Meski
perekonomian global menghadapi tantangan berat dan mengalami perlambatan
pertumbuhan ekonomi pada tahun 2022, nyatanya kinerja ekonomi Indonesia tetap
menunjukkan hasil yang sangat baik. Indonesia menjadi salah satu negara yang
paling resilien di tahun 2022 dengan pertumbuhan ekonomi yang mencapai 5,3
persen (yoy). Pemulihan ekonomi pada tahun 2022 merata di semua sektor (broad-based).
Melalui
Siaran Pers Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementerian Keuangan yang
dirilis pada tanggal 22 Februari 2023, pemerintah menyatakan per akhir Januari
2023, aktivitas manufaktur global masih terkontraksi. Harga komoditas energi
seperti gas alam, minyak mentah, serta batubara dalam tren menurun, begitu pula
harga CPO yang menurun seiring berkurangnya permintaan global. Sementara itu,
harga beberapa komoditas pangan tertahan di level yang cukup tinggi. Dari
sektor moneter, inflasi global mulai melandai, namun suku bunga acuan
diperkirakan bertahan di level yang relatif tinggi dan perlu dicermati. Di sisi
lain, kinerja APBN di bulan Januari 2023 sangat baik didukung kinerja
pendapatan yang kuat serta diimbangi belanja yang terjaga baik.
Optimisme Penguatan
Ekonomi Terjaga
Perekonomian
Indonesia di tahun 2022 tumbuh solid sebesar 5,3 persen (yoy), di mana semua
daerah bangkit dan tumbuh positif. Selain itu, kinerja ekonomi di tahun 2022
mencatatkan pertumbuhan positif di seluruh sektor dan pemulihan bersifat
broad-based. Keberlanjutan pemulihan ekonomi ini menjadi landasan kuat untuk
menghadapi risiko eksternal jangka pendek, sehingga di awal tahun 2023
optimisme pemulihan dan penguatan ekonomi tetap terjaga. Hal ini terlihat dari
realisasi Neraca Perdagangan Indonesia yang melanjutkan tren surplus selama 33
bulan berturut-turut, di mana kinerja ekspor bulan Januari 2023 tercatat
USD22,31 miliar (tumbuh 16,4 persen yoy) dan impor tercatat USD18,44 miliar
(tumbuh 1,3 persen yoy).
Indikator
dini perekonomian domestik juga cukup kuat. Salah satunya ditunjukkan oleh
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang masih stabil di tingkat tinggi (128,16),
menunjukkan keyakinan dan optimisme ekonomi ke depan. Selain itu, penjualan
kendaraan yang terus meningkat juga mengindikasikan konsumsi kelas menengah
yang terus tumbuh sehat. Dari sisi produksi, kredit investasi dan modal kerja
melanjutkan peningkatan, serta PMI Manufaktur Indonesia berada di zona
ekspansif dan tercatat naik menjadi 51,3.
Inflasi
Indonesia relatif lebih baik dibandingkan beberapa negara peers (Januari 5,28
persen yoy, 0,34 persen mtm). Volatilitas pasar keuangan yang mulai mereda
turut menambah catatan positif di awal tahun hingga 20 Februari 2023. Nilai
tukar Rupiah konsisten menunjukkan tren apresiasi yang menguat 2,7 persen
(ytd). Selain itu, kinerja perekonomian dan pasar keuangan yang baik mendorong
asing masuk ke pasar SBN, yang mencatatkan inflow sebesar Rp43,9 triliun (ytd).
Sementara dari sisi kepemilikan SBN, Perbankan dan BI mendominasi, sedangkan
porsi kepemilikan asing menurun sejak akhir 2020 (25,2 persen) menjadi 14,8
persen. Meski demikian, kebijakan moneter The Fed dan sentimen di pasar
keuangan masih perlu terus dicermati.
Kinerja Baik APBN
Berlanjut di Awal Tahun 2023
Kinerja
baik APBN berlanjut hingga 31 Januari 2023. Realisasi belanja negara per akhir
Januari mencapai Rp141,4 triliun atau mencapai 4,6 persen Pagu APBN, tumbuh
11,2 persen (yoy) dibandingkan Januari 2022. Realisasi belanja Pemerintah Pusat
mencapai Rp83,2 triliun (3,7 persen Pagu), yang terdiri dari belanja K/L
sebesar Rp28,7 triliun dan belanja non-K/L sebesar Rp54,5 triliun. Belanja K/L
terutama untuk percepatan penyaluran BOS, pengadaan peralatan/mesin, gedung/
bangunan, dan sarpras/logistik, pemeliharaan jalan/jaringan/irigasi/ BMN,
penyaluran bansos, dan termasuk kegiatan operasional K/L. Sementara belanja
non-K/L terutama didorong belanja subsidi dan pembayaran program pensiun.
APBN
berperan penting dalam menjaga kesehatan masyarakat, dengan realisasi belanja
Kesehatan hingga 31 Januari 2023 sebesar Rp5,3 triliun untuk penyaluran bantuan
iuran bagi 96,7 juta peserta PBI JKN, pelayanan Kesehatan RS TNI dan Polri,
serta pemberian jaminan Kesehatan bagi PNS/TNI/Polri. Sementara itu, realisasi
belanja ketahanan pangan sebesar Rp0,9 triliun dimanfaatkan untuk pembangunan
bendungan dan irigasi. Realisasi belanja perlindungan sosial sebesar Rp14,6
triliun digunakan untuk penyaluran bansos berencana dan asistensi penyandang
disabilitas, penyaluran bantuan KIP Kuliah, dan belanja subsidi bunga KUR.
Selanjutnya,
realisasi Transfer ke Daerah (TKD) sampai dengan akhir Januari 2023 mencapai
Rp58,19 triliun (7,1 persen Pagu), tumbuh 5,9 persen (yoy), didorong tingginya
penyaluran DBH terutama dari DBH Minerba, sedangkan penyaluran DAU lebih rendah
dikarenakan penyaluran bagian DAU yang ditentukan penggunaannya paling cepat
dilaksanakan pada bulan Februari. Sementara itu, komponen TKD lainnya seperti
DAK Non-Fisik dan Dana Desa mulai dilakukan penyaluran pada bulan Februari
sedangkan DAK Fisik paling cepat dilakukan pada bulan Maret.
Kinerja Baik Pendapatan
Negara di Awal Tahun
Pendapatan
negara melanjutkan kinerja baik di tahun 2023 dan tumbuh 48,1 persen (yoy).
Hingga akhir Januari 2023, Pendapatan Negara tercapai sebesar Rp232,2 triliun
atau 9,4 persen target APBN.
Mengawali
tahun 2023, pertumbuhan pajak sangat baik, di mana per akhir Januari 2023,
penerimaan pajak mencapai Rp162,23 triliun, atau 9,44 persen dari target,
tumbuh 48,6 persen (yoy). Kinerja penerimaan pajak yang sangat baik didukung
oleh peningkatan aktivitas akhir tahun sejalan dengan libur Nataru dan
implementasi UU HPP. Berdasarkan jenisnya, PPh Final tumbuh lebih tinggi (yoy)
karena meningkatnya pembayaran dividen kepada OP serta pengalihan Participating
Interest blok migas, serta PPN DN tumbuh didorong peningkatan konsumsi dalam
negeri dan implementasi UU HPP, namun PPh OP terkontraksi karena pembayaran
ketetapan pajak tidak berulang pada tahun ini. Sementara berdasarkan sektornya,
seluruh sektor utama tumbuh positif pada bulan Januari 2023 sejalan dengan
meningkatnya aktivitas ekonomi pada bulan Desember 2022.
Hingga
akhir Januari 2023, realisasi penerimaan Kepabeanan dan Cukai mengalami sedikit
penurunan namun tetap on-track, dipengaruhi turunnya penerimaan Bea Keluar.
Penerimaan Kepabeanan dan Cukai mencapai Rp24,11 triliun (8,0 persen dari
target, turun 3,4 persen yoy). Penerimaan Bea Masuk tumbuh 22,6 persen (yoy)
didorong extra effort, kurs Dolar yang meningkat dibandingkan tahun lalu dan
kinerja impor yang masih tumbuh. Selanjutnya, Cukai tumbuh 4,9 persen (yoy),
dipengaruhi kebijakan tarif, efek limpahan penerimaan dari pemesanan pita cukai
November 2022 lalu yang dilunasi di Januari 2023, dan efektifitas pengawasan.
Sementara kinerja Bea Keluar menurun disebabkan harga CPO yang sudah
termoderasi dan turunnya volume ekspor komoditas mineral.
Kinerja
PNBP hingga akhir Januari 2023 tumbuh signifikan, mencapai 103,0 persen (yoy)
dengan realisasi sebesar Rp45,9 triliun (10,4 persen dari target). Capaian
positif tersebut terutama didorong dari realisasi pendapatan SDA Migas (8,9
persen dari target) yang ditopang oleh kenaikan kurs, SDA non-Migas (22,9
persen dari target) berkat tingginya HBA dan berlakunya PP 26/2022, pendapatan
KND (9,4 persen dari target) akibat adanya dividen interim yang dibayarkan
BUMN, dan PNBP Lainnya (12,7 persen dari target) yang disumbang oleh
peningkatan pendapatan atas layanan K/L dan PHT. Pendapatan BLU (0,5 persen
dari target) juga mencatatkan pertumbuhan positif yang diperoleh dari
meningkatnya pendapatan jasa pelayanan Pendidikan PTN dan Rumah Sakit.
Pembiayaan APBN Terjaga
dengan Tetap Prudent, Fleksibel, dan Oportunistik
Pelaksanaan
APBN hingga akhir Januari 2023 mencatatkan surplus sebesar 0,43 persen terhadap
PDB. Hingga akhir Januari 2023, realisasi Pembiayaan melalui penerbitan utang
mencapai Rp95,6 triliun (13,7 persen dari target). Pembiayaan utang melalui SBN
dan pinjaman on track sesuai dengan strategi pembiayaan tahun 2023. Pengadaan
utang dilakukan dengan hati-hati dengan mempertimbangkan kondisi pasar serta
memperhatikan posisi kas Pemerintah.
Perekonomian
Indonesia 2022 yang tumbuh solid menjadi pondasi kuat dalam menghadapi risiko
global di tahun 2023 yang masih tinggi. Secara keseluruhan, kinerja APBN di
awal tahun 2023 mencatatkan capaian yang positif, sehingga mampu menjaga
optimisme pemulihan ekonomi. Namun demikian, tantangan dan ketidakpastian masih
harus terus diantisipasi dan diwaspadai agar pemulihan ekonomi yang dilakukan
terus dapat dijaga momentumnya serta lebih kokoh. Pemerintah akan terus
mengoptimalkan peran APBN dalam membiayai program-program prioritas yang
dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat, antara lain melalui belanja
kesehatan, pendidikan, fasilitas publik, dan bantuan sosial.