Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Berita Media DJKN
Bukit Asam Jajaki Lagi Ekspansi PLTU di Myanmar dan Vietnam
Investor Daily, 13 Desember 2016
 Selasa, 20 Desember 2016 pukul 18:52:38   |   662 kali

JAKARTA - PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) kembali menjajaki ekspansi dua pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di Myanmar dan Vietnam tahun depan. Total kapasitas PLTU yang dibidik sekitar 800 megawatt (MW).

Sekretaris Perusahaan Bukit Asam Adib Ubaidillah mengatakan, rencana ekspansi pembangkit memang telah digagas sejak 2013. Namun, prosesnya masih membutuhkan waktu. Di Myanmar, perseroan tengah menunggu situasi kondusif di wilayah calon lokasi PLTU.

"Perseroan sudah memperoleh izin prinsip dari Menteri Listrik Myanmar. Rencananya, kami ingin membangun 2x100 megawatt (MW)," jelas Adib kepada Investor Daily di Jakarta, akhir pekan lalu.

Adib menegaskan, perseroan akan menggandeng badan usaha swasta Myanmar yang direkomendasikan Kementerian Listrik Myanmar. Untuk proyek PLTU perdana di luar negeri, pihaknya akan masuk dengan kepemilikan minoritas terlebih dahulu, yang selanjutnya bisa ditingkatkan.

Sementara untuk di Vietnam, lanjut Adib, perseroan ditawarkan untuk mengambil sebagian ekuitas dalam proyek PLTU. Namun, perseroan masih mengkaji apakah skema equity portion ini cukup aman dan menguntungkan di masa mendatang.

"Di Vietnam, kita mencari proyek PLTU dengan kapasitas 600 megawatt (MW). Saat ini prospek kerjasamanya dengan BUMN Vietnam," jelas dia.

Apabila proyek PLTU ini bisa dieksekusi, lanjut Adib, Bukit Asam berpeluang menjadi pemasok batubara

dalam PLTU. Alhasil, penjualan batubara perseroan dapat meningkat. Rencananya, pendanaan ekspansi di luar negeri akan disiapkan dari kas internal dan sumber eksternal.

Pinjaman

Pekan lalu, PT Bank Raykat Indonesia Tbk (BBRI) berkomitmen mengucurkan fasilitas pendanaan senilai Rp 2,5 triliun, terdiri atas pendanaan valuta asing sebesar US$ 135 juta dan Rp 800 miliar.

Fasilitas tersebut terdiri atas fasilitas penangguhan jaminan impor (PJI) dalam hal letter of credit (LC) dan surat kredit berdokumen dalam negeri sebesar Rp 300 miliar, bank garansi Rp 500 miliar, kredit modal kerja US$ 100 juta, dan fasilitas foreign exchange line sebesar US$ 35 juta.

BRI memberikan suku bunga single digit atau dibawah 10% untuk fasilitas tersebut Bukit Asam akan memanfaatkan pinjaman untuk kebutuhan ekspansi bisnis

Pinjaman tersebut menambah kredit yang diraih Bukit Asam dari Bank BUMN. Sebelumnya, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menyalurkan pembiayaan senilai total Rp 4,82 triliun untuk membiayai pengembangan bisnis Bukit Asam. Pembiayaan tersebut terdiri atas dua denominasi, yaitu Rp 1.7 triliun dan US$ 230 juta.

Dari nilai pembiayaan tersebut, sebesar US$ 100 juta berskema pinjaman fasilitas khusus untuk membiayai belanja modal dengan tenor lima tahun. Sementara itu, fasilitas kredit US$ 130 juta adalah pinjaman treasury line untuk memenuhi kebutuhan likuiditas valas operasional perusahaan dengan tenor satu tahun.

Selanjutnya, fasilitas supplier financing Rp 700 miliar dan fasilitas trust receipt non LC sebesar Rp700 miliar dimaksudkan untuk memperlancar proses pembayaran kepada supplier Bukit Asam. Serta, fasilitas invoice financing Rp300 miliar untuk mempercepat penerimaan hasil penjualan batubara Bukit Asam

Tahun depan. Bukit Asam mengalokasikan belanja modal (capital expenditure/capex) sekitar Rp 4,5 triliun, naik dibanding perkiraan realisasi tahun ini Rp 3 triliun. Anggaran tersebut belum termasuk aksi akuisisi tambang batubara yang diperkirakan lebih dari US$ 100 juta.

Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifin mengatakan, dana capex akan berasal dari kas internal dan kredit perbankan. Mayoritas capex akan digunakan untuk kebutuhan operasional seperti sarana dan prasarana tambang. Capex juga akan dimanfaatkan untuk ekspansi kelistrikan seperti pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).

"Investasi yang termasuk pendukung iambang itu, salah satunya peningkatan kapasitas pelabuhan Kertapati di Palembang, dari semula 3 juta ton menjadi 5 juta ton," jelas dia, baru-baru ini.

Arviyan menerangkan, investasi ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas produksi perseroan menjadi 25-27 juta ton tahun depan, dari target produksi tahun ini 21 juta ton. Sementara itu, di sektor kelistrikan, perseroan berharap dapat memulai konstruksi PLTU Mulut Tambang Sumsel 8 berkapasitas 2x620 megawatt (MW) tahun depan.

Saat ini, perseroan bersama PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) dalam proses merevisi perjanjian jual beli listrik (power purchase agreement/PPA). Sebelumnya, dikabarkan PLN ingin FLTU dibangun 4x30(r MW. Namun, kata Arviyan, pihaknya tetap sepakat PLTU dibangun dengan spesifikasi 2x620. 

Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini