Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
KPKNL Pekalongan > Kilas Peristiwa
KEARIFAN LOKAL MERIAHKAN TRADISI SYAWALAN KOTA PEKALONGAN
Siti Rokhayah
Kamis, 13 Juni 2019   |   3714 kali

KEARIFAN LOKAL MERIAHKAN TRADISI SYAWALAN KOTA PEKALONGAN

Puncak perayaan Syawalan (satu pekan setelah Lebaran) tahun 1440 H di Kota Pekalongan digelar pada Rabu, 12 Juni 2019 di Stadion Hoegeng Pekalongan dalam acara yang bertajuk Java Traditional Balloon Festival 2019. Penyelenggaraan festival balon udara pada tahun ini berbeda dengan festival serupa pada tahun sebelumnya, yaitu festival balon tambat (tali). Acara ini terselenggara atas kerja sama Komunitas Sedulur Balon Pekalongan, Airnav Indonesia dan Pemerintah Kota Pekalongan. Berdasarkan pantauan di lapangan, sejak pagi para peserta festival sudah berkumpul di area stadion. Peserta berasal dari Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Batang dan Kota Pekalongan sebanyak 107 peserta dari berbagai kalangan dan komunitas.

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo membuka festival dan menyatakan bahwa penyelenggaraan festival balon tahun ini dilaksanakan lebih meriah dan lebih baik dibandingkan pada tahun lalu. Festival balon dengan balon warna-warni, merupakan cermin kreativitas  dan corak khas Pekalongan menjadi ciri utamanya. Gubernur berharap kedepannya agar tradisi ini dilaksanakan dalam skala yang lebih besar sehingga Kota Pekalongan mendapat kesempatan pertama untuk bisa mempromosikan balon udara yang aman, kreatif dan bisa menjadi tontonan sehingga akan mendorong pariwisata. Selain itu, dipastikan bahwa penyelenggaraan festival balon tidak akan mengganggu keselamatan penerbangan. Atas kerja sama dan koordinasi yang baik antar seluruh komponen masyarakat, jajaran Pemerintah Kota Pekalongan dan Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (Airnav), festival balon tambat merupakan upaya yang tepat untuk melestarikan tradisi tanpa mengabaikan keselamatan penerbangan.

Pada  salah satu sudut perkampungan Kota Pekalongan lainnya, tepatnya di Gg Lopis Raksasa, Desa Krapyak, Kecamatan Pekalongan Utara, puncak kemeriahan tradisi Syawalan ditandai dengan pemotongan lopis raksasa oleh Gubernur Jawa Tengah.

Menurut Nurudin, sesepuh warga Krapyak yang kami temui, tradisi pembuatan lopis ini sudah ada sejak tahun 1958. Lopis raksasa ini dibuat dengan bahan 500 kg beras ketan dan  dimasak selama 4 hari 4 malam oleh Remaja Musholla Darunnaim Desa Krapyak. Beras ketan tersebut didapat dari sumbangan warga desa Krapyak dan sekitarnya serta dari para donatur. Berdasarkan laporan dari Ketua Panitia Penyelenggara Syawalan dan Pemotongan Lopis Raksasa, lopis ini diperuntukkan bagi seluruh pengunjung secara gratis.

Dalam sambutannya, Ganjar menyampaikan bahwa momen ini menjadi sangat menarik baginya. Lopis raksasa dengan berat 1,6 ton tinggi 2 meter dan keliling lingkaran 2,5 meter ini sarat akan makna persatuan dan gotong royong masyarakat. Bagaimana tidak, pembuatan lopis raksasa ini tentu dilakukan dengan rasa guyub rukun mengabaikan perbedaan atau pilihan politik yang mungkin ada. Sesuatu yang lahir dari perkampungan, bisa menyatukan suasana kebatinan yang ada, demi persatuan Indonesia. Gubernur memberikan apresiasi yang tinggi atas terselenggaranya acara ini dan menyatakan akan mengangkat cerita yang terjadi di Kota Pekalongan hari ini. Bahwa sesuatu yang terlahir dari kampung bisa menyuguhkan situasi yang guyub, tertib, menyatukan dan saling menjaga perasaan. Sesuatu yang sarat akan makna dan merupakan nilai investasi yang sangat mahal.

Antusiasme warga Pekalongan dan sekitarnya menyambut acara ini begitu terasa. Terlihat akses jalan menuju lokasi acara, dipenuhi kendaraan para pengunjung. (Narasi & Foto : HumasKPKNLPekalongan).
Foto Terkait Kilas Peristiwa
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini