Yogyakarta – Rabu (5/9) Di sela-sela kegiatan kunjungannya sebagai Dewan Komisaris
Telkom Regional Jateng dan D.I. Yogyakarta, Direktur Jenderal Kekayaan Negara Isa Rachmatarwata berkenan melakukan kunjungan sekaligus pembinaan
pegawai ke KPKNL Yogyakarta. Dalam
kunjungan singkat tersebut, Isa
berkesempatan bergabung bersama Kepala KPKNL Yogyakarta beserta seluruh
jajarannya melakukan Doa Bersama di lobby. Kegiatan
tersebut merupakan agenda rutin KPKNL Yogyakarta yang dilaksanakan setiap hari
pada pukul 07.30 sebelum memulai aktifitas untuk lebih mempererat hubungan
antar sesama pegawai sebagai keluarga besar KPKNL Yogyakarta.
“Sebelum berdoa, apakah
ada pengumuman-pengumuman?”, kalimat ikonik tersebut tercetus dari Nurul
Zubaidah, staf Seksi Pelayanan Lelang yang mendapat giliran untuk memimpin doa
bersama. Pengumuman yang tidak harus berkaitan dengan pekerjaan biasanya
disampaikan oleh beberapa pegawai. Baik itu berupa informasi tentang kesehatan,
olahraga, infotainment ataupun hanya informasi seputar sembako. “Memulai karya
dengan doa merupakan tradisi yang baik. Silaturahim dan saling memberi salam
memupuk kekompakan dan sinergi”, kata Isa (dikutip dari laman Face Book KPKNL Yogyakarta-red).
Selesai acara doa
bersama, Isa didampingi Agung Budi Setijadji dan Kepala Sub Bagian Umum Sri
Wahyuni bergegas melakukan peninjauan dan beramah-tamah dengan pegawai di
seluruh seksi dan sub bagian umum di KPKNL Yogyakarta. Interview yang lebih terkesan sebagai obrolan santai menjadi
penghangat suasana dan memberikan nuansa kekeluargaan yang sangat kentara.
Dalam obrolannya dengan
semua kepala seksi dan kepala sub bagian serta beberapa pegawai, banyak poin-poin
penting yang dihasilkan. Menurut Isa, KPKNL (salah satunya KPKNL
Yogyakarta-red) merupakan frontliner,
garda depan untuk mengimplikasikan peran DJKN sebagai manajer aset negara.
Masukan dan inovasi-inovasi dari seluruh KPKNL diharapkan dapat menjadi
sumbangsih yang akan dielevasi ke pimpinan pusat untuk mengambil keputusan dan
membuat aksi-aksi yang berguna bagi instansi khususnya dan negara pada umumnya.
Beberapa poin penting
yang dihasilkan antara lain di Seksi Lelang yaitu bagaimana upaya KPKNL untuk
meminimalisir Pembatalan Lelang oleh Penjual dengan salah satu wacana pengenaan
denda per mil dari nilai jaminan. Di Seksi Piutang Negara, apa yang diinfokan
oleh BPK bahwa ke depan yang menjadi fokus pemeriksaan adalah berkas lama dan
potensi berkas baru. Jadi harus segera diupayakan oleh KPKNL untuk segera
menuntaskan berkas lama dan mencegah munculnya berkas baru terkait piutang
macet.
Beralih ke Seksi Hukum
dan Informasi, Isa mendukung penuh ide dari Agung Budi Setijadji untuk merespon
banyaknya gugatan ke KPKNL dengan cara melakukan Strike Back atau menggugat balik kepada penggugat. Untuk mengarah
ke sana, sebelumnya perlu dilakukan pendekatan kepada para pihak penggugat dan
mendorong upaya perdamaian dalam proses mediasi. Sementara di Seksi Kepatuhan
Internal, Isa mengajak Kepala Seksi Kepatuhan Internal Usman Arif Murtopo dan
stafnya agar lebih berperan. Salah satunya adalah dengan melakukan “Patroli
Medsos”, karena medsos sudah menjadi salah satu elemen penting di era informasi
sekarang ini. Medsos dapat menjadi alat perubahan baik itu ke arah positif
maupun negatif. Maka dari itu, penggunaan medsos perlu diperhatikan agar dapat
digunakan secara bijaksana.
Sementara itu sebagai supporting unit utama, Sub Bagian Umum memiliki peran yang sangat penting untuk menunjang kelancaran kantor. Salah satu yang menjadi pokok bahasan adalah paperless merupakan kebijakan yang sudah harus dilaksanakan. Penggunaan pesan melalui aplikasi WhatsApp sudah dapat diimplikasikan sebagai alat resmi dalam kegiatan persuratan di kantor.
Mengenai Revaluasi BMN Tahun 2018 yang sudah selesai tuntas meski dengan usaha yang luar biasa berat dan tuntas di hari terakhir, Isa mengingatkan Kepala Seksi Penilaian Yusup Sugiarto bahwa KPKNL Yogyakarta agar jangan berpuas diri dengan pencapaian 103% Revaluasi BMN Tahun 2018. Untuk selanjutnya harus segera dipersiapkan untuk audit rinci oleh BPK dengan cara menjaga kualitas penilaian reval.
“Sudah seharusnya DJKN
bertindak sesuai dengan perannya sebagai Asset
Manager, memberikan contoh nyata pengoptimalan penggunaan aset negara”, ujar
Isa dalam lawatannya ke seksi PKN. Ia
memaparkan bahwa sebagai manajer aset, DJKN sudah harus bisa memberi contoh
kepada Kementerian/KL lain untuk mewujudkan Highest
and Best Use. Secara terbuka Isa mengungkapkan ketidakefisiensinya
penggunaan ruangan GKN Yogyakarta oleh KPKNL Yogyakarta. Dengan ruang yang
terlalu luas jelas mengakibatkan pemborosan salah satunya adalah biaya tagihan
listrik. Hal itu diamini oleh Agung Budi Setijadji. “Kami sedang menyusun
proposal untuk penataan kembali ruang kerja KPKNL Yogyakarta dengan konsep open office di lantai 1 dan 2 GKN Yogyakarta sehingga
diharapkan dapat dilakukan efisiensi yang salah satunya adalah pemakaian
listrik serta mengoptimalkan ruangan-ruangan lain untuk kegiatan Balai Diklat
Keuangan misalnya”, jelas Agung menanggapi. (Seksi HI)