revaluasi
ini biar aset kita lebih optimal. Kalau sekarang masih agak gelap,” ungkap
Direktur BMN Encep Sudarwan saat membuka Gugus Kendali Mutu (GKM) pada 11 Oktober 2017 di Gedung Keuangan Negara
Bandung Jawa Barat.
Acara GKM ini dihadiri
oleh Kepala Kanwil DJKN Jawa Barat Nuning SR. Wulandari, Kepala Subdirektorat
BMN I Qoswara, Kepala KPKNL Bandung Adriana Viveryanti, Pejabat Eselon III
Kanwil DJKN Jawa Barat Dewi Rahayu, Indra Syafri dan Sugeng Harijadi serta
perwakilan dari kanwil dan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan lelang (KPKNL)
di Aceh, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat dan Kepualaun Riau, Sumatera
Selatan, Jambi dan Bangka Belitung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Kalimantan
Barat. Selain itu, juga diikuti perwakilan kanwil Lampung dan Bengkulu, Jawa Timur,
Jawa Tengah dan DIY, Papua, Papua Barat dan Maluku, Sulawesi Selatan, Tengah
dan Tenggara, Bali dan Nusa Tenggara, Kalimantan Timur dan Utara serta Kalimantan
Selatan dan Tengah.
Encep Sudarwan
juga menyampaikan bahwa dengan revaluasi BMN, DJKN ingin mengetahui berapa
keseluruhan aset yang ada di seluruh Kementerian/Lembaga (K/L), berapa aset
yang idle, berapa aset yang digunakan tusi, dan berapa saja aset yang
mungkin tidak ditemukan. Hal ini juga untuk mengcounter persepsi yang
salah tentang jumlah asset kaitannya dengan jumlah Penerimaan Negara Bukan
Pajak (PNBP). “80 persen aset yang ada itu untuk tusi (tugas dan fungsi-red)
sisanya baru untuk pemanfaatan,” ungkapnya.
Selain itu,
pria yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Kanwil DJKN Jakarta ini juga
menegaskan bagaimana nantinya aset itu bisa mengimbangi utang karena sebenarnya
aset Negara Indonesia itu sangat besar. Ia juga menyebutkan bahwa aset yang
dinilai tersebut, nantinya bisa jadi modal juga apabila diberikan ke Badan
usaha Milik Negara (BUMN) melalui Penyertaan Modal Negara (PMN). “PMN itu tidak
harus dengan uang tapi bisa juga barang atau aset,” jelasnya.
Untuk
mempercepat penyelesaian revaluasi, lanjutnya, DJKN harus memetakan aset di K/L
mana yang banyak dan besar. Menurutnya, 80 persen aset seluruhnya itu ada di
enam K/L yaitu, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Pertahanan, Kementerian
Perhubungan, Kementerian Kesehatan, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan
Tinggi serta Sekretariat Negara.
“Kita harus
lebih baik dari 10 tahun yang lalu. Saya harapkan Kabid PKN dan Kabid Penilaian
serta kasi di bawahnya selalu memantau yang ke lapangan dan memastikan kualitas
seluruh laporan penilaian,” harap Direktur BMN yang baru dilantik pada 21
Agustus lalu ini.
Ia berpesan kepada seluruh jajaran DJKN yang melakukan penilaian agar selalu semangat dalam melakukan penilaian, meningkatkan kualitas laporan penilaian dan jangan sampai Laporan Keuangan Pemerintah Pusat turun dari opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). ”Saya harap seluruh Kanwil dan KPKNL harus bersinergi dalam menyelesaikan revaluasi ini,” tegasnya. Pada kesempatan ini, Direktur BMN langsung memantau perkembagan revaluasi di tiap-tiap kanwil dan KPKNL. Ia meminta seluruh kantor untuk mengungkapkan secara detail capaian tiap-tiap kantor, persentase capaina serta permasalaahan yang ada.
Sampai berita ini ditulis, acara masih berlangsung. Acara ini rencananya akan berlangsung hingga 13 oktober 2017. Sebelumnya, Kepala Kanwil DJKN Jawa Barat Nuning SR. Wulandari menyampaikan terima kasih atas ditunjuknya Kanwil DJKN Jawa Barat sebagai tuan rumah. Ia berharap agar acara yang berlangsung selama tiga hari ini dapat memberikan pencerahan dan sinergitas antar kanwil dan KPKNL untuk saling berbagi pengalaman, terobosan-terobosan dalam menyelesaikan revaluasi BMN sesuai target yang ditetapkan. (BAS-Humas)