Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Employee Engagement, Ketika Karyawan Merasa “Terikat Dengan Senang Hati” Pada Perusahaan
Ratih Prihatina
Rabu, 30 Agustus 2023   |   9789 kali

Berbagai macam motif mendasari individu untuk bekerja. Motif paling umum adalah untuk memperoleh penghasilan demi pemenuhan kebutuhan hidup. Ada berbagai macam pandangan karyawan terhadap perusahaan tempatnya bekerja. Sebagian orang menganggap bahwa bekerja melakukan job desk kemudian pulang ke rumah merupakan pilihan terbaik, sebagian lainnya bersedia untuk melibatkan diri lebih jauh dengan menyediakan pikiran, tenaga dan potensi terbaiknya demi kemajuan perusahaan. Di sisi lain, sumber daya manusia merupakan salah satu aspek terpenting bagi sebuah perusahaan. Kedua hal tersebut, karyawan dan perusahaan, baiknya disatukan oleh suatu ikatan yang dikenal sebagai “employee engagement” atau “keterlibatan karyawan” kepada perusahaan.

 

Beberapa Definisi Employee Engagement Menurut Para Ahli

Employee engagement atau yang dikenal juga dengan keterikatan karyawan diperkenalkan pertama kali oleh William Khan pada tahun 1990. Kahn (1990) mendefinisikan bahwa employee engagement merupakan keterikatan karyawan dengan perusahaan itu sendiri. Karyawan / pegawai yang memiliki rasa keterikatan yang tinggi cenderung akan bekerja dengan lebih baik dikarenaan adanya perasaan positif dalam diri mereka dan tidak menganggap suatu pekerjaan sebagai beban.

Employee engagement merupakan perilaku dimana karyawan merasa memiliki peran penting pada keberhasilan perusahaan dan memiliki motivasi tinggi dalam peningkatan kinerja dan ikut andil mengerjakan pekerjaan di luar job requirement. (Mercer, dikutip oleh Carpenter dan Wyman, 2007:1).

Employee engagement merupakan timbulnya perasaan antusias saat karyawan ikut andil dalam membantu perusahaan mencapai tujuannya. Employee engagement menimbulkan keterikatan yang kuat pada perusahaan bukan hanya untuk mendapatkan gaji namun juga karyawan akan termotivasi untuk meningkatkan kinerja instansi. Employee engagement dengan perusahaan dapat terbentuk oleh ikatan emosional dan faktor emosional terhubung dengan kenyamanan kerja serta pengalaman kerja. (William Macey, 2009:1).

Karyawan yang memiliki employee engagement pada perusahaan akan bekerja secara konsisten serta tidak mudah menyerah saat menghadapi masalah saat bekerja. Karyawan yang terikat dengan perusahaan akan memberikan performa kerja yang terus meningkat dikarenakan adanya dedikasi dalam diri sehingga timbul rasa tanggungjawab untuk terus bekerja dan ikut andil dalam suksesnya perusahaan mencapai tujuannya. (William Macey, 2009:24).

Karyawan yang memiliki nilai engagement merupakan pekerja yang mempunyai keterikatan penuh dan semangat terhadap pekerjaan mereka. Pandangan ini menyatakan bahwa employee engagement tidak hanya membuat karyawan memberikan kontribusi lebih, namun juga membuat mereka memiliki loyalitas yang lebih tinggi sehingga mengurangi keinginan untuk meninggalkan perusahaan secara sukarela. (Gallup Organization).

Definisi lain juga diungkapkan oleh Lockwood (2005) bahwa employee engagement sebagai penyataan oleh individu secara emosional dan intelektual yang berkomitmen terhadap organisasi, yang diukur melalui tiga perilaku utama yakni :

1.       Berbicara positif mengenai organisasi kepada rekan kerja dan pelanggan;

2.       Memiliki gairah yang intens untuk menjadi anggota organisasi, meski sebenarnya mendapat peluang kerja di tempat lain;

3.       Menunjukkan usaha ekstra dan perilaku yang memiliki kontribusi terhadap kesuksesan organisasi.

 

Dimensi Employee Engagement

Schaufeli dan Bakker (2004:295) membagi dimensi employee engagement ke dalam 3 dimensi yaitu :

1.   Vigor (semangat)

Vigor melibatkan ketahanan mental saat bekerja yang dapat dinilai dari semangat yang ditunjukkan seseorang untuk melakukan pekerjaannya yang dapat dilihat dari energi tinggi saat bekerja, kemauan untuk berusaha dengan sungguh-sungguh dalam melakukan pekerjaan, serta ketekunan dalam menghadapi kesulitan dalam bekerja dan ketelitian untuk meminimalisir kesalahan.

2.   Dedication (dedikasi)

Mengacu pada keterlibatan seseorang dalam mengalami rasa antusiasme dan kebanggaan. Aspek dedikasi meliputi keterlibatan tinggi terhadap pekerjaan yang dilakukan dan kebanggan terhadap pekerjaan yang dilakukannya selalu merasakan timbulnya inspirasi dari pekerjaan yang dilakukan.

3.   Absorption (penyerapan)

Merupakan aspek yang mengacu pada konsentrasi dan keseriusan dalam bekerja, tingkat absorption yang tinggi menunjukkan seseorang yang bahagia dan menikmati pekerjaan mereka serta tenggelam dalam pekerjaan.

 

Ciri-ciri Employee Engagement

Karyawan yang mempunyai ikatan dengan pekerjaannya, menurut Finney (2010) memiliki ciri-ciri yakni :

1.   Mempercayai tujuan organisasi / instansi. Suatu organisasi perlu membuat karyawan merasa percaya dengan misi perusahaan dan mencoba untuk berkontribusi besar bagi perusahaan untuk mencapai            tujuannya;

2.   Menyenangi pekerjaan yang dilakukan dan memahami bahwa yang dilakukan berkontribusi pada tujuan yang lebih besar, perasaan positif tersebut akan mengurangi tekanan pada karyawan saat                        melaksanakan pekerjaannya;

3.    Tidak memerlukan pendisiplinan dan mereka hanya memerlukan kejelasan, komunikasi dan konsistensi;

4.    Menghormati manajer / pemimpin. Pada kondisi ini, karyawan merasa seorang manajer atau pemimpin mereka telah memberikan arahan dan teladan yang baik dalam pekerjaannya;

5.    Selalu meningkatkan keterampilan mereka dengan sikap positif, fokus, antusiasme, kreatifitas dan daya tahan;

6.    Mengetahui bahwa pemimpin mereka menghormati mereka;

7.    Dapat dipercaya dan saling percaya satu sama lain;

8.    Memberikan yang terbaik kepada organisasi.

 

Pentingnya Employee Engagement Dalam Perusahaan

Keterlibatan karyawan sangat penting pada organisasi karena membantu menciptakan budaya kerja yang lebih baik, mengurangi pergantian staf, meningkatkan produktivitas, meningkatkan hubungan kerja dan pelanggan, dan berdampak pada keuntungan perusahaan. Lebih dari itu, employee engagement membuat karyawan lebih bahagia dan mengubah seseorang dari “hanya seorang karyawan” menjadi “mereka yang mendukung perusahaan / organisasi dengan senang hati”.

Sebuah survei oleh Employee Benefit News pada tahun 2017 tentang benefit karyawan menemukan bahwa mayoritas dari 34.000 responden yang memilih untuk berganti pekerjaan adalah karena kondisi yang tidak memuaskan dalam hal keseimbangan kehidupan kerja, kompensasi, hubungan manajemen, dan pekerjaan.

Employee engagement umumnya lebih penting di tingkat perusahaan karena dampaknya terhadap operasi bisnis dan profitabilitas. Namun, jika perusahaan tersebut berupa suatu instansi pemerintahan pun, employee engagement akan membantu para pemimpin memahami kebutuhan karyawan. Selain itu, employee engagement membantu para pemimpin untuk mengetahui bagaimana mengelola tim dan menciptakan lingkungan kerja yang lebih baik.

 

Prinsip Dasar Membangun Employee Engagement Pada Karyawan

Employee enggagement seringnya tidak muncul begitu saja dalam diri pegawai/karyawan, tetapi dibutuhkan suasana atau kondisi-kondisi tertentu sebagai pendukungnya. Menurut Kevin Kruise (2012:20), prinsip dasar utama agar karyawan memiliki employee engagement yakni :

1.   Komunikasi : komunikasi ini berupa penyampaian tujuan yang jelas dan diberikan kemudahan dalam penyampaiannya;

2.   Pertumbuhan dan peningkatan : para pegawai / karyawan pastinya menginginkan perkembangan dirinya dalam perusahaan misalnya dengan program pelatihan, maka karyawan akan mempelajari hal baru      yang berguna bagi diri dan bagi perusahaan;

3.   Kepercayaan dan percaya diri : berupa rasa percaya yang dimiliki karyawan untuk terus bekerja pada perusahaan. Dalam hal ini perusahaan diharapkan mampu membuat karyawannya percaya akan masa        depan organisasi.

 

Penggerak Employee Engagement

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata penggerak adalah orang yang menggerakkan. Arti lainnya dari penggerak adalah alat untuk menggerakkan.

Pada employee engagement, terdapat 3 (tiga) penggerak utama :

1.   Organisasi : meliputi budaya organisasi, nilai dan visi yang dianut. Budaya organisasi yang bersifat suportif, berkeadilan dan memberikan kepercayaan akan memberikan efek positif terhadap keterikatan            karyawan pada perusahaan;

2.   Manajemen dan kepemimpinan : engagement tidak serta merta timbul dalam seketika, melainkan tumbuh karena senantiasa dipupuk. Dalam menciptakan engagement karyawan, pimpinan diharapkan            memiliki keterampilan komunikasi, teknik memberikan umpan balik dan teknik penilaian kinerja yang adil;

3.   Working life : kenyamanan kondisi lingkungan kerja berpengaruh pada terciptanya employee engagement. Beberapa kondisi diharapkan akan menciptakan hal tersebut yakni lingkungan kerja yang memiliki      keadilan distributif dan prosedural, lingkungan kerja yang melibatkan karyawan dalam pengambilan keputusan, lingkungan kerja/organisasi yang memperhatikan keseimbangan kehidupan kerja dan                  keluarga karyawan.

 

Rendahnya Employee Engagement

Tingkat keterlibatan karyawan yang rendah dikenal sebagai “Low Employee Engagement”. Tanda yang paling terlihat dari kinerja karyawan yang menurun adalah kurangnya keterlibatan karyawan dalam pekerjaan. Secara perlahan mereka (karyawan) menarik dirinya dari perusahaan atau sebatas hanya mengerjakan bagian dari tugasnya.

Bisa saja perusahaan langsung menegur atau meminta kontribusi karyawan dalam pekerjaan. Akan tetapi, sebelum bertindak demikian, ada baiknya perusahaan memahami akar masalah mengapa karyawan mengalami penurunan kinerja pekerjaan.

Beberapa penyebab penurunan kinerja pekerjaan itu terkadang disebabkan oleh kurangnya pendidikan atau latar belakang karyawan dengan pekerjaan. Bisa juga, pekerjaan yang diberikan kepada karyawan yang bersangkutan tidaklah tepat atau beban kerjanya berlebihan sehingga karyawan terbebani. Untuk menyikapinya, perusahaan dapat memberikan pelatihan atau memberi beasiswa agar kualitas karyawan dapat meningkat dan mampu mengerjakan pekerjaan. Dalam konteks ini, perusahaan juga harus menerima bila karyawan mengajukan saran terkait dengan pekerjaan.

Faktor kepemimpinan juga dapat membuat karyawan merasa “harus melepaskan” ikatan dari perusahaan. Seorang karyawan yang merasa tidak mendapatkan keteladanan etos kerja dari seorang pemimpin dapat mengalami demotivasi dalam melakukan pekerjaannya. Pemimpin yang tidak adil dan tidak peka dalam membagi beban pekerjaan antar karyawan diyakini dapat juga membuat seorang karyawan mengalami penurunan motivasi bekerja.

 

Cara Meningkatkan Employee Engagement Dalam Sebuah Instansi, Organisasi atau Perusahaan

Mengingat pentingnya employee engagement dan dampak buruk bagi sebuah perusahaan saat tingkat employee engagement kurang memadai, cara-cara untuk mengoptimalkannya merupakan suatu hal yang perlu dipikirkan/dicari. Menurut Bred Federeman (2009:53), beberapa faktor yang akan meningkatkan employee engagement dalam perusahaan yaitu :

1.   Budaya Perusahaan : keberhasilan suatu perusahaan menerapkan budayanya akan meningkatkan ikatan karyawan dengan perusahaan, budaya juga sebagai citra yang dipandang penting sebagai faktor            penumbuh employee engagement;

2.   Indikator Keberhasilan : tiap perusahaan akan mempunyai parameter berbeda dalam menentukan keberhasilan seorang karyawan dalam penyelesaian tugas;

3.   Inovasi : perusahaan dituntut untuk terus berinovasi untuk meningkatkan kualitas karyawannya, pengembangan kompetensi karyawan dapat dilakukan melalui bimbingan dan pelatihan, seminar dan                kegiatan sejenisnya;

4.   Pelatihan kerja : setiap perusahaan memiliki tahapan pelatihan bagi karyawan, semakin optimal pemberian pelatihan bagi karyawan akan memberikan dampak positif berupa peningkatan kualitas                        karyawan;

5.   Pemberian penghargaan : perusahaan dapat memberikan reward berupa bonus atau apresiasi dalam bentuk lain bagi karyawannya yang berprestasi. Pemberian penghargaan ini akan membuat karyawan        merasa dihargai dan meningkatkan loyalitas karyawan untuk terus bekerja pada perusahaan tersebut.

Diperlukan dukungan dan kerja sama antar pihak untuk dapat memajukan perusahaan atau organisasi. Saat karyawan telah merasa “terikat secara emosional” dengan tempat dimana ia bekerja, ia akan memberikan potensi optimalnya yang akhirnya akan berdampak positif pada perusahaan.


Penyusun : Ratih Prihatina, Pelaksana Seksi Hukum dan Informasi KPKNL Pekalongan

 

Sumber-sumber :

Arif, Yola Amelia. 2022. Pengaruh Employee Engagement Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Telekomunikasi Witel Riau Daratan. Universitas Islam Riau Pekanbaru.

https://benefitsapp.id/halo/benefits-wellbeing/pengertian-employee-engagement/

https://blog.olahkarsa.com/apa-itu-employee-engagement/#:~:text=Mengapa Employee Engagement penting untuk,dan berdampak pada keuntungan perusahaan.

https://money.kompas.com/read/2022/12/18/150000226/apa-itu-low-employee-engagement-?page=all

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini