Jakarta - Sekretariat
Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) mengadakan
Workshop Corporate Culture and Change Management pada Rabu - Kamis (4-5/7)
di Grand Mercure Harmoni, Jakarta. Workshop ini diikuti oleh Project Management Officer (PMO) DJKN
serta Tim Roadmap Aset Manager
khususnya bidang supporting
pembangunan SDM.
Tenaga
Pengkaji Optimalisasi Kekayaan Negara Eko Prasetyo mewakili Sekretaris DJKN
dalam pembukaan acara mengatakan bahwa Workshop ini penyelenggaraan workshop
ini sejalan dengan roadmap aset
manager dan bertujuan untuk mendorong pembangunan knowledge management di DJKN.
Lebih lanjut Eko
menyampaikan bahwa walaupun DJKN merupakan salah satu unit baru yang dibentuk
oleh Kementerian Keuangan, tapi sebenarnya pembentukan DJKN ini merupakan
penambahan tugas dan fungsi kepada unit yang telah lama ada di Kementerian
Keuangan yaitu Direktorat Jenderal Piutang Dan Lelang Negara (DJPLN). “Ketika
pimpinan di Kementerian Keuangan memutuskan untuk membentuk DJKN, tentunya
terdapat keinginan jangka panjang yang hendak dicapai,” ujar Eko.
"Sekarang
organisasi sudah menggariskan visinya sebagai aset manager. Ini perlu kita
turunkan menjadi action yang riil. Budaya apa yang dibutuhkan untuk
menjadi aset manajer tentu tidak sama dengan saat kita dulu hanya mengelola
piutang dan lelang saja," pesan alumni Universitas Indonesia ini.
Dalam
arahannya Eko mengingatkan pada para pegawai DJKN termasuk dirinya untuk tidak terlalu terlena
dengan kesuksesan di masa lalu. “Kita harus lebih adaptif menghadapi perubahan,”
ujarnya.
Eko berpesan
bahwa dalam melaksanakan perubahan, dalam membentuk corporate culture yang
tangguh, dimulai dari pegawai DJKN sendiri. “Jika para peserta workshop bisa
menjadikan dirinya sebagai contoh atau agen perubahan, maka perubahan tersebut
akan membuat pegawai DJKN yang lain tertarik untuk berubah, dan akhirnya
menjadi gelombang besar perubahan DJKN menuju arah yang lebih baik,” kata Eko.
Sejalan dengan
pesan yang disampaikan saat pembukaan, narasumber Workshop Corporate Culture and Change Management, Ermalia Normalita
menyampaikan bahwa suatu organisasi harus bisa menyesuaikan dengan perubahan. “Dancing with the dragon, the dragon is the
change. Perusahaan (organisasi-red) besar di level internasional pun bisa
kolaps karena gagal mengantisipasi perubahan. Hanya yang bisa mengelola
perubahan yang bisa mengambil keuntukngan dari perubahan tersebut.” Tegas Erma,
sapaan akrab wanita berjilbab ini.
Lebih lanjut
Erma memaparkan bahwa Perubahan dapat dijalankan apabila didukung oleh tiga
faktor, yaitu faktor personal, faktor sosial, dan faktor struktural. Faktor
personal adalah faktor yang terkait langsung dengan manusia, yaitu apakah
manusia tersebut mau berubah. Sedangkan faktor sosial dan faktor struktural
merupakan faktor yang tidak terkait langsung dengan diri manusia, diantaranya
adalah reward and punisment, pelaksanaan mentoring dan coaching, serta
membentuk agent of change. Demikian Dosen Binus yang sedang mengambil program
Doktoral ini menjelaskan.
"Seringkali
ketika hendak melakukan perubahan, hanya faktor sosial dan struktural saja yang
diperhatikan, sedangkan faktor personal tidak pernah diperhatikan. Inilah yang
menyebabkan orang menjadi resisten terhadap perubahan," ujar Erma.
“Agar
perubahan berhasil maka pertama kali yang harus dilakukan adalah melakukan
review, survey, dan formulasi apakah manusia dalam organisasi tersebut mau,
tidak mau, mampu, atau tidak mampu untuk melakukan perubahan.” ujar Erma. “Salah satu yang diperlukan apabila organisasi
ingin survive menghadapi perubahan adalah memiliki dan menerapkan budaya
organisasi yang unggul. Kemudian budaya organisasi ini diturunkan menjadi
budaya kerja yang detailkan dalam perilaku kunci,” paparnya lebih lanjut.
Turut aktif dalam
workshop tersebut Dirketur Hukum dan Humas, Tri Wahyuningsih Retno Mulyani,
Kasubdit Hubungan Masyarakat Acep Hadinata, Kepala Bagian Kepegawaian Dwi
Wahyudi, Kepala Subdit Perencanaan Pengembangan Sistem Aplikasi Acep Irawan, serta
Kepala Subbagian Pengembangan Pegawai dan Kepemimpinan Neil Prayoga.
Saat berita ini ditulis, workshop masih
berlangsung dengan membahas perilaku kunci, internalisasi, program komunikasi,
serta bagaimana mempertahankan budaya organisasi. (Ajip / Paundra -DJKN)