Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
KPKNL Tarakan > Artikel
Pesona Tarakan, Kota di Ujung Utara Borneo
Keni Hasanah Wiguna
Jum'at, 25 Juni 2021   |   15442 kali

Tarakan merupakan satu-satunya kota yang berada di ujung utara Pulau Kalimantan tepatnya di Wilayah Provinsi Kalimantan Utara. Kata Tarakan berasal dari Bahasa Tidung yang artinya tempat singgah (tarak) dan makan (ngakan). Oleh karena itu, Tarakan memiliki makna sebagai tempat persinggahan, istirahat, dan melakukan barter bagi Nelayan dari Kerajaan Tidung.

Dikenal sebagai Bumi Paguntaka, Kota Tarakan saat ini memiliki semboyan “BAIS” yang berarti Bersih, Aman, Indah, Sehat dan Sejahtera. Dengan wilayah seluas 250,80 km2 dan jumlah penduduk mencapai 280.215 jiwa pada tahun 2020, Tarakan menjadi daerah dengan mobilitas tertinggi diantara daerah-daerah lain di wilayah Kalimantan Utara.

Letak dan posisinya yang stategis serta melimpahnya sumber daya alam yang dimiliki, membuat Kota Tarakan tidak luput dari wilayah jajahan Belanda. Pada Tahun 1896, sebuah perusahaan minyak dengan nama BPM (Bataavishe Petroleum Maatchapij) menemukan adanya sumber minyak di Tarakan. Sejak saat itu, pemerintah Belanda mulai mendatangkan tenaga kerja dari Jawa untuk meningkatkan produktivitas pengeboran minyak. Hasil produksi minyak saat itu terus meningkat hingga mencapai 350.000 barel minyak per bulan. Bahkan sampai saat ini, aktifivitas pengeboran minyak masih berlanjut. Di berbagai penjuru Kota Tarakan masih banyak dijumpai pompa angguk yang masih beroperasi.

Jika ditilik lebih jauh ke belakang, Kota Tarakan memiliki jejak sejarah Budaya yang cukup panjang, bermula dari tahun 1076 sampai dengan 1557 Masehi, pemerintahan Kerajaan Tidung yang menjadi cikal bakal peradaban di Wilayah Kalimantan Utara. Dipimpin oleh Amiril Rasyd dan berakhir pada saat dipimpin oleh Datoe Adil. Hingga saat ini nama Datu Adil digunakan sebagai nama bangunan Stadion yang merupakan salah satu ikon di Kota Tarakan.

Bangunan bersejarah peninggalan kerajaan Suku Tidung pun hingga kini masih berdiri tegak. Bangunan yang dijadikan sebagai salah satu destinasi wisata populer yaitu Balai Adat dan Budaya Tidung serta Baloy Adat Mayo. Keduanya menawarkan daya tarik yang sama bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Dan lokasi kedua bangunan tersebut berbeda dimana Balai Adat dan Budaya Tidung berada di Kampung Enam, Tarakan Timur sedangkan Baloy Adat Mayo berada di Karang Harapan, Tarakan Barat.

Tarakan juga memiliki Festival rutin yang sering digelar oleh masyarakat Suku Tidung sebagai upacara tradisional yaitu Festival Iraw Tengkayu. Festival ini berupa upacara ritual dengan menghanyutkan sesaji ke laut dan berbagai macam perlombaan. Biasanya acara ini dilaksanakan di Pantai Amal, Kota Tarakan. Iraw Tengkayu adalah upacara tradisional, warisan adat suku asli Tidung sebagai rasa syukur atas rezeki dari Tuhan.

Iraw Tengkayu memiliki dua arti kata yang diambil dari Bahasa Tidung. Iraw yang berarti perayaan atau pesta, sedangkan Tengkayu adalah pulau kecil yang dikelilingi oleh laut, yang dimaksud pulau kecil di sini adalah Pulau Tarakan. Inti dari Festival Iraw Tengkayu yang sudah berlangsung secara turun-temurun ini adalah arak-arakan perahu Padaw Tuju Dulung, yaitu perahu hias yang diarak keliling kota. Perayaan Festival Iraw Tengkayu dilaksanakan setiap dua tahun sekali dan bertepatan dengan hari jadi kota Tarakan.

Selain wisata budaya, Tarakan yang tergolong dalam pembangunan kota yang cukup pesat memiliki daya tarik wisata lainnya seperti Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan. Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan (KKMB) atau lebih dikenal dengan Hutan Mangrove Tarakan terletak di Karang Rejo, Tarakan Barat. Kawasan seluas 22 hektare ini menyimpan beraneka ragam flora dan fauna di dalamnya. Bekantan, satwa pemalu yg sering disebut 'Monyet Belanda' di Tarakan jumlahnya sekitar 37 ekor. Makanan asli dari satwa tersebut bukanlah pisang, melainkan pucuk daun mangrove tertentu atau pucuk bakau yang tumbuh subur di tempat ini.

Destinasi wisata lain yang menjadi favorit masyarakat Kota Tarakan yaitu Pantai Amal Lama. Pantai ini memiliki keistimewaan tersendiri saat kita berkunjung ke sana. Selain menikmati pemandangan pantai dan sejuknya angin laut, kita bisa menikmati kuliner yang ditawarkan oleh penduduk lokal. Menu makanan yang terkenal dan menjadi andalan di Pantai Amal adalah Kerang Kapah. Makanan ini dimasak secara sederhana dengan cara direbus menggunakan bumbu seperti bawang putih, sereh, dan jahe dan disajikan dengan sambal jeruk khas Tarakan yang sangat nikmat. Selain kerang Kapah, terdapat menu lain yang tidak kalah nikmat yakni udang goreng, buras dan gorengan. Menikmati senja dan bersantai di Pantai Amal dapat menjadi pilihan untuk menghabiskan waktu yang menyenangkan.

Bagi penulis, Tarakan memiliki daya tarik tersendiri karena mempunyai kenangan yang membuat Penulis kembali ke kota ini, baik dari segi sejarah yang menarik, pariwisata yang unik, serta kuliner yang menggugah selera. (Keni)

Sumber :

https://kaltara.bpk.go.id/profil-pemerintah-kota-tarakan/

https://www.merdeka.com/peristiwa/mengenal-budaya-adat-tradisi-amp-peninggalan-bersejarah-di-kota-tarakan-yang-melegenda.html

https://www.liputan6.com/lifestyle/read/4531480/6-fakta-menarik-tentang-tarakan-si-kota-seribu-kafe

http://www.tarakankota.go.id/

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Foto Terkait Artikel
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini