“Mba, aku
kemarin kirim toner dan tinta printer ke kantor (KPKNL Pekalongan, red). Toner
nya buat printer di ruangan Bendahara Penerimaan, Tinta nya buat printer di
Penilaian”. Begitu kira-kira sebuah pesan whatsapp masuk ke ponsel sekitar
beberapa waktu lalu.
“Wahhhh… dalam
rangka apa ini Mbakkkk…”, kujawab pesan itu sembari langsung menebak alasan apa
yang membuat ia mengirim tinta itu.
Beberapa hari
berlalu, dalam pembicaraan kami selanjutnya ia mengatakan bahwa hal kemarin
dilakukannya dalam rangka “meringankan hisab” demi mengingat telah beberapa kali
menggunakan tinta-tinta tersebut untuk keperluan di luar pekerjaan. “Aku sudah
menduga 100% alasanmu itu, Mba”, jawab saya yang hafal dengan persona-nya.
Kemudian ada
satu waktu dimana saat membuka SATU KEMENKEU, pop up fliyer yang menjadi tema
adalah mengenai “Tipe-Tipe Orang Yang Tidak Berintergritas Di Kantor” yang
isinya kita merupakan orang yang tidak berintegritas ketika di antaranya :
1. Kita
menjadi “SI PALING HEMAT”, yang uraiannya adalah menggunakan fasilitas kantor
untuk kepentingan pribadi dalam rangka menghemat pengeluaran;
2. Kita
menjadi “SI PALING PUSH RANK”, yang digambarkan keadaan menghabiskan banyak
waktu kerja di kantor dengan bermain game;
3. Kita
menjadi “SI PALING SAT SET”, yang gambarannya adalah meninggalkan kantor tanpa
alasan yang sah sebelum jam kerja berakhir atau pada jam kerja;
4. Kita
menjadi “SI PALING MUMPUNG”, digambarkan menggunakan fasilitas kantor (2)
semacam WIFI, listrik untuk keperluan pribadi di luar kepentingan kedinasan.
Dalam video penjelasan, talent memeragakan pegawai yang menggunakan wifi kantor
untuk mengunduh berpuluh-puluh film atau semacamnya tonton ditonton kemudian,
kemudian menanak nasi dan membuat air panas dengan panci listrik;
I.
DEFINISI-DEFINISI INTEGRITAS
Secara
etimologis, integritas berasal dari bahasa latin integer yang berarti
keseluruhan atau lengkap (Fachrudin, 2013).
Integritas
adalah kualitas, sifat, atau keadaan yang menunjukkan suatu kesatuan yang utuh
sehingga memiliki potensi dan kemampuan untuk memancarkan wibawa dan kejujuran.
Seorang individu yang memiliki integritas memperlakukan orang lain sebagaimana
pribadi tersebut ingin diperlakukan, tetapi tidak mengharapkan timbal balik.
Membantu orang lain dilakukan untuk alasan altruistic (fokus pada
kesejahteraan orang lain), bukan untuk alasan egois (penghargaan pribadi
seperti kemajuan karier atau pengakuan sosial (Kitas Besar Bahasa
Indonesia/KBBI).
Integritas
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai berupa faktor
psikologis individu yang memiliki integritas tinggi antara fungsi jasmani dan
rohaninya (Mangkunegaran, 2016).
Integritas
merupakan sesuatu yang menuntut seorang pegawai untuk bersikap jujur, berani,
bijaksana dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugas-tugasnya. Semakin baik
integritas seorang pegawai maka semakin baik pula kinerja yang dihasilkan.
Integritas merupakan bentuk tanggung jawab seseorang atas apa yang dilakukannya
dan hasilnya sesuai dengan norma, nilai atau prinsip yang benar, dan pendirian
yang teguh tanpa paksaan dari pihak manapun (Wetik, 2018).
Integritas
sebagai kebalikan langsung dari kemunafikan. Dia menganggap bahwa seorang
munafik tidak memenuhi syarat untuk membimbing orang lain untuk mencapai karakter
luhur. Integritas diperlukan untuk semua orang, tidak hanya pemimpin tetapi
juga orang yang dipimpin. Orang ingin tahu bahwa pemimpin mereka dapat
dipercaya jika mereka ingin menjadi pengikut. Mereka percaya bahwa pemimpin
peduli dengan kepentingan setiap anggota tim dan bahwa pemimpin harus memiliki
keyakinan bahwa anggota timnya akan melakukan pekerjaan mereka. Para pemimpin
dan pengikut ingin tahu bahwa mereka akan menepati janji mereka dan tidak
pernah goyah dalam komitmen. Mereka yang hidup dengan integritas tidak akan
merusak kepercayaan orang-orang yang mempercayai mereka (Dr. Kenneth Boa).
Integritas adalah adalah konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam
menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan. Definisi lain dari integritas
adalah suatu konsep yang menunjuk konsistensi antara tindakan dengan nilai dan prinsip. Dalam etika, integritas
diartikan sebagai kejujuran dan
kebenaran dari tindakan seseorang. Lawan dari integritas adalah hipocrisy
(hipokrit atau munafik). Seorang
dikatakan “mempunyai integritas” apabila tindakannya sesuai dengan nilai,
keyakinan, dan prinsip yang dipegangnya (Wikipedia)
Integritas adalah konsisten berperilaku selaras dengan
nilai, norma dan/atau etika organisasi, dan jujur dalam hubungan dengan
manajemen, rekan kerja, bawahan langsung, dan pemangku kepentingan, menciptakan
budaya etika tinggi, bertanggung jawab atas tindakan atau keputusan beserta
resiko yang menyertainya (PermenPAN-RB Nomor 38 Tahun 2017). Lebih lanjut dalam
PermenPAN-RB Nomor 38 Tahun 2017 diuraikan perilaku kunci yang dapat
menunjukkan tingkat integritas seorang ASN pada berbagai level menurut
peraturan tersebut, antara lain:
1. Mampu
bertindak sesuai nilai, norma, etika organisasi dalam kapasitas pribadi;
2. Mampu
mengingatkan, mengajak rekan kerja untuk bertindak sesuai nilai, norma, dan
etika organisasi;
3. Mampu
memastikan, menanamkan keyakinan bersama agar anggota yang dipimpin bertindak
sesuai nilai, norma, dan etika organisasi dalam lingkup formal.
II.
UNSUR, DIMENSI DAN PENGUKURAN INTEGRITAS
Seseorang yang
berkomitmen menerapkan prinsip integritas dalam hidupnya akan mengedepankan
nilai-nilai yang dianut sebagai pedoman untuk melakukan pekerjaan. 9 (Sembilan)
nilai-nilai integritas yang dirilis oleh Komisi Pemberantasan Korupsi adalah:
1. Kejujuran
: berarti kelurusan hati seseorang yang akan selalu berusaha untuk menjaga
integritas dalam tindakannya dan tidak akan berusaha untuk menyembunyikan fakta
atau menipu orang lain;
2. Peduli
: peduli dalam nilai integritas adalah komitmen untuk memperhatikan kepentingan
orang lain. Ini berarti bahwa seseorang yang memiliki nilai integritas akan
selalu berusaha untuk memastikan bahwa tindakannya tidak akan merugikan orang
lain atau membuat keputusan yang tidak adil;
3. Tanggung
jawab : seseorang yang memiliki rasa tanggung jawab siap menanggung konsekuensi
dari tindakan yang telah dilakukan. Nilai ini sangat penting karena dapat
membantu menciptakan lingkungan kerja yang bertanggung jawab dan profesional;
4. Kerja
keras : berarti melakukan pekerjaan dengan sebaik mungkin dan berusaha untuk
mencapai hasil yang optimal dan mengatasi hambatan yang mungkin dihadapi dalam
proses kerja;
5. Mandiri
: dimaknai sebuah keadaan yang tidak bergantung pada orang lain dan dapat
berdiri sendiri. Pribadi yang mandiri mampu mengatur dirinya sendiri untuk
menetapkan gambaran hidup seperti yang diinginkan;
6. Sederhana
: hidup sederhana bukan berarti hidup miskin atau kikir, tetapi hidup yang
disesuaikan dengan kebutuhan dan tidak berlebihan dalam menggunakan harta yang
dimiliki. Hidup sederhana membuat seseorang akan lebih bisa mengatur prioritas
untuk menggunakan harta;
7. Adil
: adil artinya sama berat, tidak memihak kepada siapapun kecuali kepada
kebenaran. Bukan memihak dengan alasan persamaan suku, agama, bangsa, atau
pertemanan sehingga sikap ini akan mencegah konflik kepentingan. Selain itu,
seseorang yang adil tidak bertindak sewenang-wenang;
8. Berani
: bukan hanya keberanian fisik, tetapi berani juga dapat berlaku dalam konteks
emosional. Tindakan yang dilakukan tanpa rasa ragu dalam menghadapi suatu
situasi atau permasalahan;
9. Disiplin
: Komitmen merupakan salah satu kunci terbentuknya disiplin. Sikap disiplin
artinya mengendalikan diri sendiri untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam
konteks kerja, disiplin digunakan sebagai kemampuan untuk bekerja secara
efektif dan mencapai target dalam waktu yang ditentukan;
Integritas pada seseorang dapat
dinilai dari beberapa indikator (Sukarna, 2018):
1. Menunjukkan
kejujuran;
2. Memenuhi
komitmen;
3. Konsisten
Dalam Berperilaku.
Ciri-ciri integritas dalam
bekerja :
1. Melakukan
hal benar sekalipun tanpa diawasi;
2. Berperilaku
sesuai dengan apa yang diucapkan;
3. Seseorang
yang selalu konsisten dalam tindakannya dan tidak akan berubah-ubah dalam
prinsip dan nilainya;
4. Menjaga
profesionalitas dan tidak akan melakukan tindakan yang merugikan organisasi
atau rekan kerjanya;
5. Menghormati
hak-hak orang lain dan tidak akan melakukan diskriminasi;
6. Menempatkan
kepentingan umum di atas kepentingan pribadi atau kelompok;
7. Terbuka
dan transparan dalam tindakannya, dan tidak akan ada rahasia atau hal yang
disembunyikan.
Seseorang yang
berintegritas diharapkan memiliki sikap positif yang terwujud dalam sikap dan
perilakunya sehari-hari. Pun dalam dunia kerja, integritas memiliki peran penting
dalam organisasi. Contoh perilaku individu yang berintegritas dalam lingkungan
kerja antara lain :
1. Mematuhi
jam kerja / mematuhi jam kerja sesuai aturan : Kebiasaan yang paling penting
adalah membiasakan diri untuk tepat waktu. Sikap ini mencerminkan komitmen dan
konsistensi seseorang. Tepat waktu sama dengan menghargai waktu kita sendiri
dan waktu orang lain. Sikap seperti itu juga membuat orang-orang di sekitar
percaya bahwa kita adalah orang yang dapat dipercaya;
2. Bertanggung
jawab atas pekerjaan : Berusaha memenuhi tanggung jawab atas pekerjaan yang
telah diberikan dan berusaha mencapai hasil yang maksimal tanpa melemparkan
tanggung jawab kepada orang lain;
3. Pemimpin
yang dapat memberi contoh nyata yang baik : atasan menciptakan etika kerja yang
harus diikuti oleh pegawai, tetapi mereka sendiri tidak bertindak sesuai dengan
etika yang telah ditetapkan. Padahal
sebagai seorang atasan, yang bersangkutan harus memberikan contoh yang baik
sesuai dengan apa yang ditetapkan organisasi. Integritas bukan hanya kewajiban
pegawai tetapi juga seluruh bagian organisasi termasuk para pemimpinnya.
III.
MANFAAT INTEGRITAS BAGI ORGANISASI
Integritas membangun makna
positif bagi organisasi. Beberapa keuntungan bagi organisasi bila budaya
integritas di dalamnya telah terlaksana dengan baik di antaranya :
1. Menciptakan
reputasi yang baik bagi organisasi.
Dalam konteks organisasi,
integritas dapat dilihat dari bagaimana sebuah organisasi menjalankan kegiatannya
dengan jujur, transparan, dan bertanggung jawab. Hal ini akan membuatnya
mendapatkan reputasi yang baik, misalnya di bidang pelayanan bila stakeholder /
pelanggan puas dengan apa yang didapatkan maka ia akan kembali lagi untuk
mendapatkan pelayanan yang sama (repeat order). Lebih jauh seorang
pelanggan yang puas diharapkan akan dengan senang hati mengabarkan pengalaman
positifnya ke khalayak yang lebih luas. Reputasi yang baik meningkatkan
kepercayaan masyarakat;
2. Menciptakan
budaya organisasi yang baik.
Integritas dapat
menjadi dasar dari budaya organisasi yang baik karena integritas mengajarkan
bahwa sebuah organisasi harus selalu berpegang pada nilai-nilai etika dan moral
dalam melakukan kegiatan;
3. Mengembangkan
karyawan / pegawai dengan etika yang baik.
Ketika sebuah
organisasi memperlihatkan integritas dalam cara mereka menjalankan kegiatan / bisnis,
maka karyawan akan cenderung mengadopsi nilai-nilai yang sama dalam menjalankan
tugas mereka sehingga organisasi yang memiliki karyawan dengan etika yang baik
akan membuat bisnis semakin menarik di mata masyarakat. Organisasi yang
memiliki integritas ditandai dengan minimnya pergantian karyawan dan berusaha
meningkatkan tenaga kerja yang berkualitas. Karyawan yang bekerja juga akan
lebih merasa mendapatkan perlakuan yang adil.
IV.
URGENSI PERAN PEMIMPIN DALAM MEMBANGUN
INTEGRITAS DI TEMPAT KERJA
Pemimpin harus
mampu memimpin dengan contoh dan menciptakan lingkungan kerja yang profesional
bagi para bawahannya. Pemimpin bertanggung jawab untuk timnya dan secara aktif
mengelola kinerja timnya. Pemimpin memastikan bawahannya menjalankan tugasnya
sesuai dengan harapan organisasi, dan mematuhi manajemen risiko yang ada di
tempat kerja. Pemimpin menjamin pelaporan internal dan berkontribusi terhadap
perbaikan terus-menerus dari organisasi.
5 (lima) hal
penting bagi pemimpin untuk membangun integritas di tempat kerja menurut Eko
Suhascaryo, seorang praktisi di bidang pengelolaan & pengembangan sumber
daya manusia yang fokus pada bidang Assessment Center, Competency Development,
Technical Competency Assessment, Human Resources Management yakni :
1. ETIKA
KEPEMIMPINAN
Bagaimana
menjadi seorang pemimpin yang beretika dan professional serta konsisten dengan
harapan organisasi. Etika kepemimpinan meliputi unsur-unsur memimpin dengan
contoh, menetapkan harapan yang jelas dan terukur, menerapkan nilai-nilai
organisasi, membuat keputusan yang dapat dipercaya, mempunyai kemampuan yang
baik dan berkomunikasi dan menilai bawahannya, dan senantiasa bersedia
mengembangkan keterampilan.
2. MANAJEMEN
DAN PENGAWASAN YANG AKTIF
Bagaimana
menjadi seorang pemimpin yang efektif dan bangga pada bagaimana mengelola
tempat kerjanya. Pemimpin memanfaatkan sumber daya yang tersedia untuk
mengelola bawahan, memantau kinerja tim, membangun keterpaduan kelompok dan
mengatur arah strategis timnya. Beberapa sumber daya ini dapat berupa SOP di
tempat kerja, panduan etika, penilaian kinerja, dan pengembangan profesional
sehari-hari. Dalam konteks pengawasan, para pemimpin akan secara rutin
memeriksa pengaduan yang masuk dan mengidentifikasi potensi masalah.
3. PEMIMPIN
MEMPUNYAI KEPERCAYAAN BAHWA BAWAHANNYA MERUPAKAN ORANG-ORANG YANG TEPAT
Dalam hal ini
berarti bagaimana seorang pemimpin percaya bawahannya menjalankan tugasnya
sesuai dengan harapan organisasi dan bangga dengan layanan yang mereka berikan
kepada stakeholder. Pemimpin senantiasa mempromosikan kode etik,
menerapkan nilai-nilai organisasi, mendidik bawahan mengenai tanggung jawab dan
etika, mendorong bawahan untuk pengembangan pembelajaran mereka,
mengidentifikasi bawahan yang dapat menjadi ‘role model’ dan mengakui
kemampuan bawahan.
4. PEMIMPIN
MENERAPKAN PROSES YANG EFEKTIF
Bagaimana
seorang pemimpin membuat tempat kerjanya memiliki proses yang baik, percaya
bawahannya memahami dan mematuhi kewajiban serta tanggung jawab kerja. Poin ini
meliputi hubungan antara pemimpin dan bawahan saat pemimpin berkonsultasi pada
bawahan, menilai resiko perilaku, memonitor kecenderungan isu-isu potensial,
monitor kepatuhan, melakukan audit tanggung jawab dan lain-lain.
5. PEMIMPIN
MENERAPKAN PELAPORAN YANG PROFESIONAL
Bagaimana
seorang pemimpin percaya bawahannya akan bertindak atas masalah integritas, dan
nyaman dengan bagaimana kekhawatiran integritas diangkat dan dikelola di tempat
kerjanya. Poin ini mengandung unsur-unsur bagaimana seorang pemimpin mempertahankan
dan mempromosikan pesan utama bahwa semua bawahannya memiliki tanggung jawab
untuk memastikan standar integritas di tempat kerja, mendorong pelaporan yang
profesional, menciptakan budaya pelaporan yang aman, dan mereview penanganan
pengaduan di dalam organisasi.
V.
KESIMPULAN
Ber-INTEGRITAS tidak semata
berupa keadaan ketika kita tidak menggunakan fasilitas kantor untuk kepentingan
pribadi, tetapi juga mencakup beberapa dimensi perilaku lain sebagai
penyusunnya antara lain kejujuran, peduli, kerja keras, mandiri, disiplin dan
sebagainya. Ketika kita memiliki harga diri yang tinggi, orang-orang di sekitar
dapat melihatnya melalui tindakan, kata-kata, keputusan, metode, dan hasil yang
diraih. Begitu pula ketika kita menjadi manusia yang utuh dan koheren,
dimanapun kita berada dan dalam kondisi apapun, kita tidak akan pernah
meninggalkan sebagian dari diri kita dalam keadaan lain karena kita telah
menjadi pribadi yang utuh.
Penyusun : Ratih Prihatina,
Pelaksana Seksi Hukum dan Informasi KPKNL Pekalongan
Sumber-sumber :
https://www.youtube.com/watch?v=icFWHHhncoU
(youtube Itjen Kemenkeu, tipe-tipe orang tidak berintegritas di kantor)