Manfaat Cosplay Bagi
Kesehatan Mental Anda J
image source: pexels.com
Cosplay merupakan fenomena budaya yang
populer di kalangan anak muda, khususnya generasi milenial dan generasi Z. Kata
cosplay berasal dari kata "costume"
dan "play" yang mengacu
pada aktivitas di mana orang berdandan seperti karakter fiksi dalam komik,
film, gim, novel dll. Salah satu komunitas cosplay terbesar di Indonesia adalah
Cosplay Jakarta yang memiliki sekitar 9.000 anggota pada akun Facebooknya.
Cosplayer dalam komunitas tersebut berasal dari kalangan pelajar dan mereka
yang sudah bekerja.
Di Jakarta, pelaku cosplay didominasi
oleh remaja yang sedang dalam tahap pencarian jati diri mereka, sehingga mereka
mencoba melakukan hal-hal yang menarik dan menantang diri mereka sendiri untuk
mencapai aktualisasi. Hal ini menunjukkan banyaknya individu yang menunjukkan
ketertarikan pada kegiatan cosplay.
Menurut Psikolog Robin S. Rosenberg dan
Andrea M. Letamendi, anak muda menyukai cosplay karena memungkinkan mereka
berperan sebagai karakter favorit di dunia fantasi, menawarkan pelarian dari
kenyataan dan berkesempatan untuk menciptakan identitas baru. Cosplay di
definisikan sebagai ekspresi visualisasi fandom yang disertai dengan
transformasi psikologis terkait kepribadian, kekuatan, kemampuan, gender,
dan/atau orientasi seksual. Praktisi kesehatan mental mungkin memiliki asumsi
negatif atau positif tentang motif, makna, dan tujuan orang-orang yang terlibat
dalam aktivitas cosplay.
=====
image source: pexels.com
Sekilas cosplay mungkin terlihat sekadar
bersenang-senang saja, namun nyatanya melakukan aktivitas ini memiliki banyak
manfaat positifnya. Pada artikel kali ini, penulis akan menunjukkan 3 hubungan
antara cosplay dan kesehatan mental. Bagi anda penggemar cosplay atau hanya
ingin mencobanya sebagai hobi baru, silahkan dibaca untuk mengetahui lebih
lanjut tentang bagaimana cosplay dapat meningkatkan kesehatan mental anda.
1. Membangun Kepercayaan Diri
Pertama-tama, proses awal melakukan cosplay adalah dengan membuat kostumnya. Apabila Anda membuat kostum, pada dasarnya, Anda seperti ingin menghidupkan karakter fiksi menjadi nyata, tentunya hal ini memerlukan kepercayaan diri pada kemampuan dan kreativitas yang dimiliki. Ditambah lagi, setelah Anda berhasil menyelesaikan pembuatan kostumnya, Anda seperti seakan-akan bersatu dengan karakter sesuai kostum yang dibuat.
Selain mengembangkan kreativitas saat pembuatan kostumnya, cosplayer juga dapat berlatih membangun kepercayaan diri dengan terlibat di berbagai event yang bertemakan cosplay. Beberapa event biasanya menyelenggarakan kompetisi seperti cosplay performance dan cosplay walk atau coswalk.
Lalu bagaimana rasa percaya diri itu muncul?
Cosplayer membutuhkan keberanian untuk memamerkan kostum dan riasannya, dan dengan penuh rasa percaya diri berperan sebagai karakter favoritnya. Dapat diterjemahkan ke dalam situasi di kehidupan nyata seperti berinteraksi di Masyarakat atau berbicara di depan umum, di mana kepercayaan diri adalah kuncinya. Dengan memiliki kepercayaan diri akan berdampak pada sisi psikologis yang secara otomatis kondisi ini membawa perubahan pada sikap mental dan cara berpikir menjadi lebih positif.
2.
Mengurangi
Stres Berlebihan
“Reality is the leading cause of stress amongst those in
touch with it.”
-Jane Wagner
Bagi saya yang telah menginjak usia 27 tahun, menjadi dewasa berarti memiliki tanggung jawab terhadap segala sesuatu di hidup kita, baik itu tanggung jawab terhadap keluarga, pekerjaan dan lain sebagainya, bahkan terkadang tanggung jawab itu yang menjadi faktor pemicu stres. Kira-kira apa hubungan antara cosplay dengan stres?
Cosplay adalah salah satu opsi yang dapat dipertimbangkan, karena ketika Anda melakukan cosplay dan berperan sebagai karakter tersebut, Anda benar-benar dapat melupakan masalah hidup sejenak dan menikmati diri sendiri dalam euforianya. Kenikmatan menjadi seseorang yang sama sekali berbeda untuk sementara waktu, akan memberikan rasa kebebasan yang mungkin tidak pernah dirasakan dalam hidup Anda. Halu Mode On J
Selain itu dengan melakukan cosplay dan mengikuti komunitas cosplay, menjadi sarana bagi anda untuk sharing mengenai hobi yang sama, berbagi keseruan dan saling mendukung satu sama lain. Aktivitas ini dapat menjadi opsi yang memungkinkan bagi Anda untuk keluar dari problematika kehidupan sehari-hari, yang terkadang tidak nyaman dan membuat stres berlebihan.
Faktanya, saya pribadi sangat terhibur dengan adanya kegiatan cosplay yang diselenggarakan di tempat saya tinggal. Di setiap event yang bertemakan cosplay, saya selalu berusaha hadir hanya untuk sekedar menikmati para cosplayer tampil di atas panggung. Rasa stres yang berlebihan akan berkurang ketika saya menghadiri kegiatan tersebut.
3. Melepaskan Diri dari Kenyataan
Di sisi lain, cosplay juga bisa berfungsi sebagai sarana untuk “melarikan diri dari kenyataan,” yang bagi sebagian orang menjadi cara untuk menjaga kesehatan mentalnya tetap baik, karena cosplay dapat memberikan kenikmatan, kesenangan, berfantasi dan imajinasi diri yang tidak dapat terwujud dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut beberapa penelitian (Napier 2007; The Manila Times 2008), terbukti bahwa cosplay memberikan para pemainnya pelarian sesaat dari stres dan kehidupan yang monoton; dan memungkinkan mereka untuk masuk ke dalam mimpi fantasi atau masa kanak-kanak yang tidak biasa.
Bagi saya, hal tersebut seperti melangkah ke dunia lain atau isekai selama beberapa waktu dengan karakter fiktif yang tidak ada di kehidupan nyata, yang memungkinkan Anda untuk beristirahat sejenak dan menikmati euforianya.
Cosplay adalah opsi yang bagus untuk menjaga kesehatan mental
Anda tanpa harus beralih ke kebiasaan yang tidak sehat seperti narkoba atau
alkohol. Dengan melakukan cosplay diharapkan menjadi opsi alternatif yang
membantu Anda mengekspresikan diri dan melepaskan diri dari emosi negatif yang
biasa anda rasakan.
Bagi saya pribadi, menghadiri event bertemakan cosplay adalah salah satu cara mengelola kesehatan mental saya agar tetap baik. Saya berpikir apabila kita semua memberikan ruang untuk sesuatu yang kita sukai atau hobi, maka kita berpeluang lebih besar untuk menikmati hidup dan menjalani hidup dengan sehat dan bahagia. (penulis AF)
=========
Referensi
O.
Rahman, L. Wing-sun dan B. H. Cheung, “Cosplay: Imaginative Self and Performing
Identity.” Article in fashion theory, 2012.
Diunduh 17 Oktober 2023 dari https://www.researchgate.net/publication/265140961_Cosplay_Imaginative_Self_and_Performing_Identity
V.
O. Dwitama Dinatha dan F. I. R. Dewi, “Self-Identity and Needs of Cosplayer in
Role Playing,” in International Conference on Medicine and Health (TICMIH
2021). Diunduh 16 Oktober 2023 dari
https://www.atlantis-press.com/proceedings/ticmih-21/125965077
Rosenberg,
Robin S. & Andrea M. Letamendi. Expressions of fandom: findings from a
psychological survey of cosplay and costume wear. Diunduh 16 Oktober 2023 dari http://www.drrobinrosenberg.com/resources/Cosplay-Expressions of Fandom.pdf
O.
Rahman, L. Wing-sun dan B. H. Cheung, “Cosplay: Imaginative Self and Performing
Identity.” Article in fashion theory, 2012.
Diunduh 17 Oktober 2023 dari https://www.researchgate.net/publication/265140961_Cosplay_Imaginative_Self_and_Performing_Identity
Diakses
pada 16 Oktober 2023 dari https://journal.transformativeworks.org/index.php/twc/article/view/1535/1953
Diakses
pada tanggal 17 Oktober 2023 dari https://www.queencosplay.com/blog/cosplay-and-mental-health