Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Berita Media DJKN
PT DI Tunggu Suntikan Modal Pemerintah

 Senin, 23 Juli 2012 pukul 12:15:38   |   400 kali

Bisnis Indonesia, Bandung - PT Dirgantara Indonesia (PT DI) menunggu kucuran dana Rp1 triliun dari pemerintah untuk segera mengoptimalkan program revitalisasi BUMN pembuat pesawat terbang tersebut. Direktur Umum Dirgantara Indonesia Sukatwikamto mengatakan pihaknya sudah mengajukan Rp2,06 triliun kepada pemerintah untuk revitalisasi tiga pilar penting perusahaan. "Pengajuan dana sebesar itu agar PT DI bisa kembali berkembang,"katanya pekan lalu. Meskipun anggaran belum mengucur, revitalisasi tiga pilar penting tersebut sudah berjalan. Pilar pertama terkait dengan komitmen pemerintah untuk memberikan kontrak pembuatan pesawat. Pilar pertama ini sudah teralisasi. Setidaknya perusahaan itu sudah mengantongi kontrak pembuatan pesawat senilai Rp8 triliun.

Pilar kedua terkait dengan Penyertaan Modal Negara (PMN) dari pemerintah yang akan turun secara bertahap. Mayoritas modal digunakan untuk program revitalisasi permesinan dan modal kerja. "Dana yang sudah disepakati Rp1,4 triliun - Rp1,6 triliun. Harapan kami bulan depan mengucur Rp1 triliun," katanya.

Menurutnya, dalam modal kerja itu terdapat dana untuk stok penyangga (buffer stock) agar pengiriman produk bisa tepat waktu. Buffer stock dinilai penting karena pembeli kadang-kadang membutuhkan pesawat atau komponen yang siap kirim.

Setelah mengucurkan Rp1 triliun, pemerintah berkomitmen menyuntikkan PMN secara bertahap Rp400 miliar, kemudian Rp600 miliar, hingga akhirnya mencapai Rp2 triliun. "Kami bisa mengembangkan diri dan makin berkelanjutan dengan adanya dana itu," katanya.

Pilar terakhir dari program revitalisasi itu yakni regenerasi sumber daya manusia (SDM). Saat ini perseroan dihadapkan pada masalah kehilangan tenaga inti sekitar 2.000 orang pada 2020 karena masuk usia pensiun. Karena itu, menurut Sukatwikamto, PT DI membuka lowongan pekerjaan dalam jumlah besar mulai tahun ini. "Target kami setiap tahun rata-rata akan melakukan rekrutmen 300 orang untuk tenaga inti," katanya. Dia menuturkan separuh tenaga inti segera pensiun sehingga perlu regenerasi. "Pada 2015, kami harus estafet, harus ada transisi, dan transfer pengetahuan kepada tenaga muda," ujarnya.

BUMN itu merancang transisi alih teknologi mulai dari sekarang. Untuk tenaga ahli dari insinyur, dibutuhkan waktu 4-5 tahun dibandingkan dengan tenaga dari STM yang hanya butuh 6 bulan. Dia menjelaskan lulusan STM ditugaskan untuk membuat komponen, sementara insinyur terlibat penuh dalam pembuatan desain pesawat. Untuk mempercepat proses alih teknologi, perusahaan akan mengirimkan tenaga ahli ke Spanyol untuk membuat pesawat CN-235 pesanan Kementerian Pertahanan dan ke Korea Selatan untuk pembuatan desain pesawat tempur Fighter Experiment (KFX).

Selain peningkatan SDM , pihaknya sedang membenahi sistem manajemen perusahaan. Modal kerja dari pemerintah juga dipakai untuk mengembangkan sejumlah produk agar bisa mengikuti kebutuhan pasar

Sumber:Bisnis Indonesia

Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini