ABSTRAK
Perubahan Dinamis yang tidak
menentu dalam lingkungan eksternal menyebabkan ancaman atau peluang ekonomi.
Ancaman akan kehilangan pelanggan bagi para pelaku bisnis yang tidak melakukan
perubahan proses bisnis. Namun, peluang ekonomi bagi pelaku bisnis untuk
menciptakan pelanggan baru dan memperluas pangsa pasar global. Revolusi
Industri 4.0 (4.0 IR) menjadi trigger perubahan industri menjadi otomatis. Perubahan
secara significant ditandai dengan penerapan inovasi teknologi berupa Big Data,
Internet Of Thing, dan Artificial Inteligent kemudian mendorong perubahan ke
arah yang lain.
Perubahan teknologi menyebabkan
perubahan lain, yaitu:
1. Inventarisasi yang mempengaruhi
Tata Kelola Manajemen Aset Barang Milik Negara oleh DJKN (Toward Distinguish
Asset Manager).
2. Revaluasi (Nilai Wajar
Penilaian Kembali) Aset di Neraca LKPP yang mempengaruhi opini BPK atas objek pemeriksaan
pada Keberadaaan, Kepemilikan dan Peruntukan BMN.
Bagaimana cara menghadapi
tantangan perubahan teknologi? Mungkinkan penerapan Big Data, Internet Of Thing,
dan Artificial Intelligent bisa membantu Inventarisasi dan Revaluasi oleh DJKN.
Dengan demikian, Inventarisasi
BMN dapat dilakukan sebaik-baiknya dan kerja sama satker dan Pengelola BMN dengan
tingkat akurasi dapat lebih dipertanggungjawabkan. Dengan adanya Big Data yang
terkoneksi real time sangat membantu Tim Penilai Revaluasi sehingga tidak mulai
dari nol.
Kata kunci: Revolusi
Industri 4.0 (4.0 IR), Big Data, Internet Of Thing, Artificial Inteligent,
Inventarisasi
I. PENDAHULUAN
A. Dampak Perubahan Teknologi
DJKN
telah berusaha melakukan perubahan lebih baik dalam Tata Kelola BMN. Belajar
dari Revolusi Industri 4.0 (4.0 IR) berdampak perubahan business model. Tanpa disadari lingkungan eksternal yang dinamis dan
tidak menentu memberikan peluang dan ancaman bagi DJKN. Ancaman bagi DJKN
apabila DJKN tidak melakukan perubahan inovasi teknologi. Secara makro dan
mikro ekonomi, Negara akan tertinggal dari sisi Tata Kelola BMN.
Secara
makro, digitalize economy berkembang pesat
dimana semua orang dimudahkan belanja dimana saja dengan mobil phone termasuk pembayaran digital. Tiap orang dapat Belanja
di industri e-commerce (Toko Online Tokopedia, Bukalapak,
Bli-bli.com, olx.com, Amazone, Traveloka, dsb). Pembayaran mudah dengan mobile banking, e-money, Financial Teknology
(Fintech), Dompet Digital, Virtual Account, dsb. Kelebihan transaksi online
yaitu One Stop Shopping artinya memberikan
kemudahan bertransaksi, berpeluang untuk memperluas pangsa pasar dan menambah
pendapatan. Digital Big Data, Internet Of
Thing, Artificial Inteligent yang tersedia di e-commerce berperan dalam tranksaksi dan pembayaran digital tersebut.
Secara
mikro, perusahaan yang tidak berubah akan mengalami kehilangan penjualan dan pelanggan
potensial karena sudah direbut oleh perusahaan e-commerce, dan lama kelamaan perusahaan akan mati.
Oleh
sebab itu, artikel ini mendorong agar mampu bersaing di era globalisasi untuk menjadi
Manager Aset yang handal atau Toward Distinguish
Asset Manager. Memanfaatkan Digital Big Data, Internet Of Thing,
Artificial Inteligent untuk Menata
Kelola BMN dengan sebaik-baiknya
sehingga terintegrasi digital, otomatis,
real time terkoneksi dengan internet
seperti Revolusi Industri 4.0 (4.0 IR).
B. Pemahaman Revolusi Industri
4.0 (4.0 IR)
Revolusi
Industri 4.0 (4.0 IR) ditandai dengan penerapan inovasi manufacturing proces berupa
otomisasi dan custom mass production
dengan memanfaatkan Big Data, Internet Of
Thing, Artificial Inteligent. Demikian juga Tata Kelola Manajemen Aset
Barang Milik Negara mengikuti era otomisasi dan kustomisasi agar tetap
sustainable. Oleh sebab itu, perlu pemahaman awal definisi dan penerapan Big Data, Internet Of Thing, dan Artificial
Inteligent.
C.
Visi Menteri Keuangan-DJKN Menjadi Distinguish
Asset Manager
Arahan
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, bahwa kedepannya DJKN bukan hanya
sebagai Asset Administrator tetapi
meningkat kepada Distinguish Asset
Manager. Menkeu menjelaskan bahwa suatu saat proses digitalisasi untuk
mendokumentasikan Big Data Aset
Negara dalam bentuk Sistem Informasi Aset Negara. Sistem tersebut memberikan
informasi dengan cepat tentang Aset Negara yaitu GPS Aset, Status Aset, Kondisi
Aset, Penanganan yang sedang dilakukan dan nilai asset.
Untuk
mendukung arahan Menteri Keuangan, DJKN telah menyesuaikan strategi 10 tahun ke
depan untuk mengoptimalkan modal Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
dengan kredibel dan efesien dalam mengelola Aset Negara. DJKN menjadi Distinguish Asset Manager dimana Aset
Negara dapat memberikan kesejahteraan ekonomi masyarakat melalui manfaat sosial
dan ekonomi bagi masyarakat mis: pelayanan cepat, pembukaan lapangan kerja, PNBP
Aset, dan efesiensi biaya. Sesuai visi
Kemenkeu yaitu: ”Menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi Indonesia yang
produktif, kompetitif, inklusif dan berkeadilan di abad 21”.
D. Pengaruh Teknologi,
Inventarisasi dan Nilai Wajar Aset
Sistem
Informasi Aset Negara dipengaruhi 3 unsur yaitu Teknologi, Inventarisasi, dan Nilai Aset (Revaluasi). Unsur Teknologi
sudah jelas dibutuhkan dalam era otomatisasi. Unsur nilai wajar aset
(Revaluasi) berpengaruh sangat besar terhadap pengelolaan BMN. Besarnya nilai
wajar aset di neraca menunjukkan jumlah komposisi rasio aset terhadap hutang,
nilai wajar kekayaan negara dan mempengaruhi opini BPK atas Laporan Keuangan.
E. Permasalahan Revaluasi Tahun
2017-2019
Pengaruh
Inventarisasi oleh satker adalah yang paling dominan terhadap revaluasi BMN
sejak tahun 2017-2019. Apakah
mungkin penerapan Teknologi Big Data, Internet Of Thing,
Artificial Inteligent
mampu memberikan solusi terhadap inventarisasi. Selain itu, inventarisasi
satker dapat membantu DJKN sebagai Aset Manager yang handal atau Distinguish Asset Manager untuk menyajikan nilai wajar yang handal dalam LKPP.
II.
PEMBAHASAN
A. Dampak Perubahan Ke arah
Strategi Baru
Perubahan
sangat penting untuk kelangsungan hidup (sustainability)
organisasi. Organisasi mengubah strategi untuk bisa sustainable dan inovatif . DJKN di usia ke-13 tahun sejak bertransformasi dari DJPLN. Kinerja sesuai visi misi DJKN dan visi misi
Kemenkeu. Salah satu visinya adalah Tata Kelola Aset Negara antara lain memperbaiki Nilai Aset di Neraca LKPP yang
komprehensif dan lebih rapi, memenuhi kriteria 3 T (Tertib Fisik, Tertib
Administrasi, dan Tertib Hukum) dan tentunya akhirnya mendapatkan Opini WTP
dalam LKPP.
Tepat
di hari jadi DJKN ke-13, dengan tema “Distinguish Asset Manager”, penulis
membuat artikel yang mengaitkannya dengan Revolusi Industri 4.0 (4.0 IR).
Industri bertransformasi pada proses produksi karena lingkungan bisnis sudah
berubah ke arah digital dan otomisasi. Oleh sebab itu, strategi baru diperlukan
menghadapi Era 4.0 IR. Bila strategi baru tidak bisa dieksekusi, maka akan
menyebabkan gagalnya organisasi. Strategi yang dipaksakan namun belum siap
nyatanya akan menyebabkan kegagalan organisasi. Oleh sebab itu diperlukan SDM
unggul atau Distinguish Employee.
B. Aset menghasilkan Return On Investment (ROI) dengan
memanfaatkan Teknologi Big Data, Internet
Of Thing, Artificial Inteligent.
Strategi
yang tepat dalam Tata Kelola Aset mempengaruhi secara makro dan mikro ekonomi.
Tata kelola menjadi salah satu instrumen kebijakan ekonomi karena ada ROI
ataupun Opportunity Cost. Dana APBN
yang digunakan dijadikan kebijakan fiskal untuk belanja Aset sangat significant mempengaruhi ekonomi secara
makro dan mikro. Uang APBN yang keluar dimanfaatkan secara bijaksana artinya tidak
habis begitu saja, tidak berwujud bagi ekonomi.
Setiap
Rp.1 yang dikeluarkan APBN harus ada Value
of Money. Artinya, Aset Negara harus ada Return On Investment (ROI). Kalau seandainya aset tidak mendorong
pertumbuhan ekonomi dan tidak menghasilkan PNBP atas aset negara tersebut
berarti under utilize atau menghasilkan
oppourtunity cost. Aset yang demikian perlu strategy Recycle dan dibangunkan dari aset tidur. Apabila tidak tepat
sasaran perlu dikoreksi besarnya dana untuk pendanaan aset dan dialihkan kepada
yang benar-benar aset untuk mendukung ekonomi makro dan mikro. Perlu investasi dana
untuk recycling dan membangunkan aset
yang tidur agar terdeteksi potensinya dan tercatat dalam database Sistem Aset
Negara yang terintegrasi dan dapat dipromosikan.
Promosi
produk di dunia usaha dapat dilakukan di perusahaan-perusahaan e-commerce atau toko
online mis: Tokopedia, Bukalapak, bli-bli.com, Amazone.com, olx.com, go-jek,
dsb menawarkan one stop shopping untuk
berbelanja, menikmati liburan, memesan hotel, berbisnis dsb dan melakukan
pembayaran secara mudah dan real time
dengan mobile banking, fintech, virtual
account, e-money, dompet digital, go-pay yang ter-install dalam mobile phone
dimana saja dan kapan saja dsb.
Distruptive economy dimana pola bisnis sudah berubah
mengikuti teknologi hasil 4.0 IR.
Sama seperti itulah DJKN dapat melakukan promosi aset dalam Tata Kelola Aset
Negara untuk mengoptimalkan Return of Investment
(ROI) dengan teknologi digitalisasi dan otomasi.
Mengoptimalkan
Return of Investment dalam teknologi yaitu
memanfaatkan Big Data, Internet Of Thing,dan Artificial Inteligent. Revolusi Industri 4.0 (4.0 IR) ditandai
dengan penerapan inovasi manufacturing
proces berupa otomisasi dan custom mass production.
C. Pemahaman Revolusi Industri
4.0 (4.0 IR)
Teknologi
4.0 IR berdasarkan beberapa jurnal Internasional yaitu Revolusi Industri 4.0
merupakan Revolusi Industri ke-4 yang pertama sekali dicetuskan di Jerman tahun
2011. Terjadi perubahan significant
atas proses produksi atau manufacturing
proces pada Pabrik. Revolusi dimulai abad 18 dari mesin mekanik manual, mekanik
elektrik, digitalisasi dan sekarang permulaan Abad 21 otomisasi dan dikenal Smart Factory. Dalam Smart
factory digunakan teknologi canggih yang dapat berkomunikasi dan bertukar
informasi secara teknologi atau Information
Communication by Technology (ICT) dimana antara mesin-mesin dan antara
manusia dan mesin dapat berkomunikasi dengan adanya penerapan Big Data, Internet Of Thing,
Artificial Inteligent.
1.
Penerapan Cyber – Phiscal System (CPS)
membuat kita dapat berkomunikasi, mengontrol dan memonitor mesin dan produk
dari jarak jauh serta dapat dilakukan kustomisasi produk sewaktu proses sesuai
preferensi customer. Kelebihannya adalah lebih efesien dan dapat
menghasilkan pendapatan lebih besar. Namun investasi yang dilakukan sangat
besar untuk Perangkat Teknologi dan SDM yang handal.
2. Big Data yaitu adalah suatu Manajemen Data
dimana data-data dikelola dan terintegrasi dalam suatu sentralisasi penyimpan
data yang besar atau server atau cloud storage yang besar. Big data terkoneksi internet dengan
proses produksi, customer, supply chain dalam Internet of Thing. Big Data
terkoneksi dimulai dari Input,
Konversion, Output, Supply Chain,
sampai Customer Preferrency.
3.
Internet Of Thing (IoT) adalah
komunikasi objek melalui konektifitas internet dan setiap objek memiliki
address masing-masing sehingga dapat diketahui posisi objek berada melalui
jaringan Seluler, Wifi, Bluetooth, Bar
Code, dsb. Disamping itu, tersedia Internet
of Service (IoS) untuk
berkomunikasi dan berinteraksi antara orang, sistem dan mesin untuk memberikan
nilai tambah dalam proses produksi. Selain itu, Internet of Data (IoD) menghasilkan data yang dikelola dan di-share melalui internet.
Dengan
ditanamkan Sensor Cyber Pysical System
(CPS) pada sistem dapat menghasilkan Big
Data yaitu terintegrasinya data produk dan proses produksi yang dapat
dimonitor dari jarak jauh dengan internet. Persyaratan dalam Internet of Data yaitu akses harus
memiliki password dan security yang ketat sehingga tidak semua
bisa akses, harus ada ijin atau approval.
4.
Teknologi Artificial Intelligent
adalah Otak buatan atau kecerdasan buatan dari sistem otomatis atau robotik yang
dapat bertindak memutuskan sendiri dan dapat belajar dari banyaknya data yang
dimasukkan. Artificial Intelligent dapat
menjadi ancaman apabila tidak dikontrol dan berbahaya bagi manusia karena robot
tidak ada rasa kemanusiannya.
D. Inovasi Tata Kelola –
Teknologi, Inventarisasi, Nilai Aset
1.
Teknologi
Teknologi
Big Data, Internet Of Thing (IoT), Cyber Pysical System (CPS,) Artificial
intelligent sebagaimana diuraikan di atas dalam Tata Kelola Manajemen Aset
BMN dapat diterapkan dan sangat mungkin bisa diterapkan kepada aset negara. Ada
beberapa aplikasi yang bisa dioptimalkan dan ada teknologi yang baru. Bila
dikaitkan Sistem Informasi Aset Negara terkait nilai Asset, dengan Neraca LKPP
maka isu yang paling dominan adalah Revaluasi BMN. Revaluasi adalah Penilaian
Kembali BMN.
2.
Inventarisasi Diperluas - Membuat Big
Data Terkoneksi
Revaluasi
tidak akan berhasil tanpa Inventarisasi BMN oleh Satker dengan baik. Kerjasama
satker dan pengelola sangat diperlukan. Tahap awal Inventarisasi BMN diperluas
aspek akuntansi dan non akuntansi untuk membuat Big Data.
3.
Inventarisasi satker dengan Pengelola Terkoneksi
Data
hasil inventarisasi di satker harus sama hasilnya, update dan valid dengan
data di Pengelola artinya sama-sama valid
dan real time dapat diketahui. Apabila
Satker (pengguna barang) melakukan update inventarisasi BMN, maka Big Data juga update karena terkoneksi Internet
dengan Big Data. Ini merupakan
persyaratan mutlak menurut hemat penulis.
4.
Input Big Data oleh Satker Lengkap
a.
Data
tanah dan bangunan : Input data Big Data oleh satker sebaiknya lengkap mis:
nama Tanah dan Nama Bangunan, spek dan luas ukuran harus jelas, status, Dokumen
Penatausahaan dan sertifikat kepemilikan Hak Atas Tanah, lokasi GPS, alamat, peruntukan,
dan sebagainya dalam SIMAN harus lengkap. Selain itu, kondisi lapangan diisi, mis:
fisik bangunan di lapangan kapan terakhir di rehab, untuk menentukan penyusutan
fisik, fungsi dan ekonomis juga diperlukan. Foto BMN (4 tampak) dilengkapi per
item bukan mewakili, apakah dihuni atau tidak, bisa dimanfaatkan atau asset idle yang bisa dikerjasamakan atau di sewakan.
b.
Dengan
demikian setiap ada permohonan terkait aset misalnya penetapan status, penghapusan,
pemanfaatan, pemindahtanganan, sudah langsung link dengan data SIMAN satker. Permohonan bisa dilakukan secara online
menggunakan jaringan internet.
c.
Data
Inventaris dan Kendaraan hampir sama dengan data tanah dan bangunan yaitu jelas
dokumen penatausahaannya mulai dokumen
Kepemilikan, fisik dipelihara tidak. Apabila ada yang hilang baik dokumen, fisik maupun rusak wajib dilaporkan dan
dipertanggungjawabkan. Barang yang hilang harus dilaporkan. Barang atau
kendaraaan yang idle yang tidak digunakan
untuk TUSI atau yang bisa di manfaatkan di luar TUSI di luar jam kerja juga
dilaporkan. Kondisi Kendaraan diinput dalam aplikasi SIMAN dan terekam kapan di-service.
d.
Aplikasi
SIMAN sebagai Big Data harus terkoneksi dengan SIMAK BMN (Terkait Barang) dan
SAIBA (terkait Uang) supaya bisa mengetahui mutasi aset, saldo neraca aset, nilai
pengadaan, belanja modal untuk perencanaan pengadaan, data-data rehab yang
pernah dilakukan, perbaikan yang pernah dilakukan, aset idle, aset yang akan
dimanfaaatkan, serta data yang lainnya secara terkoneksi internet dan real
time.
e.
Rekonsiliasi
BMN - Otomatis
Rekonsiliasi
Internal satker sebaiknya benar-benar diterapkan agar data BMN benar-benar update.
Pelaporan kepada Pengelola dalam bentuk Rekonsiliasi Semesteran dan Tahunan BMN
juga harus benar dievaluasi, dan dilaporkan berjenjang dari Kuasa Pengguna
Barang (UAKPB). UAPPB-Korwil, UAPPB-Eselon I dan Kemenkeu harus benar dan
online berbasis jaringan internet sehingga lebih baik. Dengan teknologi Big Data yang telah ditanamkan Artificial Intelligent maka rekonsiliasi
secara otomatis dapat dilakukan.
f.
Perbaikan
Data – Dari jarak jauh
Dengan
didukung Internet Of Data dan Internet Of Service, apabila menemukan
ada kesalahan dalam input data maka bisa diprogram oleh Artificial Intelligent sebelum dicetak BAR Rekonsiliasi BMN.
Perbaikan database SIMAN, dan SIMAK satker dapat dilakukan dari jarak jauh oleh
Pengelola apabila sudah ada Backup data
dalam Big Data (database) dan sudah
terkoneksi apalagi bila sudah terpasang CPS, dari jarak jauh sudah dapat
diperbaiki karena ada monitor dan report
progress. Alur ini dari Aplikasi
Persedian, SIMAK BMN, SAIBA dan SIMAN terkoneksi dalam 1 Big Data. Namun, karena
masing-masing belum terintegrasikan, data satker yang hilang tidak terbackup di
Big Data.
g.
Akibat
belum Terintegrasikan
Karena
Aplikasi belum terintegrasi, menyebabkan tidak bisa real time dan tidak bisa terkoneksi data dari inventarisasi seluruh
satker kepada Pengelola dan tidak bisa memperbaiki dari jauh serta tidak bisa update real time. Selain itu, yang
dikerjakan butuh waktu dan tenaga lebih apalagi inventarisasi yang belum
selesai. Ketika revaluasi seharusnya kita tidak mulai dari nol karena seharusnya
sudah ada database di SIMAN. Belum tertampungnya semua yang dibutuhkan dalam
SIMAN, masih di masing-masing aplikasi dan backup data masing-masing. Demikian
juga informasi pengelolaan mis: aset yang bisa dimanfaatkan dan aset yang idle
tidak tertampung dalam SIMAN sehingga pengelola tidak bisa mengetahui real time.
h.
Belum
terintegrasinya antara Sistem Akuntansi Instansi Berbasis Akrual (SAIBA),
Sistem Informasi Managemen Aset dan Keuangan (SIMAK BMN), SIP, Persediaan ke
Sistem Informasi Managemen Aset Negara (SIMAN) secara real time menyebabkan Rekonsiliasi
yang dimaksud tujuannya tidak tercapai, hanya menerima data dari SIMAK BMN
secara manual namun tidak ada crosschek.
Tujuan utama SIMAN adalah akan dijadikan 1 Big Data Aset Negara oleh DJKN belum
tercapai.
Artinya
Big Data BMN yang tertampung belum memuaskan, masih jauh dari harapan bukan
saja belum terintegrasikan ditambah masih banyak dibutuhkan bukan hanya kode
barang, barang belanja sudah terdaftar di aplikasi SIMAK BMN dengan Penetapan
Status Penggunaan (PSP), belanja barang sama dengan belanja uang. Akuntansi secara sempit mulai dari pencatatan
jurnal aset, pengihtisaran dalam buku besar, perhitungan penyusutan barang
bergerak, jurnal adjustment, dan laporan barang di Neraca. Big Data butuh lebih
dari sekedar itu. Inventarisasi dari satker yang valid dan terkoneksi real time,
koneksi internet yang cepat, server besar untuk 1 (satu) database Big Data yang
besar yang menyimpan backup data dari
SIMAN, SIMAK, dan SAIBA, SIP, dan Persediaan satker. Setelah Inventarisasi selesai
dan lengkap diinput dalam SIMAN berarti untuk melengkapi Sistem Informasi Aset
Negara diperlukan nilai aset. Inilah peran Jafung Penilai turun untuk melakukan
penilaian sesuai kompetensinya.
i.
Desktop Valuation –Tanpa Survey Lapangan
Penilai
biasa melakukan survey data pembanding ke lapangan, namun dengan adanya Big Data, Data pembanding dapat
diperoleh di internet ataupun dari jual beli online mis: olx.com dapat dijadikan salah satu sumber data
pembanding untuk survey sehingga lebih efesien. Namun, untuk barang bergerak
yang tidak substansial dan tidak sulit ditemukan dipasaran dapat dijadikan
acuan data pembanding disamping pendekatan biaya dan pendapatan. Namun, Penulis
sebagai penilai tidak menyarankan untuk objek berupa tanah dan atau bangunan. Survey
fisik tetap harus dilakukan supaya profesional sebagai penilai dalam memberikan
adjustment yang dapat dipertanggungjawabkan.
j.
Hambatan-hambatan
Revaluasi yaitu Inventarisasi gagal meng-capture.
Hambatan-hambatan
Revaluasi antara lain masalah pengakuan aset belum sepenuhnya sesuai dengan
fisik lapangan ketika disurvey oleh penilai. Hal ini terjadi karena jumlah yang
tercatat dengan yang di lapangan/fisik berbeda. Perbedaan lainnya, pengadaaan
satu paket dicatat 1 padahal pengadaaan barangnya banyak jenisnya yang berbeda.
Terdapat juga kesalahan kode akun barang dengan fisik yang tidak sesuai mis:
tercatat Bangunan Permanen ternyata Semi Permanen. Selain itu, Aset yang tidak
ditemukan dan telah berpindah tempat mis: Rumah Dinas sudah dirobohkan diganti
Gudang. Kantor Pemerintah berubah menjadi Rumah Dinas. Pengadaan yang kadang
berbeda dengan hasil bangunan dan kualitas sesuai RAB. Kesalahan pengenaan sanksi keterlambatan
pengadaan menimbulkan kerugian negara dan menjadi piutang macet karena bangunan
mangkrak, namun tidak dicatat dan dilaporkan segera. Hal pengamanan dan
pemeliharaan juga luput dari perhatian karena tidak dilaporkan dan diupdate
dengan sebaik-baiknya.
k.
Teknologi
Mengeliminir Masalah apabila Inventarisasi sudah benar
Dengan
Big Data, Koneksi Internet Of Thing dan Artifical Intelligent hal ini bisa
dieliminir kalau inventarisasinya sudah benar.
Dengan demikian Tata Kelola BMN tercapai apabila secara real time dan terkoneksi internet.
Ditambah dengan Artificial Intelligent,
Data Inventarisasi dapat diolah dengan Algoritma Matematika untuk optimalisasi
BMN. Algoritma Matematika adalah kunci dari Artificial
Intelligent. Dengan dimasukkan jutaan data BMN dalam SIMAN maka Artificial Intelligent akan secara
otomatis bisa berpikir, mendeteksi dan belajar dari data history tersebut dan membuat logik sendiri, sehingga data yang
dibutuhkan bisa dijawab dan dicari secara real
time oleh sistem. Namun, perlu ada kontrol yang menyeluruh atas Artificial Intelligent agar tidak mudah
ditembus.
l. Standar Kendali Mutu atau Wadsal.
Apabila ada kesalahan di tengah
jalan, dapat dideteksi dan diukur sebelumnya sehingga bisa diselesaikan dengan
cepat. Inilah konsep Custom Mas Production,
sesuai preferensi pelanggan. Beberapa masalah Non Akuntansi di SIMAN misalnya:
tidak terupdate kondisi fisik, fisik barang masih bagus tetapi tidak
dipergunakan karena penyusutan fungsi (ketinggalan zaman dan teknologi) dan tidak
ekonomis lagi, perubahan luas, perubahan kuantitas, perubahan pengembangan
dengan KDP, Pengembangan langsung, Renovasi Bangunan yang dilakukan tahun
berapa terakhir, Penambahan beberapa Aset dari Pengadaan, penghapusan,
kesalahan data tanah, dan atau bangunan, kesalahan sebagainya. Kesalahan
tersebut bisa dideteksi dari Early
Warning System (EWS) dalam Artifial Intelligent dan dapat dengan segera
dilakukan perbaikan dari jarak jauh dengan sistem CPS.
E. Inovasi Tata Kelola-Optimalisasi
Big Data, Internet Of Thing, dan Artificial Intelligent melalui Inventarisasi
dan Kerjasama dengan Satker
Dengan
demikian diharapkan bila dikombinasikan semuanya mulai Inventarisasi, Teknologi,
Penilaian, wasdal dengan EWS, kerja sama
yang baik dengan satker KL dengan sebaik-baiknya akan tercipta 1 (satu) database Big Data yang terhubung dengan internet. Internet Of Thing dari Barang Milik
Negara untuk deteksi keberadaan GPS dan status aset. Artificial Inteligent yang dapat berpikir dan bertindak
berdasarkan jutaan data BMN yang dimasukkan dan bisa menghasilkan data dan
informasi yang dibutuhkan Pimpinan terkait objek BMN dan mencegah kesalahan dan
memperbaiki tata kelola dengan real time.
Baik posisi GPS, Nilai Aset, Kepemilikan, status peruntukan secara real time dapat diakses dan disajikan
dari seluruh aplikasi SIMAK BMN, Persedian, SIMANTAP, SAIBA satker yang telah
terkoneksi dengan Big Data SIMAN Kantor Pusat.
Dengan
demikian, harapan kita akan Tata Kelola BMN khususnya dari unsur Inventarisasi, Teknologi dan Revaluasi
berhasil. Jafung Penilai dapat melakukan
penilaian secara profesional dan dapat dipertanggungjawabkan yang bermanfaat
untuk Neraca LKPP, dan pengelolaan BMN baik untuk pemanfaatan maupun
pemindahtanganan yang akan menentukan besarnya PNBP bagi Negara.
III.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari
Uraian di atas dapat ditarik kesimpulan dan saran:
a.
Diperlukan
strategi baru menghadapi Era 4.0 IR sesuai visi misi DJKN dan visi misi
Kemenkeu, strategi tersebut adalah inovasi teknologi untuk menjadi DJKN Distinguish Asset Manager.
b.
Perlu
investasi untuk recycling aset yang
tidur dan underutilyze karena belum
semua terdeteksi potensinya karena belum tercatat di database Sistem Aset yang
terintegrasi sehingga tidak dapat dimanfaatkan optimal.
c.
Tata
Kelola BMN tidak lepas dari unsur
Inventarisasi, Teknologi dan Revaluasi yang dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
d.
DJKN
dapat mengoptimalkan Return of Investment
(ROI) dalam teknologi dengan memanfaatkan Big Data, Internet Of Thing,dan
Artificial Inteligent sebagaimana dunia usaha mengubah model bisnisnya di era e-commerce/digital.
e.
Teknologi
Big Data, Internet Of Thing (IoT), Cyber Pysical System (CPS,) Artificial
intelligent sebagaimana diuraikan di atas dalam Tata Kelola Manajemen Aset
BMN dapat diterapkan dan sangat mungkin bisa diterapkan kepada aset negara
f.
Kelebihan
teknologi 4.0 IR adalah lebih efesien dan dapat menghasilkan pendapatan lebih
besar. Namun investasi yang dilakukan sangat besar untuk Perangkat Teknologi
dan SDM yang handal. Disarankan perlu diklat SDM sesuai minat dan kompetensi
pegawai.
g.
Tahap
awal kerjasama Inventarisasi BMN oleh satker dan pengelola diperluas aspek akuntansi
dan non akuntansi untuk membuat Big Data SIMAN. Berarti Database SIMAN harus terkoneksi
internet dengan SIMAK BMN, SAIBA, SIP, dan Persediaan
h.
Dengan
teknologi Big Data yang telah
ditanamkan Artificial Intelligent
maka rekonsiliasi secara otomatis dapat dilakukan dengan didukung Internet Of Data dan Internet Of Service dan apabila
menemukan ada kesalahan dalam input data bisa perbaiki dengan segera. Namun,
perlu ada pengawasan akses data yang ketat.
i.
Dengan
adanya Big Data, data pembanding tersedia
di SIMAN terkoneksi dengan SIP, internet ataupun dari jual beli online mis: olx,
dapat dijadikan salah satu sumber data pembanding untuk survey digital sehingga
lebih efesien. Penilai tidak perlu survey data pembanding ke lapangan bila
tersedia di media online sehingga dapat mengefesienkan biaya dan mengoptimalkan
pendapatan.
j.
Algoritma
Matematika adalah kunci dari Artificial
Intelligent. Dengan dimasukkan jutaan data BMN dalam SIMAN maka Artificial Intelligent akan secara
otomatis bisa berpikir, mendeteksi dan belajar dari data history tersebut dan membuat logik sendiri, sehingga data yang
dibutuhkan bisa dijawab dan dicari secara real
time oleh sistem untuk pengambilan keputusan maupun rekonsiliasi digital
k.
Standar
Kendali Mutu atau Wadsal diperlukan secara real
time, apabila ada kesalahan di tengah jalan dapat dideteksi dan diukur
sebelumnya sehingga bisa diselesaikan segera. Inilah Custom Mas Production yaitu sesuai preferensi pelanggan. Dengan Artifial Intelligent dapat segera
dilakukan perbaikan dari jarak jauh dengan sistem CPS. Ini yang akan diterapkan
dalam SIMAN The Big Data
l.
Apabila
inventarisasi telah dilaksanakan satker dan diverifikasi oleh pengelola dengan sebaik-baiknya
maka tugas Jafung Penilai melakukan penilaian secara profesional. Dengan
demikian Neraca LKPP dapat menyajikan hasil revaluasi dengan akurat dan tidak
ada perbedaan antara hasil revaluasi dengan catatan BPK.
Dengan
demikian, perubahan membutuhkan keberanian Pimpinan untuk berpikir “out of box” karena dibutuhkan investasi
yang besar. Membuat opsi yang berbeda tanpa takut ditolak demi tercapainya visi
dan misi DJKN dan Kemenkeu. Dengan mitigasi risiko (risk managament), kontrol EWS
serta pengawaasan dari Pimpinan atas penggunaan Big Data, Internet Of Thing dan Artificial Intelligent, niscaya Tata
Kelola BMN akan berhasil dan DJKN menjadi Distinguish
Asset Manager.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Baldassarre
F, Ricciardi F, Campo R (2018).The Advent Of Industri 4.0 in Manufacturing
Inddustri: Literatura Revies and Growth Opportunities.Italy
2.
Beata
Slusarczyk (2018). Industri 4.0–Are we ready?.Polish Journal Of
Management studies.Czestochowa
3.
Crnjac
M, Veza I, Banduka N (2017).From Concept to The Industry 4.0. ,
International Jounal of Industrial Engineering and Management (IJIEM).Croatia
4.
Laporan
Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) tahun 2017 dan 2018
5.
Rojko
A (2018). Industri 4.0 concept: Background and Overview.