Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
Kanwil DJKN Jawa Timur
Informasi Publik

Siaran Pers Kinerja APBN 2024 Tetap Kuat dan Adaptif Mengantisipasi Risiko

DENI ATIF HIDAYAT   |   Rabu, 28 Februari 2024   |   2024-02-28 16:32:43   |   0 kali

Jakarta, 22 Februari 2024

·         Memasuki tahun 2024, ketidakpastian geopolitik masih perlu terus diwaspadai. Selain itu, tekanan inflasi dan suku bunga global, serta proteksionisme yang menurunkan ekspor juga menjadi sejumlah risiko yang perlu dicermati. Perekonomian global diperkirakan stagnan, moderasi inflasi berlanjut. World Bank dan IMF memperkirakan pertumbuhan global masing-masing sebesar 2,6persen dan 3,1persen untuk tahun 2023 dan 2,4persen dan 3,1persen untuk tahun 2024 serta 2,7persen dan 3,2persen untuk tahun 2025. Sementara, proyeksi inflasi tetap tinggi (IMF: 6,8persen tahun 2023, 5,8persen tahun 2024 dan 4,4persen tahun 2025).

·         PMI Manufaktur Global per Januari 2024 mulai membaik. Aktivitas sektor manufaktur di Amerika Serikat, Korea Selatan, Vietnam, Brazil, dan Australia pulih ke zona ekspansi. Indonesia bersama India terus melanjutkan ekspansi. Sementara, jumlah negara yang mengalami kontraksi berkurang menjadi 50persen, antara lain Eropa, Jerman, Perancis, Italia, Inggris, Jepang, Thailand, Malaysia, Turki, Kanada, dan Afrika Selatan.

·         Harga komoditas melanjutkan tren moderasi, namun masih dibayangi ketidakpastian. Secara year to date, harga gas alam turun 37,9persen dan batubara melemah 18,5persen. Selain itu, harga komoditas pangan dan pertanian seperti gandum dan kedelai juga mengalami penurunan, masing-masing 10,7persen dan 10,0persen (ytd). Sementara, harga minyak dunia naik 7,5persen (ytd) ke level USD82,8 per barel, demikian pula dengan harga CPO (naik 1,1persen ytd) dan beras (naik 5,9persen ytd).

·         Di tengah pelemahan global tahun 2023, ekonomi Indonesia tumbuh relatif kuat, 5,05persen, terutama didukung konsumsi rumah tangga yang tumbuh 4,82persen dari sisi pengeluaran dan sektor manufaktur tumbuh 4,64persen dari sisi produksi.

·         Neraca perdagangan Indonesia masih tetap mencatatkan surplus (memasuki bulan ke-45). Di bulan Januari 2024, ekspor mengalami penurunan di tengah pertumbuhan impor sehingga surplus perdagangan kembali menyempit. Ekspor terkontraksi 8,1persen (yoy) menjadi USD20,52 miliar, sementara impor tumbuh 0,4persen (yoy) menjadi USD18,51 miliar. Surplus neraca perdagangan tercatat sebesar USD2,02 miliar. 

·         Inflasi domestik relatif terjaga, pada bulan Januari 2024 mencapai 2,57persen (yoy). Namun demikian, tekanan harga beras perlu diwaspadai. Pemerintah terus melakukan stabilisasi harga pangan, terutama beras menjelang Ramadhan dan Idul Fitri.

·         Prospek pertumbuhan di awal 2024 masih kuat, terutama dilihat dari indikator produksi. Hal ini ditunjukkan oleh PMI Manufaktur Indonesia yang konsisten ekspansi dalam 29 bulan berturut-turut, mencapai 52,9 pada Januari 2024. Konsumsi listrik untuk bisnis tumbuh 8,9persen (yoy), meskipun untuk industri sedikit turun 0,5persen (yoy). Dari sisi konsumsi, Indeks Keyakinan Konsumen terjaga di angka 125, Mandiri Spending Indeks meningkat 40,0persen (yoy), dan Indeks Penjualan Riil tumbuh 3,7persen (yoy).

·         Kondisi pasar keuangan domestik cukup dinamisNilai tukar Rupiah tercatat mengalami depresiasi (melemah 1,39persen ytd), demikian juga indeks Dolar AS. Hingga 19 Februari 2024, terjadi capital inflow sebesar Rp18,24 triliun (ytd) (pasar saham inflow sebesar Rp20,89 triliun (ytd) dan pasar SBN domestik outflow sebesar Rp2,65 triliun (ytd)), serta yield SUN 10Y cenderung sideways, naik 9bps (ytd).

·         APBN mencatatkan kinerja yang baik di awal tahun 2024. Realisasi Belanja Negara mencapai Rp184,2 triliun atau 5,5 persen pagu APBNKomponen Belanja Pemerintah Pusat (BPP) telah terealisasi sebesar Rp96,4 triliun (3,9persen dari pagu APBN), ditopang Belanja K/L sebesar Rp44,8 triliun dan Belanja non-K/L sebesar Rp51,6 triliun

·         Dukungan APBN kepada APBD melalui Transfer ke Daerah (TKD) meningkat, di mana sampai dengan 31 Januari 2024 mencapai Rp87,8 triliun (10,2persen dari pagu APBN). Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) Nonfisik, Dana Bagi Hasil (DBH) dan Dana Desa terealisasi masing-masing sebesar Rp45,2 triliun, Rp27,5 triliun, Rp13,2 triliun dan Rp1,9 triliun. Sebagian dana TKD lainnya seperti Dana Otonomi Khusus, Dana Istimewa, DAK Fisik, Hibah dan Insentif Fiskal belum disalurkan karena menunggu penyampaian syarat salur atau belum masuk jadwal penyaluran.

·         Pembiayaan Investasi 2024 berfokus pada sektor prioritas demi kesejahteraan masyarakat. Pembiayaan investasi turut mendukung percepatan transformasi ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, di antaranya melalui penyertaan modal negara secara selektif kepada BUMN untuk mendukung pelaksanaan program prioritas pemerintah (percepatan pembangunan infrastruktur, penyediaan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah, dan pengembangan UMKM) dan pembiayaan investasi kepada BLU/Badan Hukum lainnya untuk penyediaan lahan infrastruktur PSN, peningkatan akses masyarakat untuk pendidikan dan keberlanjutan pengembangan pendidikan, peningkatan ekspor nasional ke pasar global, menjaga kelestarian lingkungan hidup, dan memperkuat posisi Indonesia dalam hubungan internasional. Sampai dengan 31 Januari 2024 telah dicairkan sebesar Rp1,73 triliun untuk klaster kerja sama internasional.

·         Melanjutkan kinerja positif tahun lalu, realisasi Pendapatan Negara sampai dengan Januari 2024 mencapai Rp215,5 triliun, atau 7,7persen dari target APBN. Penerimaan Pajak mencapai Rp149,25 triliun atau 7,5persen target APBN, terutama ditopang PPh nonmigas dan PPN & PPnBM yang masing-masing mencatatkan realisasi Rp83,69 triliun dan Rp57,76 triliun. Sektor perdagangan dan industri pengolahan menyumbang kontribusi terbesar dalam penerimaan pajak, masing-masing dengan porsi 26,6persen dan 26,2persen. Tren penerimaan pajak yang meningkat menunjukkan kondisi perekonomian Indonesia konsisten tumbuh.

·         Penerimaan Kepabeanan dan Cukai mencapai Rp22,9 triliun (7,1persen dari target APBN), sesuai pola tahun-tahun sebelumnyaPenerimaan Cukai, Bea Masuk, dan Bea Keluar masing-masing mencapai Rp17,9 triliun, Rp3,9 triliun, dan Rp1,2 triliun.  

·         Kinerja PNBP hingga akhir Januari 2024 cukup baik, mencapai Rp43,3 triliun (8,8persen dari target APBN). PNBP SDA terpengaruh moderasi harga komoditas sehingga pendapatan SDA migas dan nonmigas melambat masing-masing mencapai Rp9,5 triliun dan Rp9,4 triliun. Sementara, realisasi PNBP non-SDA mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pendapatan KND mencapai Rp6,8 triliun, terutama disumbang dari setoran dividen interim BUMN Perbankan. PNBP lainnya terealisasi Rp15,9 triliun, terutama disumbang kenaikan pendapatan TAYL dan denda. Pendapatan BLU mencapai Rp1,7 triliun, dengan peningkatan utamanya disumbang dari pendapatan jasa layanan rumah sakit dan jasa layanan pendidikan.

·         APBN 2024 hingga akhir Januari mencatatkan surplus sebesar Rp31,3 triliun atau 0,14persen PDB, dengan keseimbangan primer tercatat positif sebesar Rp61,4 triliunPembiayaan anggaran on-track, dengan reallisasi pembiayaan utang Rp107,6 triliun.

·         Sebagai kesimpulan, kinerja APBN di awal 2024 terus melanjutkan kinerja baik APBN 2023 dengan momentum pertumbuhan ekonomi yang stabil. Pemerintah terus memantau dan mengantisipasi dampak dari pelemahan perekonomian dan volatilitas pasar keuangan global terhadap perekonomian domestik dan kesinambungan fiskal.
 

***


Deni Surjantoro
Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi
Kementerian Keuangan

Kontak
Jl. Dinoyo No. 111 Gedung Keuangan Negara II Lt. 8 Surabaya - 60265
(031) 5615395
(031) 5615395
kanwil10.djkn@gmail.com
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini