Pontianak, 11 Januari 2023 – Kerja keras APBN selama kurang lebih 3 tahun terakhir telah berhasil menjaga masyarakat dan perekonomian dan
terbukti tangguh menghadapi berbagai guncangan dan ancaman ketidakpastian. Pemerintah terus mengoptimalkan peran
APBN sebagai shock
absorber dalam
meredam gejolak perekonomian global dan mendorong pemulihan ekonomi lebih
cepat. Hal ini tercermin dari kinerja
positif perekonomian Indonesia maupun regional Kalbar
yang melaju kuat di tengah turbulensi ekonomi global. Ekonomi Kalimantan Barat pada Triwulan
III-2022 tumbuh sebesar 6,48 persen
(y-o-y). Secara kumulatif Triwulan III-2022 terhadap
kumulatif Triwulan III-2021, ekonomi
Kalbar mengalami pertumbuhan sebesar 5,00 persen (c-to-c). Meningkatnya
rata-rata produksi komoditas unggulan
Triwulan III-2022 dibandingkan dengan Triwulan II-2022 membuat ekonomi tumbuh 1,15 persen (q-to-q). PDB nasional
dan PDB regional (PDRB) telah melampaui level PDB dan PDRB prapandemi serta indikator-indikator ekonomi
makro juga menunjukkan penguatan.
Seiring dengan pemulihan
ekonomi yang terus terjaga, penerimaan pendapatan lingkup Provinsi Kalimantan Barat hingga
31 Desember 2022, baik dari sektor perpajakan maupun non perpajakan mencapai Rp13.660,29 miliar
atau 119,73 persen dari target pendapatan. Persentase pendapatan dari pajak sebesar 118,69
persen dan Penerimaan Bukan Pajak (PNBP) sebesar 132,83 persen. Penerimaan Perpajakan pada pos PPN bahkan telah mencapai 123,83 persen berkat adanya implementasi Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP).
Dari sisi kinerja
belanja, belanja negara tumbuh positif
dan terus dioptimalkan untuk penguatan
pemulihan ekonomi dan reformasi struktural serta peningkatan kualitas belanja daerah sehingga dapat mendorong
pertumbuhan dan kesejahteraan masyarakat. Hingga 31 Desember 2022 total realisasi belanja
negara dalam APBN Kalbar adalah
sebesar Rp29.476,47 miliar
atau sekitar 100,22 persen dari total pagu belanja Rp29.412,67 miliar.
Realisasi ini disumbang oleh realisasi
Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) yang telah mencapai lebih dari 100
persen, yaitu sebesar 102,92 persen dan realisasi Belanja
Pemerintah Pusat (K/L) sebesar 95,51 persen.
Melihat trend yang ada,
memang terjadi defisit regional untuk APBN Kalbar sejak tahun 2018 s.d. 2022, namun ada beberapa hal yang menjadi
atensi bahwa kinerja terus membaik, yaitu meskipun defisit, rasio defisit
di Kalimantan Barat sejak tahun 2018 hingga
2022 terpantau terus turun dan tetap terkendali. Di tahun 2022 rasio defisit
di Provinsi Kalimantan Barat terhadap total belanja berada di angka 53,66
persen, jauh dibawa rasio defisit
APBN Kalbar 2021 yang berada
di angka 65,69 persen. Perbaikan kinerja
fiskal juga ditunjukkan dengan rasio pendapatan terhadap belanja yang semakin
meningkat dengan ditunjukkan adanya
peningkatan dari tahun ke tahun. Rasio pendapatan terhadap belanja APBN Kalbar di tahun 2022 mencapai 46,34 persen, jauh di atas rasio di tahun 2018 s.d. 2021 yang berada
di rentang 25-34 persen.
Kinerja positif APBN di tahun 2022 menjadi
modal yang kuat untuk menghadapi tahun 2023 dan
konsolidasi fiskal. APBN 2023 didesain tetap optimis namun dengan kewaspadaan
yang tinggi untuk mengantisipasi ketidakpastian
dengan kebijakan fiskal yang diarahkan pada “Peningkatan
Produktivitas untuk Transformasi Ekonomi yang Inklusif dan Berkelanjutan.” Tahun 2023 adalah
tahun penuh optimisme dan harapan namun tetap waspada. Pemerintah optimis bahwa kondisi perekonomian akan semakin
membaik melalui APBN sebagai instrumen penjaga
masyarakat dan perekonomian, namun tetap waspada
menghadapi dinamika ke depan karena risiko ketidakpastian yang masih tinggi.
APBN 2023 siap mendukung
berbagai target pembangunan dengan fokus pada human capital, physical capital, dan antisipasi
ketidakpastian. Kebijakan belanja berfokus untuk
meningkatkan kualitas SDM, melanjutkan pembangunan infrastruktur dasar, reformasi
birokrasi, revitalisasi industri, pembangunan dan pengembangan ekonomi hijau, serta tetap diarahkan
untuk melindungi masyarakat dari risiko ketidakpastian. Kebijakan pendapatan diarahkan
pada optimalisasi pendapatan negara untuk mendukung
konsolidasi fiskal yang berkualitas dan kesinambungan fiskal dengan tetap menjaga
iklim investasi dan daya saing usaha tetap kondusif. Pemerintah akan melihat secara hati-hati komponen-komponen yang
menyumbangkan Penerimaan Negara, baik perpajakan, kepabeanan dan cukai, maupun PNBP untuk mengidentifikasi
kemungkinan dinamika global yang akan mempengaruhi target penerimaan negara
tahun 2023, serta akan memperkuat langkah-langkah pengamanan penerimaan.
Kebijakan subsidi
pada APBN 2023 terus didorong
agar lebih sasaran
dan berkeadilan, namun tetap
diselaraskan dengan pemulihan ekonomi dan daya beli masyarakat serta dlakukan pada
waktu yang tepat. Kebijakan subsidi terus
didukung dengan akselerasi reformasi menuju sistem perlinsos sepanjang hayat dan adaptif untuk mempercepat
penurunan kemiskinan, meningkatkan kesejahteraan,
dan pembangunan SDM jangka panjang. Kebijakan transfer ke daerah semakin diperkuat dengan implementasi UU HKPD dan
diarahkan pada peningkatan kualitas layanan publik dan pemerataan ekonomi daerah yang berkeadilan agar mampu
mendorong pemulihan ekonomi di daerah, dengan meningkatkan sinergi
kebijakan fiskal pusat-daerah serta harmonisasi belanja
pusat- daerah. Kebijakan
pembiayaan diarahkan pada pengelolaan utang yang aman dan kredibel, serta mendorong pembiayaan inovatif untuk
mempercepat pembangunan proyek strategis pusat dan daerah.
Perwakilan
Kementerian Keuangan Provinsi Kalimantan Barat mengapresiasi seluruh
masyarakat, Kementerian/Lembaga, Media, dan jajaran
pemangku kepentingan yang telah mendukung
kesuksesan pelaksanaan APBN 2022. Mari bersama kita kawal APBN 2023 demi
menjaga APBN sehat demi mendukung perekonomian yang kuat.