Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Berita Media DJKN
Kemenperin Hitung Untung Rugi Inalum Jadi Pelat Merah

 Selasa, 02 April 2013 pukul 11:10:00   |   273 kali

Pemerintah cenderung mengarahkan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) di Sumatera Utara menjadi bagian dari salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Hanya saja Kementerian Perindustrian yang merancang akuisisi itu masih belum yakin dengan langkah tersebut. Kementerian masih menghitung untung-ruginya.

Direktur Jenderal Kerja Sama Industri Internasional Kemenperin Agus Tjahajana Wirakusumah menyatakan salah satu keuntungan yang akan didapat bila Inalum diakuisisi BUMN adalah kemudahan mendapat akses permodalan.

"Misalnya dia berdiri sendiri, dia mau minta tolong siapa. Kalau dia di bawah BUMN lain dia punya bargaining chip yang besar," ujarnya selepas mengikuti rapat dengan Komisi VI di DPR, Senayan, Senin (1/4).

Kemudahan mengakses modal harus diutamakan setelah Inalum menjadi perusahaan Indonesia. Sebab Kemenperin sudah menargetkan produksi pabrik alumunium terbesar di Asia Tenggara itu dapat meningkat menjadi 260.000 ton per tahun.

"Kita ingin Inalum bisa produksi sampai 260.000 ton, nah kalau mengandalkan sendiri, apakah dia cukup kuat mendapatkan modal, tidak mungkin mengandalkan pemerintah. Kalau ada induk perusahaan yan lebih besar, assetnya akan banyak," ungkap Agus.

Namun pemerintah menyadari ada potensi kerugian jika Inalum bergabung dengan BUMN. Salah satu yang mengancam, kata Agus, adalah perbedaan budaya kerja yang bisa menghambat kinerja manajemen. Inalum selama ini dikelola dengan budaya ala Jepang.

"Culture kadang-kadang menentukan, kadang bisa culture (kerjanya)-nya matching, kalau enggak jalan juga mengganggu, jadi mana yang akan diambil pemerintah, kita masih ada waktu memantapkan," paparnya.

Pemerintah terus menjalankan perundingan dengan konsorsium Nippon Asahan Aluminium (NAA) dari Jepang selaku pemegang saham mayoritas Inalum. Kemenperin telah melibatkan Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP) buat menghitung berapa nilai paling pantas buat mengambil alih perusahaan itu.

Perusahaan ini berdiri pada 1976, dengan 58 persen sahamnya dikuasai konsorsium 12 perusahaan Jepang, termasuk Mitsubishi Corporation. Pada 2012 penjualan aluminium jenis ingot dari Inalum mencapai 198.003 ton. Dengan rincian, diekspor ke Jepang sebesar 115.002 ton dan dipasok ke pasar domestik sebesar 83.001 ton.

Hasil kajian Tim Pengambilalihan Inalum menyebutkan, akuisisi saham Inalum akan berdampak positif untuk kepentingan negara. Alasannya, industri alumunium memiliki prospek baik seiring program hilirisasi industri yang dicanangkan pemerintah.

Selain itu, Inalum merupakan satu-satunya perusahaan peleburan alumunium di Asia Tenggara yang memiliki fasilitas lengkap. Sehingga pemerintah dapat memanfaatkan pabrik ini sebagai fondasi integrasi industrialisasi di Indonesia. [noe]

sumber: http://www.merdeka.com/uang/kemenperin-hitung-untung-rugi-inalum-jadi-pelat-merah.html

Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini