Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
KPKNL Pontianak > Artikel
Pengaruh Stunting terhadap IQ Anak
Jesica Deviana
Rabu, 20 Desember 2023   |   431 kali

Stunting merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badan di bawah standar terutama pada periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Stunting dapat disebabkan oleh kurangnya asupan gizi kronis dalam waktu lama, tidak cukup protein dalam proporsi total asupan kalori, perubahan hormon dan seringnya menderita infeksi di awal kehidupan anak. Bagi penderitanya, stunting berdampak terhadap perkembangan motorik dan verbal, peningkatan penyakit degeneratif, kejadian kesakitan dan kematian.

Selain dampak fisik, stunting juga berdampak terhadap perkembangan kognitif anak. Perkembangan kognitif adalah tingkat kemampuan seseorang dalam berpikir yang meliputi proses pemecahan masalah, mengingat, serta mengambil keputusan. Perkembangan kognitif mengacu pada tahapan kemampuan anak memperoleh makna dan pengetahuan dari pengalaman serta informasi yang didapatkan. Perkembangan kognitif juga meliputi proses mengingat, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan. Berbagai penelitian membuktikan bahwa terdapat pengaruh stunting terhadap perkembangan kognitif serta prestasi belajar anak yang dapat menurunkan produktivitas dan pada akhirnya menghambat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kemiskinan di suatu negara.

Kurangnya nutrisi atau defisiensi nutrisi pada anak dapat mempengaruhi fungsi susunan saraf pusat (SSP), pengembangan struktur SSP dan sistem neurotransmitter. SSP bertanggung jawab untuk pengaturan perangkat (pernapasan, pencernaan, dll), sedangkan neurotransmitter merupakan senyawa kimia dalam tubuh yang berfungsi untuk membawa dan mengirimkan pesan antar neuron atau dari neuron ke berbagai jaringan tubuh, seperti otot. Pengiriman pesan dari neurotransmitter ini memungkinkan otak untuk menjalankan fungsinya dengan baik, meningkatkan dan menyeimbangkan sinyal di otak, serta membantu mengelola respons otomatis tubuh misalnya pernapasan dan detak jantung. Selain itu juga berperan dalam fungsi psikologis, seperti proses belajar, suasana hati, ketakutan, hingga kebahagiaan.

Dalam kasus anak stunting, terjadi defisiensi nutrisi yang menyebabkan jumlah sel dalam otak berkurang dan terjadi ketidakmatangan serta ketidaksempurnaan biokimia dalam otak. Status gizi yang baik merupakan hal penting dalam perkembangan dan kematangan neuron otak. Anak yang mengalami stunting cenderung memiliki rasa ingin tahu yang lebih rendah dan kelemahan motorik karena terdapat gangguan pada proses pematangan neuron serta perubahan struktur dan fungsi otak.

Lalu, bagaimana cara mencegah anak stunting memiliki IQ yang rendah?

Bagi anak yang sudah menderita stunting, sangat sulit untuk memperbaiki dampaknya. Begitu juga dalam hal peningkatan IQ-nya. Satu-satunya cara yang bisa dilakukan adalah mencegah terjadinya stunting dengan memastikan terpenuhinya kebutuhan nutrisi anak. Setiap orangtua diharapkan dapat mencukupi nutrisi anak hingga usia dua tahun karena dampak yang irreversible atau tidak bisa diubah lagi. Nutrisi otak anak yang dibutuhkan hingga usia emas yaitu usia dua tahun adalah lemak, karbohidrat dan juga protein hewani. Protein hewani mengandung asam amino esensial yang lengkap, lebih efektif dicerna dalam tubuh, dan berperan mencegah hambatan pertumbuhan. Protein hewani yang memiliki efek paling bagus untuk otak dan tinggi badan adalah susu, jika dibandingkan dengan beragam protein hewani seperti telur, ikan, susu, ayam, dan daging. Namun, faktanya konsumsi susu di Indonesia masih sangat rendah.

Langkah pencegahan stunting lainnya yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan pemantauan tumbuh kembang anak pada fasilitas kesehatan secara berkala. Pemantauan tersebut dapat membantu orangtua mengetahui status gizi anak dari pengukuran rutin tinggi badan, berat badan, dan ukuran lingkar kepala. Hal tersebut dapat membantu orangtua dalam mendeteksi potensi dini gizi buruk pada anak, sehingga lebih mungkin untuk diatasi dan tidak sampai pada tahap stunting dan penurunan IQ saat ia dewasa.

 

(Ditulis oleh Nur Indah Fitriya, pelaksana pada Seksi Kepatuhan Internal KPKNL Pontianak)

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini