Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
BURNOUT TETAP BISA PRODUKTIF, KOK BISA?
Evi Rahmawati
Kamis, 28 April 2022   |   1517 kali

SobatTekad, pernahkah mendengar istilah burnout ?

Dikutip dari sebuah harian nasional, burnout adalah suatu kondisi kelelahan emosional, mental serta fisik karena stres yang berlebihan dan berkepanjangan. Burnout merupakan kondisi stres berat karena pekerjaan. Dalam istilah psikologi digambarkan sebagai sebuah kondisi keletihan mental atau kelelahan dalam bekerja, kadang kala dibarengi dengan perasaan kegagalan dan kelesuan akibat tuntutan yang terlalu membebani pikiran dan tenaga bahkan kemampuan seseorang. Seperti istilah sekarang yang lazim terdengar saat seseorang sudah overload.

Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Freudenbenger pada tahun 1974. Wah ternyata baru berkembang ditahun tahun generasi X ya, Freudenbenger melakukan penelitian ini di bidang pendidikan, terutama pada guru, yang mengalami penurunan kinerja yang disebabkan oleh keletihan mental, seperti dilansir dalam wikipedia.Sementara, Stamm, B (2005) dalam ProQUOL Manual menjelaskan keletihan mental dalam perspektif penelitian, yaitu diasosiasikan dengan perasaan tanpa harapan dan kesulitan untuk melakukan pekerjaan atau kesulitan mengerjakan pekerjaan secara efektif. Selanjutnya, Stamm menjelaskan bahwa biasanya perasaan negatif itu muncul secara perlahan-lahan. Pekerja akan merasa bahwa usaha yang dilakukan tidak membawa perubahan apa pun.

Sejujurnya, kondisi burnout dapat dialami oleh siapapun, namun demikian kondisi ini lebih banyak terjadi pada mereka yang sering memaksakan diri untuk bekerja,termasuk kita seorang ASN. Pola dan jam kerja yang sudah diatur se efektif mungkin bisa jadi masih menyisakan kondisi burnout datang menghampiri, nah jika perasaan demikian terlanjur terjadi, kira kira apa yang harus kita lakukan?

Sebelum terlalu jauh menguraikan solusi, yang perlu kita tahu adalah penyebab terjadinya kondisi burnout. Dari berbagai literatur dan pengalaman beberapa teman, penyabab kondisi burn out dapat dipicu oleh beberapa keadaan sebagai berikut :

 1.     Memaksakan diri untuk bekerja terlalu keras.

Ada saat dimana kita bahkan tidak bisa menghentikan diri untuk terus bekerja, beberapa kondisi ini dipicu berbagai alasan, baik alasan pribadi maupun alasan atas nama organisasi. Yaps, bukan sok idealis, tapi senyatanya hal seperti ini pernah kita alami. Sinyal dari dalam tubuh pun kadang tidak kita sikapi dengan segera, alih alih beristirahat, yang terjadi malah sebaliknya, mencari booster untuk menambah tenaga. Misalkan dengan konsumsi kafein berlebihan, konsumsi cemilan tidak menyehatkan dan sterusnya. Jika kondisi ini berlangsung baik, untuk jangka waktu yang temporer bisa saja kita terus merasa aman, pekerjaan selesai setelahnya beristirahat. Tubuh yang meminta hak nya mungkin dapat setelahnya kita penuhi, namun sebaliknya ketika kondisi ini tidak mampu diatasi dengan baik, pada saat yang bersamaan kita akan mengalami demotivasi, pekerjaan tidak juga kunjung selesai, beban akan terasa begitu berat, sulit berkonsentrasi dan lebih parahnya seseorang merasa tidak mampu / tidak berkompeten menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Dan bayangkan ketika kondisi seperti berlangsung terus menerus. Memaksakan diri untuk bekerja terlalu keras, hanya akan mengalami kondisi  kelelahan yang berkepanjangan

 2.     Tidak mampu membuat skala prioritas dengan baik

Seluruh pekerjaan dikerjakan pada saat yang bersamaan, tidak mampu membuat perencanaan dengan baik, mengabaikan time line, dan tidak memperhatikan skala prioritas dengan cermat. Bayangkan jika kondisi demikian terjadi setiap hari. Alih alih mengaplikasikan konsep multi tasking,  pekerjaan yang kita harapkan sempurna selesai malah berantakan.

Membebani otak dengan berbagai jenis pekerjaan bukanlah pilihan yang bijak. Tubuh lelah,otakpun tidak mampu berfikir dengan maksimal.

 

3.     Tidak Menggunakan Waktu dengan Baik

Banyak diantara kita, terlebih saat dalam kondisi ternyaman, tidak menggunakan waktu dengan sebaik baiknya. Maksud hati bersantai sejenak, terkadang kita kebablasan asyik dengan hal tertentu. Akibatnya waktu berharga kita terbuang dengan sia sia. Pada saat kita membutuhkan waktu yang lebih panjang untuk fokus dan konsentrasi pada pekerjaan tertentu, yang terjadi sebaliknya seolah kita dikejar oleh waktu. Pekerjaan tertunda, lelahpun mendera.

 

4.     Merasa “Bisa” dengan Semua Hal

Percayalah kita diciptakan untuk menguasai satu hal tertentu, tidak seluruh kondisi dan situasi bahkan seluruh pekerjaan dapat kita atasi sendiri. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu mendelegasikan sebagian tugasnya kepada staf. Tidak perlu merasa bisa dengan semua hal, berbagi tugas bukan merupakan aib.

 

5.     Tidak Mampu Mengelola Stress

Situasi pandemi yang tidak menentu kerap membuat seseorang rentan mengalami “burnout”. Jika tidak dicegah, ”burnout” dapat mengganggu kualitas hidup hingga menurunkan produktivitas bekerja. “Kalau kelelahan secara fisik saja dengan istirahat bisa selesai. Kalau kelelahan emosional, dengan istirahat saja belum tentu selesai. Maka harus ada intervensinya,” kata Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran Iceu Amira DA, S.Sos., S.Kep., Ners., M.Kes. https://www.unpad.ac.id/2021/08/mengenal-kondisi-burnout-penyebab-dan-cara-mencegahnya/

Kondisi yang tidak menentu, rentan mengakibatkan stres, perasaan tertekan dan gundah yang tidak dikelola dengan baik memberikan efek pada penurunan produktifitas dalam pekerjaan. Terkungkung dengan dengan kondisi stress mengakibatkan seseorang pada akhirnya mengalami kelelahan yang tak kunjung usai.

Nah, Sobat Tekad, tentu tidak ingin mengalami hal seperti di atas, tentu kondisi kelelahan secara fisik, perasaan yang bergejolak dan sekaligus demotivasi pada hal hal baik yang ada di depan kita secara langsung akan menurunan produktifitas. Sebagai seorang ASN yang baik tentu kita tidak ingin membiarkan hal seperti ini berlarut larut terjadi.
Masih ingat konsep Fleksibel Working Space?  Kondisi burnout seperti dijelaskan diatas, dapat terurai dengan konsep yang ditawarkan oleh FWS, jika kita mampu mencermati dengan baik. Meskipun faktanya masih saja sebagian diantara kita tetap mengalami kondisi burnout.  Tidak perlu merasa bersalah jika demikian, namun perhatikan baik baik tujuan kita bekerja. Selain ibadah tentu yang ingin disampaikan adalah, bagaimana memberikan yang terbaik untuk diri dan organisasi. Sampai disini, mari kita berikan perhatian pada diri baru kemudian untuk organisasi, dengan cara sebagai berikut :

1.  Berhentilah memaksakan diri bekerja terlalu keras, seimbangkan kebutuhan tubuh dan otak agar tetap mampu memberi yang terbaik untuk organisasi. Akankah organisasi mati ketika kita berhenti sejenak untuk melepas lelah? Tentu tidak bukan ? Sadari hak dan kewajiban kita terhadap tubuh. Lakukan sesuatu yang mampu dan terjangkau oleh kita.

 

2.  Mulailah dari hal kecil, memberi penghargaan atau self reward pada diri tentu merupakan upaya yang sangat baik. Buatlah skala prioritas dengan seksama, baik terkait urusan pribadi maupun organisasi. Upayakan keduanya berjalan seimbang dan selaras. Tidak perlu mengharapkan orang lain untuk memahami kita dengan baik, selain kita sendiri yang mampu memahami diri dengan baik. Kenali diri dan potensi diri, kembangkan dengan maksimal tanpa membebani diri dan organisasi. Memulai kebiasaan baik juga dimulai dari hal kecil. Maka lakukan perubahan kecil yang konsisten untuk memberikan perubahan besar yang maksimal.

 

3.  Demi Waktu, pergunakan waktu dengan sebaik baiknya, tidak perlu merasa dikejar kejar waktu, tapi sebaliknya pergunakan waktu dengan sebaik baiknya, bukankah semua yang kita lakukan di dunia ini akan dimintai pertanggungjawaban oleh sang Pencipta. Konsep ini menurut penulis, akan efektif jika disadari dengan baik, dan tentu ini berproses tidak perlu tergesa gesa dengan hasilnya, namun nikmati prosesnya. Kondisi burnout akan berkurang seiring dengan produktivitas yang kita kerjakan.

  

4.     Membangun Kepercayaan Kepada Sesama, dikutip dari bahan https://klc2.kemenkeu.go.id/The best way to find out if you can trust somebody is to trust them “ _Earnest Hemingway. Tidak perlu membebani diri dengan pekerjaan diluar kemampuan, tetapi berbagi tugaslah, komunikasikan dengan baik dengan rekan kerja hal hal berat yang tidak mampu diselesaikan sendiri, membangun hubungan yang positif dan menularkan kebiasaan baik yang mungkin sudah dimiliki selama ini. Dengan menciptakan kondisi yang baik, maka kondisi burnout, diharapkan dapat diselesaikan dengan baik juga.

 

5.   Kelola Stress dengan Bijak, memberi kesempatan kepada diri untuk rileks, kontemplasi diri, tersenyum dan berfikir positif, olah raga, menekuni hobi, atau bahkan menciptakan sesuatu yang baru yang membuat kita bahagia, tentu akan mendatangkan lebih banyak mendatangkan energi positif. Akibatnya, pikiran lelah dan kondisi burnout tidak akan datang lagi menghampiri kita. Ketika energi positif dalam diri kita lebih banyak, tentu akhirnya produktifitas kinerja kita akan semakin lebih baik.  Nah ucapkan selamat tinggal pada burn out, sehingga kita semakin produktif, sepakat? Semoga bermanfaat.

 

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Foto Terkait Artikel
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini