Saat
ini diketahui bahwa kondisi bumi sudah mulai memburuk yang ditunjukkan melalui
perubahan iklim yang sangat signifikan. Iklim yang terdapat di bumi terus
berubah yang dampaknya dirasakan manusia yaitu suhu udara yang terus memanas.
Pemanasan global yang terjadi menunjukkan kerusakan lingkungan di bumi yang
cukup mengkhawatirkan. Adanya fenomena mencairnya es di kutub utara, suhu
lautan yang meningkat, kekeringan yang berlangsung lama, banjir, coral
bleaching, juga badai besar termasuk beberapa hal yang menunjukkan dampak
adanya pemanasan global.
Ada
berbagai gerakan sosial yang digagas dengan tujuan mengatasi dampak kerusakan
lingkungan yang sudah semakin parah, seperti seruan hemat energi. Penting
diketahui bahwa energi dalam kehidupan manusia menjadi suatu kebutuhan penting
sebab terus digunakan dalam akktivitas
sehari-hari. Di Indonesia yang memiliki jumlah penduduk banyak hampir mencapai
319 juta jiwa (prediksi hingga tahun 2045) tentu menggunakan energi dalam
jumlah besar untuk penggunaan alat rumah tangga, perkantoran, penerangan jalan
dan lainya untuk mendukung kemudahan dalam melakukan pekerjaan. Hal ini lah
yang menjadi penyumbang besar terjadinya kerusakan lingkungan terutama
pemanasan global. Organisasi WWF Australia memberikan gagasannya dalam
meminimalisir pemanasan global yaitu melalui ide menghemat energi. Ide ini
direalisasikan melalui kegiatan yang diberi nama Earth Hour dan
dilangsungkan setiap tahunnya. Gagasan WWF Australia ini dikuatkan dengan
berkolaborasi bersama Leo Bunet dan Fairfax Media yang akhirnya mengglobal dan
mendatkan respon positif dari negara-negara yang tertarik untuk berpartisipasi.
Gagasan Earth Hour ini sudah diperkenalkan secara global
sebagai langkah kecil yang dapat dilakukan oleh masyarakat dalam kontribusinya
menyelamatkan lingkungan. Gerakan Earth Hour dilangsungkan pada setiap
hari Sabtu terakhir pada bulan maret dimana peringatan hari ini terus
digencarkan di media sosial untuk mengajak lebih banyak orang berpartisipasi.
Aksi Earth Hour ini mengajak masyarakat global agar mematikan lampu
beserta alat elektronik yang tidak digunakan selama 1 jam ketika malam hari
yakni pukul 20.30 – 21.30. Berdasarkan Rohy (2016) aksi Earth Hour termasuk wujud efisiensi energi
yang paling sederhana dan bisa dilaksanakan siapa saja. Apabila 10% masyarakat
Jakarta berkontribusi dalam gerakan Earth Hour untuk mematikan listrik
maka energi yang dihemat ini bisa memberikan manfaat dalam pemenuhan kebuutuhan
listrik pada 900 desa dan menyumbang oksigen untuk 534 orang. Mayoritas
masyarakat menggunakan oksigen untuk bernapas di bumi sehingga Earth Hour ini
dapat menjadi momen yang didedikasikan bagi bumi agar bisa bernapas sejenak
dari padatnya aktivitas manusia dalam menggunakan energi. Hal kecil dan
sederhana, namun apabila dilangsungkan bersama-sama maka akan bersar manfaatnya.
Bayangkan apabila tidak hanya 10% warga Jakarta saja yang berpartisipasi, namun
masyarakat di seluruh dunia, tentu akan menghasilkan dampak yang lebih nyata
bukan?
Dari
data tersebut tentu saja bisa dibayangkan besar energi yang bisa dihemat
apabila seluruh masyarakat dapat melaksanakan aksi Earth Hour ini secara
serempak. Meskipun aksi satu jam mematikan lampu ini tidak dapat mengubah iklim
bumi dengan signifikan, namun aksi ini menjadi langkah awal untuk masyarakat
agar berpartisipasi dalam mendukung perubahan bumi agar terus membaik. Aksi Earth
Hour ini dapat terus digencarkan secara individual dengan mematikan lampu
dan alat elektronik di rumah masing-masing dan dapat diperkenalkan pada
perkantoran mengingat area kantor seperti gedung-gedung banyak menggunakan
energi dalam jumlah besar dalam menjalankan aktivitasnya. Implementasi gerakan Earth
Hour pada area perkantoran dilakukan dengan mematikan seluruh perangkat
elektronik di kantor pada Hari Sabtu termasuk lampu pada gedung maupun halaman
gedung selama satu jam mulai jam 20.30. Gerakan ini digagas untuk membiasakan
masyarakat menyadari pentingnya menghemat energi yang dibiasikan dari satu hari
saja untuk mulai memiliki kesadaran untuk menghemat listrik dan menggunakan
energi secara efisien setiap harinya. Satu aksi nyata yang dilakukan bersama-sama
tentu dapat berkontribusi besar apabila dilaksanakan secara konsisten dan
berkelanjutan untuk mendapatkan hasil nyata.
Bumi
merupakan milik bersama seluruh masyarakat dunia sehingga upaya penyelamatan
bumi tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah ataupun relawan sosial saja,
melainkan seluruh umat manusia bertanggung jawab dalam menjaga keselamatan
bumi. Terdapat berbagai kegiatan dan aktivitas kecil yang berperan besar dalam
menyelamatkan bumi, salah satunya dengan gerakan Earth Hour ini. Untuk
itu, mari lakukan pemadaman lampu dan pembatasan alat elektronik yang dipakai
untuk mendukung aksi Earth Hour demi mendukung keselamatan bumi yang
lebih hijau dan lestari di masa mendatang. Yuk sama-sama lakukan aksi nyata
untuk mendukung perubahan besar bagi bumi kita tercinta!
Referensi :
- Rasyid, I., & Felixiani Keviola, J. R. (2020). Gerakan Earth Hour
Tangerang Dalam Perspektif Politik Lingkungan. Ijd-Demos, 2(2), 185–198
- Rohy, W. K. (2016). Perkembangan Gerakan Earth Hour
sebagai Bentuk Perubahan Iklim Dunia. Global Dan Policy, 5(1), 1689–1699.
- Susanti, D., Dwihantoro, P., Sandy, F., &
Muliawanti, L. (2022). Social media for social movement: A social media training for Turun
Tangan Organization. Community Empowerment, 7(8), 1429–1436.