Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Berita DJKN
Blax Box Proses Alam Semesta
N/a
Senin, 13 Oktober 2014 pukul 13:33:06   |   1725 kali

Purwokerto - Tim Penilai Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Purwokerto melaksanakan kegiatan Inventarisasi dan Penilaian (IP) Aset Koleksi Batuan pada Unit Pelaksana Teknis Balai Informasi dan Konservasi Kebumian Karangsambung akhir September 2014. Penilaian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menetapkan nilai wajar dalam rangka penyusunan laporan keuangan pemerintah pusat. Unit Pelaksana Teknis Balai Informasi dan Konservasi Kebumian Karangsambung (UPT BIKK Karangsambung) merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis di bawah Kedeputian Bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian pada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

UPT BIKK Karangsambung berada di dalam Kawasan Cagar Alam Geologi Karangsambung, tepatnya di wilayah Kecamatan Karangsambung, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah, lebih kurang 19 km utara kota Kebumen. UPT BIKK Karangsambung secara spesifik bertugas untuk melaksanakan pelayanan jasa dan informasi, melaksanakan konservasi, pengembangan dan pemanfaatan wilayah yang mengandung fenomena geologi bernilai ilmiah serta pengembangan hasil riset bidang geoteknologi.

Menurut Defri selaku Kepala Sub Inovasi dan PengembanganĀ  UPT BIKK Karangsambung batu-batuan yang berada di wilayah Karangsambung bukan batuan biasa, sehingga jika batuan tersebut harus dinilai, maka nilainya tak terhingga. Namun kegiatan inventarisasi dan penilaian ini merupakanĀ  langkah awal untuk menciptakan tertib administrasi, tertib fisik dan tertib hukum data aset batuanĀ  yang berada dalam pengelolaan UPT Balai Informasi dan Konservasi Kebumian Karangsambung, maka batuan ini pun dinilai dengan klasifikasi yang telah ditetapkan oleh Tim Peneliti UPT BIKK Karangsambung sejumlah 288 batuan.

Batuan-batuan yang berada di karangsambung sangatlah berharga karena berdasarkan catatan sejarah, penemu pertama batuan tertua di Karangsambung tercatat atas nama peneliti geologi belanda, RDM Verbeek dan R Fennema, pada 1881. Geolog lainnya , EA Harloff, melakukan pemetaan terhadap kawasan Karangsambung pada 1933. Geolog Indonesia yang turut mewarnai penelitian di lokasi ini, yaitu Sukendar Asikin, yang kemudian dilanjutkan oleh ratusan peneliti geologi lainnya di Karangsambung.

Karangsambung merupakan kawasan cagar alam geologi seluas sekitar 22.000 hektar ini layaknya kotak hitam (black box) bagi segala proses alam semesta. Karangsambung menyimpan pelbagai monumen geologi yang sangat unik. Ini tidak lepas dari letak geografis wilayah ini sekitar 120 juta tahun lalu yang merupakan dasar laut dan menjadi pertemuan lempeng benua dan samudra. Proses subduksi selama ratusan juta tahun menyebabkan batu-batuan purba itu tersingkap ke permukaan.

Di taman geologi yang diklaim geolog terlengkap se-Asia itu, siapapun bisa menjumpai aneka ragam batuan, baik batuan beku, sedimen maupun metamorf. Semua batuan terbilang unik dan mewakili semua karakter. Di sini tersingkap aneka batuan dari berbagai umur dan proses kejadiannya. Batuan-batuan itu merupakan rekaman peristiwa pembentukan muka Bumi.

Salah satu kekayaan utama cagar alam geologi ini adalah batuan metamorf sekis mika yang berkilau kala tertimpa sinar Matahari. Batuan tertua ini tersingkap dan menjadi pembentuk fondasi Pulau Jawa. Pengukuran dengan radioaktif menunjukkan batuan ini berumur 121 juta tahun, dari zaman kapur. Batuan alas Pulau Jawa ini memiliki nilai ilmiah tinggi karena membuktikan bahwa sejak zaman itu telah terjadi tumbukan lempeng Samudera Hindia dengan Lempeng Benua Eurasia di kawasan Karangsambung. Batuan ini berasal dari pasir yang mengandung mineral asam dari lempeng benua yang masuk ke zona subduksi dan berubah jadi sekis mika. batuan sekis mika merupakan batuan metamorf. Ia diyakini sebagai batuan tertua yang meriwayatkan saat pertama kali alas pulau jawa tersingkap menjadi sebuah daratan pada 121 juta tahun yang lalu.

Fenomena geologi lain yang tersingkap di kawasan yang secara geografis membentang di Kebumen, Banjarnegara, dan Wonosobo adalah situs batu rijang dan lava basal berbentuk bantal di Kali Muncar. Batuan sedimen ini terbentuk di dasar samudra purba 80 juta tahun lampau. Batu ini memberi fakta kuat bahwa dahulu Karangsambung adalah dasar samudra yang terangkat oleh proses geologi.

Batuan sedimen berwarna merah memanjang sekitar 100 meter pada dinding Kali Muncar itu ibarat layar pertunjukan wayang kulit atau kelir dalam bahasa Jawa. Ini membuat warga setempat menamainya Watu Kelir. Terlebih, di bagian atasnya terdapat batuan beku yang bentuknya mirip kenong dan gong (alat musik Jawa).

Dari hal di atas dapatlah diketahui bahwa betapa kaya dan indahnya alam Indonesia, fenomena geologi pun dapat tersingkap melalui batuan yang berada di Karangsambung ini dan melalui kegiatan inventarisasi dan penilaian ini, maka lestarilah budaya alam Indonesia. (Ratna Astuti/ Tim Penilai KPKNL Purwokerto)

Foto Terkait Berita
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini