Sejak
pandemi corona virus disease 2019 berlangsung di awal tahun 2019, kondisi
dunia menjadi tidak menentu. Hampir segala aspek terkena dampaknya. Tidak hanya
dari sisi kesehatan namun juga aspek ekonomi mengalami keterpurukan sehingga
banyak yang kehilangan pekerjaan. Masyarakat yang beruntung mungkin masih bisa
bertahan hidup dengan uang tabungan. Namun, untuk beberapa kalangan, dalam
kondisi seperti ini jangankan untuk berinvestasi, untuk bertahan hidup pun
sulit.
Setelah
bergolak dengan kondisi pandemi, tahun ini ekonomi perlahan mulai membaik.
Masyarakat kembali bisa menyisihkan uang, tidak hanya untuk menabung namun juga
untuk berinvestasi. Belajar dari pengalaman saat pandemi, pasar modal menjadi
pilihan yang cukup menjanjikan, bahkan peningkatan jumlah investor cukup
signifikan saat pandemi masih berlangsung di awal tahun 2021. Dilansir
kontan.co.id (05/04/2021), tercatat
pada akhir Februari 2021, jumlah investor pasar modal sudah mencapai 4,51 juta
investor. Padahal, pada penghujung tahun 2020, jumlahnya masih 3,88 juta
investor. Artinya, dalam dua bulan, jumlah investor pasar modal sudah naik
sebesar 16,24 persen.
Kemudahan
melakukan transaksi di pasar modal adalah salah satu sebab meningkatnya jumlah
investor saat pandemi berlangsung. Di saat Pembatasan Sosial Berskala Besar
diberlakukan, hadirnya aplikasi yang memudahkan transaksi di pasar modal tanpa
harus kemana-mana dan menawarkan beragam investasi dengan preferensi yang
diinginkan user-nya tentu saja sangat
memudahkan investor pemula.
Dalam
pasar modal, terdapat beberapa jenis surat berharga yang diperjualbelikan yaitu
Saham, Obligasi (Surat Utang), Reksadana, EFT (Exchange Traded Fund), Derivatif dan SBN (Surat Berharga Negara).
SBN merupakan produk investasi yang diterbitkan dan dijamin oleh pemerintah
Republik Indonesia. Penerbitan SBN dilakukan pemerintah untuk mengelola
portofolio utang negara dan menjadi diversifikasi sumber pembiayaan.
SBN terbagi menjadi 2 jenis yaitu Surat Utang
Negara (SUN) dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). Terdapat beberapa
perbedaan antara SUN dan SBSN yaitu SBSN diterbitkan dengan prinsip syariah dan
memerlukan underlying asset sebagai dasar penerbitannya sedangkan untuk
SUN merupakan surat pengakuan utang tanpa syarat dari penerbit dan umumnya
tidak memerlukan underlying asset.
Pada tahun ini telah terbit 2 (dua) seri SUN yaitu ORI021 yang terbit di
tanggal 24 Januari 2022 sampai tanggal 17 Februari 2022, SBR011 di tanggal 23
Mei 2022 sampai dengan 16 Juni 2022 dan satu seri dari SBSN yaitu SR016 di
tanggal 25 Februari 2022 sampai dengan 16 Maret 2022. Tidak berhenti sampai di situ,
masih ada satu seri SUN dan 2 (dua) seri SBSN yang akan terbit pada semester
kedua ini.
Dari ketiga seri SBN yang telah diterbitkan,
animo masyarakat cukup antusias untuk menjadi investor yang dijamin oleh
pemerintah. Seri pertama SBN dari SUN yaitu ORI021 berhasil menjual sebesar Rp
25,065 Triliun dengan jumlah investor 56.238 dengan sebaran profesi yang
beragam, baik dari pegawai swasta, wiraswasta hingga ibu rumah tangga yang
didominasi oleh generasi Y/Millennial sebesar 40,7 persen. Promosi surat utang
negara dengan tagline “Pilihan
Berharga untuk Semangat Baru” ini tidak hanya dilakukan dengan penyebarluasan
melalui media sosial namun masyarakat diedukasi dengan kegiatan online.
Tak heran, dari 56.238 jumlah investor 45,2 persen diantaranya adalah investor
baru.
Begitu pula pada seri kedua SUN yaitu SBR011
yang berhasil meraup penjualan sebesar Rp 13,91 Triliun dengan jumlah investor
47.673 angka ini didominasi oleh generasi Y/Millennial sebesar 49,4 persen
namun demikian secara nominal investasi tersebar pada generasi X dan Baby Boomers. Siaran pers Direktorat
Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) menginformasikan bahwa penerbitan SBR011
tersebut memecahkan rekor penerbitan SBN ritel non-tradable dari jumlah investor maupun dari nominalnya, baik
dibandingkan dengan instrumen yang telah ditawarkan sebelumnya secara online maupun secara offline sebelum penggunaan sistem e-SBN
di tahun 2018.
Tak kalah dengan SUN, SBSN seri pertama di
tahun 2022 yaitu SR016 juga mendapat animo yang tinggi. Siaran pers DJPPR
(21/03/2022) menginformasikan bahwa SR016 sukses menjangkau investor semua
generasi di 34 Provinsi dengan jumlah penjualan sebesar Rp 18,4 Triliun. Sama
halnya dengan ORI021 dan SBR011, investor generasi Y/Millennial juga
mendominasi pembelian SR016 yaitu 41,31 persen atau sebesar 18.416 dari 44.579
total investor.
Salah satu daya tarik dari SBN sehingga sukses
menggaet beragam profesi dan generasi yaitu tingkat risiko yang rendah karena minimnya
risiko gagal bayar. Dengan kondisi yang masih belum dapat dikatakan normal
seperti sebelum adanya pandemi, pilihan berinvestasi dengan risiko rendah
adalah pilihan yang baik untuk mengamankan nilai mata uang agar tidak menurun.
Selain tingkat risiko rendah, kelebihan yang dimiliki SBN yaitu imbal hasil
(yield) yang menarik karena menawarkan yield
yang lebih tinggi daripada deposito dan pajak yield yang dikenakan lebih
rendah dari deposito. SBN Ritel hanya dikenakan pajak 10 persen, jauh dibawah
pajak bunga deposito sebesar 20 persen.
Sejumlah kelebihan dari SBN ini tentunya cukup
untuk menjadi pertimbangan pilihan berinvestasi. Sebelumnya, persiapkan dana
yang akan digunakan berinvestasi, dana untuk SBN non-tradable yang diinvestasikan tidak dapat ditarik sebelum jatuh
tempo. Berbeda dengan SBN tradable,
investor masih memiliki opsi untuk menjualnya di pasar sekunder setelah Minimum
Holding Period. Bagi investor baru,
pastikan telah memiliki Single Investor Identification (SID) yang
diterbitkan oleh Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) karena tanpa SID
pembukaan rekening surat berharga tidak dapat dilakukan.
SBN dapat dibeli pada periode tertentu, yaitu
saat masa penawaran, maka pastikan mengecek di laman resmi DJPPR Kementerian
Keuangan baik pada situs ataupun akun Instagram secara berkala jadwal
penawarannya agar mendapatkan informasi yang akurat. Setelah memilih investasi yang aman dengan
informasi yang benar, maka pastikan pula membeli SBN di mitra distribusi resmi
Kementerian Keuangan agar terhindar dari penipuan-penipuan yang saat ini marak.
Pembelian SBN dapat dilakukan di mana saja melalui aplikasi smartphone. Hasil penjualan dari SBN
dipergunakan untuk pembiayaan APBN 2022 yang berfokus pada pemulihan dampak dari
pandemi yang telah melanda sejak awal 2019.
Jadi, kapan lagi kita bisa berinvestasi sambil ikut berkontribusi membangun negeri?
Penulis:
B. Ika Apriandini - KPKNL Yogyakarta