Tarakan merupakan
satu-satunya kota yang berada di ujung utara Pulau Kalimantan tepatnya di
Wilayah Provinsi Kalimantan Utara. Kata Tarakan berasal dari Bahasa Tidung yang
artinya tempat singgah (tarak) dan makan (ngakan). Oleh karena itu, Tarakan memiliki
makna sebagai tempat persinggahan, istirahat, dan melakukan barter bagi Nelayan
dari Kerajaan Tidung.
Dikenal sebagai Bumi
Paguntaka, Kota Tarakan saat ini memiliki semboyan “BAIS” yang berarti Bersih,
Aman, Indah, Sehat dan Sejahtera. Dengan wilayah seluas 250,80 km2 dan jumlah
penduduk mencapai 280.215 jiwa pada tahun 2020, Tarakan menjadi daerah dengan
mobilitas tertinggi diantara daerah-daerah lain di wilayah Kalimantan Utara.
Letak dan posisinya yang
stategis serta melimpahnya sumber daya alam yang dimiliki, membuat Kota Tarakan
tidak luput dari wilayah jajahan Belanda. Pada Tahun 1896, sebuah perusahaan
minyak dengan nama BPM (Bataavishe Petroleum Maatchapij) menemukan
adanya sumber minyak di Tarakan. Sejak saat itu, pemerintah Belanda mulai
mendatangkan tenaga kerja dari Jawa untuk meningkatkan produktivitas pengeboran
minyak. Hasil produksi minyak saat itu terus meningkat hingga mencapai 350.000
barel minyak per bulan. Bahkan sampai saat ini, aktifivitas pengeboran minyak
masih berlanjut. Di berbagai penjuru Kota Tarakan masih banyak dijumpai pompa
angguk yang masih beroperasi.
Jika ditilik lebih jauh ke
belakang, Kota Tarakan memiliki jejak sejarah Budaya yang cukup panjang, bermula
dari tahun 1076 sampai dengan 1557 Masehi, pemerintahan Kerajaan Tidung yang
menjadi cikal bakal peradaban di Wilayah Kalimantan Utara. Dipimpin oleh Amiril
Rasyd dan berakhir pada saat dipimpin oleh Datoe Adil. Hingga saat ini nama
Datu Adil digunakan sebagai nama bangunan Stadion yang merupakan salah satu
ikon di Kota Tarakan.
Bangunan bersejarah
peninggalan kerajaan Suku Tidung pun hingga kini masih berdiri tegak. Bangunan
yang dijadikan sebagai salah satu destinasi wisata populer yaitu Balai Adat dan
Budaya Tidung serta Baloy Adat Mayo. Keduanya menawarkan daya tarik yang sama
bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Dan lokasi kedua bangunan tersebut
berbeda dimana Balai Adat dan Budaya Tidung berada di Kampung Enam, Tarakan
Timur sedangkan Baloy Adat Mayo berada di Karang Harapan, Tarakan Barat.
Tarakan juga memiliki Festival
rutin yang sering digelar oleh masyarakat Suku Tidung sebagai upacara
tradisional yaitu Festival Iraw Tengkayu. Festival ini berupa upacara ritual dengan
menghanyutkan sesaji ke laut dan berbagai macam perlombaan. Biasanya acara ini
dilaksanakan di Pantai Amal, Kota Tarakan. Iraw Tengkayu adalah upacara
tradisional, warisan adat suku asli Tidung sebagai rasa syukur atas rezeki dari
Tuhan.
Iraw Tengkayu memiliki dua arti kata yang diambil
dari Bahasa Tidung. Iraw yang berarti perayaan atau pesta, sedangkan Tengkayu
adalah pulau kecil yang dikelilingi oleh laut, yang dimaksud pulau kecil di
sini adalah Pulau Tarakan. Inti dari Festival Iraw Tengkayu yang sudah berlangsung
secara turun-temurun ini adalah arak-arakan perahu Padaw Tuju Dulung, yaitu
perahu hias yang diarak keliling kota. Perayaan Festival Iraw Tengkayu
dilaksanakan setiap dua tahun sekali dan bertepatan dengan hari jadi kota
Tarakan.
Selain wisata budaya, Tarakan yang tergolong dalam
pembangunan kota yang cukup pesat memiliki daya tarik wisata lainnya seperti
Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan. Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan
(KKMB) atau lebih dikenal dengan Hutan Mangrove Tarakan terletak di Karang
Rejo, Tarakan Barat. Kawasan seluas 22 hektare ini menyimpan beraneka ragam
flora dan fauna di dalamnya. Bekantan, satwa pemalu yg sering disebut 'Monyet
Belanda' di Tarakan jumlahnya sekitar 37 ekor. Makanan asli dari satwa tersebut
bukanlah pisang, melainkan pucuk daun mangrove tertentu atau pucuk bakau yang
tumbuh subur di tempat ini.
Destinasi wisata lain yang
menjadi favorit masyarakat Kota Tarakan yaitu Pantai Amal Lama. Pantai ini
memiliki keistimewaan tersendiri saat kita berkunjung ke sana. Selain menikmati
pemandangan pantai dan sejuknya angin laut, kita bisa menikmati kuliner yang
ditawarkan oleh penduduk lokal. Menu makanan yang terkenal dan menjadi andalan
di Pantai Amal adalah Kerang Kapah. Makanan ini dimasak secara sederhana dengan
cara direbus menggunakan bumbu seperti bawang putih, sereh, dan jahe dan
disajikan dengan sambal jeruk khas Tarakan yang sangat nikmat. Selain kerang
Kapah, terdapat menu lain yang tidak kalah nikmat yakni udang goreng, buras dan
gorengan. Menikmati senja dan bersantai di Pantai Amal dapat menjadi pilihan
untuk menghabiskan waktu yang menyenangkan.
Bagi penulis, Tarakan
memiliki daya tarik tersendiri karena mempunyai kenangan yang membuat Penulis
kembali ke kota ini, baik dari segi sejarah yang menarik, pariwisata yang unik,
serta kuliner yang menggugah selera. (Keni)
Sumber
:
https://kaltara.bpk.go.id/profil-pemerintah-kota-tarakan/
https://www.liputan6.com/lifestyle/read/4531480/6-fakta-menarik-tentang-tarakan-si-kota-seribu-kafe