Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Berita DJKN
Nilai-Nilai Kejuangan dan Pancasila, Senjata Moral Perjuangan
Agus Widayat
Kamis, 08 Juni 2017 pukul 21:11:36   |   5743 kali

Jakarta - Menutup rangkaian kegiatan Pekan Pancasila dalam rangka memperingati hari lahir Pancasila ke-72, Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) menyelenggarakan Sarasehan Pancasila pada Kamis, 8 Juni 2017 di aula lantai 5 Kantor Pusat DJKN.

Mengusung tema "Pancasila: Saya, Anda dan Kita", acara besutan Sekretariat DJKN dan Direktorat  Hukum dan Hubungan Masyarakat DJKN itu juga disiarkan langsung melalui video conference ke-17 Kantor Wilayah DJKN di seluruh tanah air.

Di awal acara, lantunan bait demi bait lagu Indonesia Jaya membawa suasana kebangsaan merasuk makin dalam ke sanubari. Dipopulerkan oleh penyanyi kondang Harvey Malaiholo, lagu itu menggambarkan betapa beratnya membangun bangsa Indonesia yang sarat keberbedaan dan keberagaman.

Direktur Jenderal Kekayaan Negara Sonny Loho, dalam sambutannya menyatakan bahwa Pancasila merupakan kapitalisasi pengalaman hidup bangsa Indonesia yang tercermin dalam watak, sikap, perilaku, etika dan tata nilai norma yang berlaku di masyarakat. "Pancasila menjadi perjanjian luhur yang merepresentasikan kesepakatan seluruh elemen bangsa dan menjadi pemersatu seluruh keberagamam yang ada," jelasnya. Untuk itu Sonny mengajak seluruh warga DJKN memberikan perhatian khusus pada Pancasila. "Saya berharap dalam acara ini kita dapat menghadirkan kembali momentum lahirnya Pancasila untuk memperkuat makna dan implementasinya dalam setiap sendi kehidupan kita," tegas orang nomor satu di DJKN tersebut.

Sonny lalu mengaitkan nilai-nilai Pancasila dengan visi DJKN yaitu sebagai pengelola kekayaan negara yang profesional dan akuntabel untuk sebesar besarnya kemakmuran rakyat. Menurutnya, pengelolaan kekayaan negara yang optimal hasilnya harus dapat dinikmati seluruh lapisan masyarakat sebagaimana sila kelima. Sementara itu peraturan yang disusun untuk mendukung kegiatan pengelolaan kekayaan negara tersebut dihasilkan dari proses musyawarah menuju mufakat sebagaimana sila keempat. 

Ditambahkan Sonny, keputusan-keputusan yang diambil dalam pengelolaan kekayaan negara harus mempertimbangkan martabat bangsa dan nasionalisme sebagaimana sila kedua dan ketiga. "Dan seluruh proses yang telah dilakukan merupakan wujud terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkah kekayaan alam yang melimpah, sebagaimana sila pertama" papar Sonny.

Konsep sarasehan dikemas dengan memadukan sharing session dari internal dan eksternal DJKN. Dari kalangan internal terdapat tiga pejabat/pegawai yang menyampaikan pengalamannya berinteraksi dengan sesama saat melaksanakan tugas belajar di mancanegara (Direktur Penilaian Meirijal Nur), menyaksikan betapa luasnya Indonesia saat bertugas di ujung timur Bumi Pertiwi (Kasubdit Peningkatan Kualitas Penilai Pemerintah Ahid Iwanuddin) dan suasana mencekam saat bertugas di daerah konflik (Suryo Winarno dari Kanwil DJKN DKI Jakarta).

Sementara itu dari kalangan eksternal panitia menghadirkan narasumber berkompeten yaitu Kepala Departemen Sejarah Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Mayjen TNI Mar. (Purn.) Nono Sukarno, Kepala Biro Hubungan Pemerintahan LVRI Brigjen TNI (Purn.) F.H. Djoko Kirmanto, S.Ip., M.Sc. dan Tenaga Profesional Bidang Ideologi Pancasila dan UUD Negara RI 1945 Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Hadi Suprapto, M.Sc., M.H.

Nono Sukarno dalam paparannya menyampaikan bahwa ada kaitan yang sangat erat antara nilai-nilai kejuangan dengan Pancasila. "Karena nilai-nilai kejuangan itu merupakan dikmasi dari Pancasila itu sendiri yang digali sejak dulu bangsa ini berdiri," jelasnya. Pada kesempatannya itu, Nono juga menyatakan keprihatinan melihat kondisi bangsa saat ini dimana sejarah perjuangan sudah banyak dilupakan. "Padahal disitulah terletak nilai-nilai kejuangan yang dulu dijadikan senjata moral oleh para pejuang dan terbukti berhasil mengalahkan lawan. Nah, kami kemudian berpikir bahwa hal tersebut dapat diimplementasikan di masa kekinian," papar Nono. Nilai-nilai kejuangan bermanfaat untuk menumbuhkan semangat membangun dan semangat menghadapi masalah bangsa yang lebih kompleks, tambahnya.

Pada sesi berikutnya, Hadi Suprapto menggarisbawahi bahwa kunci menghadapi era digital yang cepat berubah adalah dengan meningkatkan ketahanan nasional. Pengamalan nilai-nilai Pancasila diyakini dapat mendukung hal tersebut selain realita bahwa rakyat Indonesia dididik ulet, tangguh dan mempunyai daya lenting dalam segala situasi. "Terbukti, Indonesia merupakan negara tercepat yang dapat bangkit dari krisis ekonomi 1998," jelas Hadi. Untuk itu Hadi mengingatkan agar tidak ada lagi ide dari elemen bangsa mengganti Pancasila dengan dasar yang lain. “Jika pembukaan diubah maka negara ini tentu akan bubar, lalu bagaimana dengan para pendiri bangsa ini,” katanya mengingatkan.

Di sesi terakhir, Joko Kirmanto menjelaskan tentang sejarah Pancasila dan suasana kebatinan saat para pendiri bangsa membidani Pancasila menjadi dasar negara. Paling tidak terdapat tiga rumusan Pancasila sebelum diputuskan seperti yang saat ini digunakan. Para pendiri bangsa rela menurunkan ego masing-masing agar Indonesai tetap tegak berdiri sebagai sebuah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Acara juga dimeriahkan dengan kuis daring serba serbi Pancasila melalui media Kahoot.it, musik akustik yang membawakan lagu-lagu perjuangan dan pembacaan puisi tentang cinta kepada tanah air. (Humas DJKN)

@wD

Foto Terkait Berita
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini