Jakarta - Menutup rangkaian kegiatan Pekan Pancasila dalam rangka
memperingati hari lahir Pancasila ke-72, Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
(DJKN) menyelenggarakan Sarasehan Pancasila pada Kamis, 8 Juni 2017 di aula
lantai 5 Kantor Pusat DJKN.
Mengusung tema "Pancasila: Saya, Anda dan Kita", acara
besutan Sekretariat DJKN dan Direktorat Hukum dan Hubungan
Masyarakat DJKN itu juga disiarkan langsung melalui video conference ke-17 Kantor Wilayah DJKN di seluruh
tanah air.
Di awal acara, lantunan bait demi bait lagu Indonesia Jaya membawa
suasana kebangsaan merasuk makin dalam ke sanubari. Dipopulerkan oleh penyanyi
kondang Harvey Malaiholo, lagu itu menggambarkan betapa beratnya membangun
bangsa Indonesia yang sarat keberbedaan dan keberagaman.
Direktur Jenderal Kekayaan Negara Sonny Loho, dalam sambutannya
menyatakan bahwa Pancasila merupakan kapitalisasi pengalaman hidup bangsa
Indonesia yang tercermin dalam watak, sikap, perilaku, etika dan tata nilai
norma yang berlaku di masyarakat. "Pancasila menjadi perjanjian luhur yang
merepresentasikan kesepakatan seluruh elemen bangsa dan menjadi pemersatu
seluruh keberagamam yang ada," jelasnya. Untuk itu Sonny mengajak seluruh
warga DJKN memberikan perhatian khusus pada Pancasila. "Saya berharap dalam
acara ini kita dapat menghadirkan kembali momentum lahirnya Pancasila untuk
memperkuat makna dan implementasinya dalam setiap sendi kehidupan kita,"
tegas orang nomor satu di DJKN tersebut.
Sonny lalu mengaitkan nilai-nilai Pancasila dengan visi DJKN yaitu
sebagai pengelola kekayaan negara yang profesional dan akuntabel untuk sebesar
besarnya kemakmuran rakyat. Menurutnya, pengelolaan kekayaan negara yang
optimal hasilnya harus dapat dinikmati seluruh lapisan masyarakat sebagaimana
sila kelima. Sementara itu peraturan yang disusun untuk mendukung kegiatan
pengelolaan kekayaan negara tersebut dihasilkan dari proses musyawarah menuju mufakat
sebagaimana sila keempat.
Ditambahkan Sonny, keputusan-keputusan yang diambil dalam
pengelolaan kekayaan negara harus mempertimbangkan martabat bangsa dan
nasionalisme sebagaimana sila kedua dan ketiga. "Dan seluruh proses yang
telah dilakukan merupakan wujud terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkah kekayaan alam yang melimpah, sebagaimana sila pertama" papar Sonny.
Konsep sarasehan dikemas dengan memadukan sharing session dari internal dan eksternal DJKN. Dari kalangan
internal terdapat tiga pejabat/pegawai yang menyampaikan pengalamannya berinteraksi dengan sesama saat melaksanakan
tugas belajar di mancanegara (Direktur Penilaian Meirijal Nur), menyaksikan betapa luasnya Indonesia saat bertugas di ujung timur Bumi Pertiwi (Kasubdit Peningkatan Kualitas Penilai Pemerintah Ahid Iwanuddin) dan suasana mencekam saat bertugas di daerah konflik (Suryo Winarno dari Kanwil DJKN DKI Jakarta).
Sementara itu dari kalangan eksternal panitia menghadirkan
narasumber berkompeten yaitu Kepala Departemen Sejarah Legiun Veteran Republik
Indonesia (LVRI) Mayjen TNI Mar. (Purn.) Nono Sukarno, Kepala Biro Hubungan
Pemerintahan LVRI Brigjen TNI (Purn.) F.H. Djoko Kirmanto, S.Ip., M.Sc. dan
Tenaga Profesional Bidang Ideologi Pancasila dan UUD Negara RI 1945 Lembaga
Ketahanan Nasional (Lemhannas) Hadi Suprapto, M.Sc., M.H.
Nono Sukarno dalam paparannya menyampaikan bahwa ada kaitan yang
sangat erat antara nilai-nilai kejuangan dengan Pancasila. "Karena nilai-nilai kejuangan itu merupakan dikmasi dari Pancasila itu sendiri yang
digali sejak dulu bangsa ini berdiri," jelasnya. Pada kesempatannya itu,
Nono juga menyatakan keprihatinan melihat kondisi bangsa saat ini dimana sejarah
perjuangan sudah banyak dilupakan. "Padahal disitulah terletak nilai-nilai
kejuangan yang dulu dijadikan senjata moral oleh para pejuang dan terbukti berhasil mengalahkan lawan. Nah, kami kemudian berpikir bahwa hal tersebut dapat diimplementasikan di masa kekinian," papar Nono. Nilai-nilai kejuangan bermanfaat untuk menumbuhkan semangat membangun dan semangat menghadapi masalah bangsa yang lebih kompleks, tambahnya.
Pada sesi berikutnya, Hadi Suprapto menggarisbawahi bahwa kunci
menghadapi era digital yang cepat berubah adalah dengan meningkatkan ketahanan
nasional. Pengamalan nilai-nilai Pancasila diyakini dapat mendukung hal
tersebut selain realita bahwa rakyat Indonesia dididik ulet, tangguh dan
mempunyai daya lenting dalam segala situasi. "Terbukti, Indonesia merupakan negara tercepat
yang dapat bangkit dari krisis ekonomi 1998," jelas Hadi. Untuk itu Hadi
mengingatkan agar tidak ada lagi ide dari elemen bangsa mengganti Pancasila
dengan dasar yang lain. “Jika pembukaan diubah maka negara ini tentu akan bubar,
lalu bagaimana dengan para pendiri bangsa ini,” katanya mengingatkan.
Di sesi terakhir, Joko Kirmanto menjelaskan tentang sejarah
Pancasila dan suasana kebatinan saat para pendiri bangsa membidani Pancasila menjadi
dasar negara. Paling tidak terdapat tiga rumusan Pancasila sebelum diputuskan
seperti yang saat ini digunakan. Para pendiri bangsa rela menurunkan ego
masing-masing agar Indonesai tetap tegak berdiri sebagai sebuah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Acara juga dimeriahkan dengan kuis daring serba serbi Pancasila
melalui media Kahoot.it, musik akustik yang membawakan lagu-lagu perjuangan dan
pembacaan puisi tentang cinta kepada tanah air. (Humas DJKN)
@wD