Jakarta – Pemerintah
terus melakukan upaya percepatan pembangunan infrastruktur untuk mendukung
konektivitas pembangunan di seluruh Indonesia. Lembaga Manajemen Aset Negara
(LMAN) yang merupakan Badan Layanan Umum (BLU) dibawah Direktorat Jenderal
Kekayaan Negara (DJKN) mengadakan pertemuan bertajuk Sinergitas Percepatan
Pendanaan Pengadaan Tanah Bagi Proyek Strategis Nasional (PSN). Pertemuan di
Hotel Borobudur, Jakarta (6/9/2017) ini diadakan untuk menyosialisasikan
mekanisme kerja atas nota kesepahaman untuk percepatan pendanaan pengadaan
lahan bagi proyek strategis nasional (PSN).
Direktur BLU LMAN Rahayu
Puspasari dalam diskusinya mengatakan untuk percepatan pembangunan
infrastruktur, pembayaran dana talangan pembebasan lahan untuk proyek jalan tol
akan dipermudah.
Pertama, kemudahan penggantian dana talangan untuk ahli
waris. “Jika sertifikat lahan belum atas nama ahli waris, namun ahli waris bisa
menunjukkan bukti keterangan maka LMAN akan membayarkan lahan tersebut.” Kata
Puspa.
Kedua, untuk lahan yang lolos verifikasi oleh Badan
Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) namun belum ada bukti pembayaran,
akan tetap dibayar dengan catatan bukti pembayaran yang telah dikeluarkan
badan usaha jalan tol segera disusulkan.
Ketiga, LMAN bekerjasama dengan Badan Pertanahan
Nasional untuk melonggarkan administrasi berita acara serah terima sertifikat
untuk lahan yang digunakan dalam proyek strategis nasional.
Keempat, LMAN juga tengah mengkaji pemangkasan
kemudahaan pembayaran dengan cukup menunjukkan sertifikat lahan. Menurutnya,
rencananya lahan yang telah dibebaskan bisa langsug disertifikasi oleh BPN.
Jadi ini akan memangkas proses pengecekan administrasi BPN yang saat ini ada di
awal dan akhir.
Tak hanya mengupayakan
empat hal tersebut, LMAN juga mengajukan kemudahan regulasi untuk beberapa
jenis lahan.
Tak Ada Hidden Agenda
Sebelumnya, Wakil
Menteri Keuangan Mardiasmo di acara yang sama mengatakan pertemuan ini penting
dilakukan sebagai bentuk sinergitas pihak-pihak yang terlibat untuk percepatan
pembangunan infrastruktur. “ Ini harus dilakukan untuk mengakselerasi
penanganan ketimpangan infrastruktur di Indonesia dan mengkoneksikan
pembangunan,” ujar Mardiasmo. Untuk itu dirinya berharap semua pihak yang
terlibat dalam percepatan infrastruktur memegang tiga prinsip yaitu
profesional, integritas dan tidak ada hidden agenda. “Trust each
other, Do proses yang benar, review serta quality
assrurrance yang berjenjang,” tegasnya.
Mardiasmo menekankan hal
ini mengingat besarnya dana yang dikucurkan pemerintah untuk pengadaan tanah
guna percepatan infrastruktur ini. “Kucuran dananya tidak kecil, 16 triliun
rupiah di 2016, 32,05 triliun di 2017 dan untuk 2018 pemerintah menganggarkan
lebih dari 35 triliun untuk program ini,” ujarnya. “Perlu kerjasama, kolaborasi
untuk menopang pendanaannya. Selain APBN, kehadiran BUMN dan badan usaha lain
diperlukan untuk upaya percepatan infrastruktur ini.” Lanjutnya.
Ketua Komite Percepatan
Pembangunan Infrastruktur Prioritas Wahyu Utomo dalam paparannya mengibaratkan
pembangunan infrastruktur yang holistik adalah menggabungkan pecahan puzzle.
“pembangunan infrastruktur harus dipercepat dan holistik karena
pembangunan yang hanya dilakukan pada titik titik tertentu dan tidak terhubung
tidak akan membentuk sebuah gambaran pembangunan yang nyata, seperti menyusun
puzzle, harus disatukan,” ujarnya.
Namun untuk membentuk
puzzle itu ada beberapa permasalahan yang harus diselesaikan, yaitu kebutuhan
dana yang sangat tinggi, ketidakpastian ketersediaan dana yang tepat waktu dan
realisasi pengadaan tanah seringkali mundur, dan ketika realisasi pengadaan
tanah suatu proyek mundur, anggaran pengadaan tanah suatu proyek tidak dapat
dialokasikan ke proyek lainnya yang lebih siap. Demikian Wahyu menjelaskan.
Lebih lanjut Wahyu mengatakan pemerintah telah menempuh solusi guna menyelesaikan permasalahan tersebut yaitu tambahan tugas BLU LMAN untuk membiayai pembebasan lahan bagi proyek PSN sehingga pembiayaan tidak kaku (pencairan harus dilakukan pada tahun yang bersangkutan), dan pengalihan pembiayaan pengadaan tanah dari belanja modal menjadi pembiayaan investasi. “Dalam waktu 4 bulan sejak Mei 2017, hingga saat ini LMAN telah mencairkan lebih dari Rp7 Triliun dana pembayaran penggantian dana talangan Badan Usaha atau 62% dari total tagihan Badan Usaha Jalan Tol (BUJT). (Humas DJKN)