Jakarta, 22
Februari 2024
·
Memasuki tahun 2024, ketidakpastian geopolitik
masih perlu terus diwaspadai. Selain itu, tekanan inflasi dan suku bunga
global, serta proteksionisme yang menurunkan ekspor juga menjadi sejumlah
risiko yang perlu dicermati. Perekonomian global diperkirakan stagnan, moderasi
inflasi berlanjut. World Bank dan IMF memperkirakan pertumbuhan global
masing-masing sebesar 2,6persen dan 3,1persen untuk tahun 2023 dan 2,4persen
dan 3,1persen untuk tahun 2024 serta 2,7persen dan 3,2persen untuk tahun 2025.
Sementara, proyeksi inflasi tetap tinggi (IMF: 6,8persen tahun 2023, 5,8persen
tahun 2024 dan 4,4persen tahun 2025).
·
PMI Manufaktur Global per Januari 2024 mulai membaik.
Aktivitas sektor manufaktur di Amerika Serikat, Korea Selatan, Vietnam, Brazil,
dan Australia pulih ke zona ekspansi. Indonesia bersama India terus melanjutkan
ekspansi. Sementara, jumlah negara yang mengalami kontraksi berkurang menjadi
50persen, antara lain Eropa, Jerman, Perancis, Italia, Inggris, Jepang,
Thailand, Malaysia, Turki, Kanada, dan Afrika Selatan.
·
Harga komoditas melanjutkan tren moderasi, namun masih
dibayangi ketidakpastian. Secara year
to date, harga gas alam turun 37,9persen dan batubara melemah 18,5persen.
Selain itu, harga komoditas pangan dan pertanian seperti gandum dan kedelai
juga mengalami penurunan, masing-masing 10,7persen dan 10,0persen (ytd).
Sementara, harga minyak dunia naik 7,5persen (ytd) ke level USD82,8
per barel, demikian pula dengan harga CPO (naik 1,1persen ytd) dan beras (naik
5,9persen ytd).
·
Di tengah pelemahan global tahun 2023, ekonomi Indonesia
tumbuh relatif kuat, 5,05persen, terutama didukung konsumsi rumah
tangga yang tumbuh 4,82persen dari sisi pengeluaran dan sektor manufaktur
tumbuh 4,64persen dari sisi produksi.
·
Neraca perdagangan Indonesia masih tetap
mencatatkan surplus (memasuki bulan ke-45). Di bulan
Januari 2024, ekspor mengalami penurunan di tengah pertumbuhan impor sehingga
surplus perdagangan kembali menyempit. Ekspor terkontraksi 8,1persen (yoy)
menjadi USD20,52 miliar, sementara impor tumbuh 0,4persen (yoy) menjadi
USD18,51 miliar. Surplus neraca perdagangan tercatat sebesar USD2,02 miliar.
·
Inflasi domestik relatif terjaga, pada bulan
Januari 2024 mencapai 2,57persen (yoy). Namun demikian,
tekanan harga beras perlu diwaspadai. Pemerintah
terus melakukan stabilisasi harga pangan, terutama beras menjelang Ramadhan dan
Idul Fitri.
·
Prospek pertumbuhan di awal 2024 masih kuat,
terutama dilihat dari indikator produksi. Hal ini ditunjukkan oleh PMI
Manufaktur Indonesia yang konsisten ekspansi dalam 29
bulan berturut-turut, mencapai 52,9 pada Januari 2024. Konsumsi listrik untuk bisnis tumbuh 8,9persen (yoy), meskipun untuk industri
sedikit turun 0,5persen
(yoy). Dari sisi konsumsi, Indeks Keyakinan Konsumen
terjaga di angka 125, Mandiri Spending Indeks meningkat 40,0persen
(yoy), dan Indeks Penjualan Riil tumbuh 3,7persen (yoy).
·
Kondisi pasar keuangan domestik cukup dinamis. Nilai tukar Rupiah tercatat
mengalami depresiasi (melemah 1,39persen ytd), demikian juga indeks Dolar AS. Hingga 19
Februari 2024, terjadi capital inflow sebesar Rp18,24 triliun
(ytd) (pasar saham inflow sebesar Rp20,89 triliun (ytd) dan
pasar SBN domestik outflow sebesar Rp2,65 triliun (ytd)),
serta yield SUN 10Y cenderung sideways, naik
9bps (ytd).
·
APBN mencatatkan kinerja yang baik di awal tahun
2024. Realisasi Belanja Negara mencapai Rp184,2 triliun atau 5,5 persen pagu APBN. Komponen Belanja Pemerintah
Pusat (BPP) telah terealisasi sebesar Rp96,4 triliun (3,9persen dari pagu APBN), ditopang Belanja K/L sebesar
Rp44,8 triliun dan Belanja non-K/L sebesar Rp51,6 triliun
·
Dukungan APBN kepada APBD melalui Transfer ke
Daerah (TKD) meningkat, di mana sampai dengan 31 Januari 2024 mencapai
Rp87,8 triliun (10,2persen dari pagu APBN). Dana Alokasi Umum (DAU),
Dana Alokasi Khusus (DAK) Nonfisik, Dana Bagi Hasil (DBH) dan Dana Desa
terealisasi masing-masing sebesar Rp45,2 triliun, Rp27,5 triliun, Rp13,2
triliun dan Rp1,9 triliun. Sebagian dana TKD lainnya seperti Dana Otonomi
Khusus, Dana Istimewa, DAK Fisik, Hibah dan Insentif Fiskal belum disalurkan
karena menunggu penyampaian syarat salur atau belum masuk jadwal penyaluran.
·
Pembiayaan Investasi 2024 berfokus pada sektor
prioritas demi kesejahteraan masyarakat. Pembiayaan investasi turut
mendukung percepatan transformasi ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, di
antaranya melalui penyertaan modal negara secara selektif kepada BUMN untuk
mendukung pelaksanaan program prioritas pemerintah (percepatan pembangunan
infrastruktur, penyediaan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah, dan
pengembangan UMKM) dan pembiayaan investasi kepada BLU/Badan Hukum lainnya
untuk penyediaan lahan infrastruktur PSN, peningkatan akses masyarakat untuk
pendidikan dan keberlanjutan pengembangan pendidikan, peningkatan ekspor
nasional ke pasar global, menjaga kelestarian lingkungan hidup, dan memperkuat
posisi Indonesia dalam hubungan internasional. Sampai dengan 31 Januari 2024
telah dicairkan sebesar Rp1,73 triliun untuk klaster kerja sama internasional.
·
Melanjutkan kinerja positif tahun lalu,
realisasi Pendapatan Negara sampai dengan
Januari 2024 mencapai Rp215,5 triliun, atau 7,7persen dari target
APBN. Penerimaan Pajak mencapai Rp149,25
triliun atau 7,5persen target APBN, terutama ditopang PPh nonmigas dan PPN
& PPnBM yang masing-masing mencatatkan realisasi Rp83,69 triliun dan
Rp57,76 triliun. Sektor perdagangan dan industri pengolahan menyumbang
kontribusi terbesar dalam penerimaan pajak, masing-masing dengan porsi 26,6persen
dan 26,2persen. Tren penerimaan pajak yang meningkat menunjukkan kondisi
perekonomian Indonesia konsisten tumbuh.
·
Penerimaan Kepabeanan dan Cukai mencapai Rp22,9 triliun (7,1persen dari target APBN), sesuai pola tahun-tahun sebelumnya. Penerimaan Cukai, Bea Masuk, dan Bea Keluar masing-masing
mencapai Rp17,9 triliun, Rp3,9 triliun, dan Rp1,2 triliun.
·
Kinerja PNBP hingga akhir Januari 2024 cukup baik,
mencapai Rp43,3 triliun (8,8persen dari target APBN). PNBP SDA terpengaruh
moderasi harga komoditas sehingga pendapatan SDA migas dan nonmigas melambat
masing-masing mencapai Rp9,5 triliun dan Rp9,4 triliun. Sementara,
realisasi PNBP non-SDA mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama
tahun sebelumnya. Pendapatan KND mencapai Rp6,8 triliun, terutama disumbang
dari setoran dividen interim BUMN Perbankan. PNBP lainnya terealisasi Rp15,9
triliun, terutama disumbang kenaikan pendapatan TAYL dan denda. Pendapatan BLU
mencapai Rp1,7 triliun, dengan peningkatan utamanya disumbang dari pendapatan
jasa layanan rumah sakit dan jasa layanan pendidikan.
·
APBN 2024 hingga akhir Januari mencatatkan surplus
sebesar Rp31,3 triliun atau 0,14persen PDB, dengan keseimbangan primer
tercatat positif sebesar Rp61,4 triliun. Pembiayaan anggaran on-track, dengan reallisasi pembiayaan utang Rp107,6 triliun.
·
Sebagai kesimpulan, kinerja APBN di awal
2024 terus melanjutkan kinerja baik APBN 2023 dengan momentum pertumbuhan
ekonomi yang stabil. Pemerintah terus memantau dan mengantisipasi
dampak dari pelemahan perekonomian dan volatilitas pasar keuangan global
terhadap perekonomian domestik dan kesinambungan fiskal.
***
Deni Surjantoro
Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi
Kementerian Keuangan