(Sebuah Resensi buku “The 360° Leadership” karya John C. Maxwell)
Menjadi pemimpin bukan
hanya soal jabatan tetapi bagaimana seseorang itu dapat mempengaruhi orang
lain. Saat seseorang ingin menjadi pemimpin, ia tidak harus berada di puncak
pimpinan. Seorang pemimpin tidak hanya dapat memimpin orang yang dibawahnya
tetapi juga dapat memimpin orang-orang yang berada di level yang sama bahkan
pada level di atasnya.
Leadership adalah pilihan
yang dambil bukan pada apa jabatannya. Leadership merupakan soal meningkatkan
pengaruh yang dimiliki. Seseorang mungkin berada pada posisi jabatan yang
tinggi, tetapi bila ia harus menggunakan jabatannya untuk mempengaruhi orang
lain bisa berarti ada yang dalah dalam keahliannya dalam memimpin.
Sebelum kita masuk ke
dalam pembahasan 360 Degree
Leadership, mari sejenak memahami beberapa definisi kepemimpinan antara
lain :
a. “Pimpin”
artinya “bimbing” secara harfiahnya, maka memimpin diartikan sebagai kegiatan
menuntun atau membimbing. Seorang pemimpin adalah mereka yang menggunakan jabatan dan wewenangnya untuk mengarahkan bawahannya untuk mencapai tujuan
kelompok bahkan sampai tujuan organisasi;
b. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian kepemimpinan adalah perihal
pemimpin atau cara memimpin. Secara harfiah, kepemimpinan berasal dari kata
dasar “pimpin” yang memiliki arti mengarahkan, membina, mengatur, menuntun,
menunjukkan, atau memengaruhi;
c. Menurut
Wahjosumidjo (1999:79) seorang pemimpin adalah mereka yang memiliki
kecerdasan, sehat, pertanggungjawaban dan memiliki beberapa sifat seperti
dewasa, keleluasaan hubungan sosial, motivasi diri serta dorongan prestasi
serta sikap hubungan kerja kemanusiaan;
d. Menurut
Stoner (1996:161) kepemimpinan adalah proses mengarahkan dan
mempengaruhi aktifitas yang berkaitan dengan pekerjaan dari anggota kelompok;
e. Menurut
Young, kepemimpinan adalah sebuah bentuk dominasi yang didasari oleh
kemampuan pribadi bahwa seseorang itu mampu mendorong atau mengajak orang lain
untuk melakukan sesuatu yang berdasarkan penerimaan organisasi, seorang
pemimpin mempunyai keahlian khusus untuk menghadapi situasi yang khusus pula.
Begitu pentingnya peran
seorang pemimpin hingga dikatakan bahwa seorang pemimpin mempunyai pengaruh
yang amat besar kepada organisasi yang dipimpinnya (Scein, 1992), (Nahavandi&Malekzadeh,
1993) dan (Kouzes&Posner,1987,1993). Kualitas seorang pemimpin seringkali
dianggap sebagai faktor terpenting dalam keberhasilan atau kegagalan organisasi
(Bass, 1990 dalam Menon, 2002).
DAN, MARI MULAI MASUK DALAM
PEMBAHASAN THE 360 DEGREE
LEADERSHIP
Dalam bukunya, John C.
Maxwell menyatakan bahwa mengembangkan pengaruh ke orang lain dapat dilakukan
dari posisi mana saja dalam suatu organisasi. Mereka yang disebut pemimpin 360 degree memimpin dan mempengaruhi bawahan,
rekan kerja bahkan bukan tidak mungkin dapat menjadi pemimpin bagi atasannya.
Kepemimpinan 360 degree mempunyai ide mengenai
pemimpin yang memimpin dari lini tengah. Disyaratkan bahwa seseorang dapat
secara seimbang dalam menjalankan tugasnya dengan pimpinan, teman selevel,
maupun sebagai bawahan.
Implementasi Kepemimpinan
360 degree ini bukan tanpa tantangan karena kepemimpinan 360 degree adalah kepemimpinan
dengan tingkat keterbukaan yang tinggi maka tetap perlu diperhatikan mengenai
etika dikarenakan status yang disandang akan selalu melekat pada level jabatan
seseorang. Memimpin sebuah kelompok, institusi maupun organisasi bukahlah
sesuatu pekerjaan yang mudah. Ketegangan, ego, dan frustasi merupakan beberapa
tantangan yang diuraikan oleh penulis dalam pengaplikasian gaya kepemimpinan
360 degree. Salah satu penjelasan tantangan gaya kepemimpinan adalah berupa
rasa “frustasi” yang timbul bagi organisasi ketika para bawahan mengikuti
seorang pemimpin yang tidak efektif, tidak memiliki visi, tidak memiliki
kecukupan kompetensi, dan egois mementingkan kepentingan pribadi daripada tujuan
organisasi.
Kepemimpinan dibutuhkan
dalam berbagai level organisasi. Tanpa kepemimpinan yang kuat, visi organisasi
memburam, moral kerja karyawan rendah, timbul keputusan/kebijakan yang
tertunda, dan sulit untuk mencapai tujuan. Pemimpin 360 degree adalah mereka
yang memimpin secara efektif tanpa tergantung mereka berada di posisi mana.
3 (TIGA) INTISARI DALAM BUKU “THE 360° LEADERSHIP” :
1. MITOS
SEORANG PEMIMPIN
Anggapan yang kurang tepat saat
seseorang menjadi pemimpin yakni mereka beranggapan kalau sudah menjadi
pemimpin maka ia bisa hidup santai dan menikmati kekuasaan yang besar. Ternyata
menjadi seorang pemimpin tidak semudah yang bisa dibayangkan oleh kebanyakan orang.
Seorang pemimpin memikul banyak tanggung jawab dan berakibat pada menurunnya
kebebasan yang ia miliki. Seorang pemimpin memang dibayar lebih banyak, tetapi
dengan itu ia harus bersedia menerima beban kerja dan tanggung jawab yang lebih
banyak pula. Jika seseorang ingin menjadi pemimpin dengan motivasi ingin hidup
santai dan tinggal menyuruh orang lain berarti ada yang salah dengan
pemikirannya sebagai pemimpin.
Beberapa mitos yang dirangkum penulis buku mengenai
kepemimpinan adalah :
a. The Position Myth
Kepercayaan kalau seseorang bisa menjadi pemimpin apabila
memiliki jabatan yang tinggi. Kenyataannya, seseorang itu tidak perlu menduduki
jabatan tertentu untuk bisa mempengaruhi orang lain dan menjadi pemimpin yang
sukses. Orang yang memegang mitos ini biasanya menunggu sampai ia berada di
level senior kemudian ia baru mulai mempengaruhi orang lain.
b. The Destination Myth
Kepercayaan bahwa seseorang baru mulai akan belajar memimpin
saat ia menduduki jabatan tertentu. Pemikiran ini kurang tepat karena seorang
pemimpin yang hebat lahir dari perjalanan dan pembelajaran. Jangan sampai saat
baru saja dipercaya menduduki jabatan pemimpin, seseorang menjadi tidak siap
karena tidak pernah mengasah diri sebelumnya tentang kepemimpinan. Memang benar
untuk menjadi seorang pemimpin yang hebat dibutuhkan pengalaman, tetapi seharusnya
tidak serta merta dijadikan alasan bahwa karena seseorang itu belum pernah
berada di jabatan pimpinan maka ia berkata bahwa ia belum belajar terkait
kepemimpinan.
c. Mitos yang menganggap bahwa orang
lain akan mengikutinya ketika ia berada di posisi tertentu. Seseorang memang
mungkin bisa diberikan kesempatan untuk duduk pada jabatan tertentu, tetapi
kepemimpinan sejati akan bergantung pada seberapa hebat seseorang tersebut
memimpin.
2. CARA
MEMPENGARUHI ATASAN (Leading The Superiors)
Bagi sebagian orang, ide bahwa kita
dapat memimpin ke atas seperti tidak masuk akal. Bagaimana bisa seseorang yang
jabatannya lebih rendah bisa memimpin ke atas. Sebetulnya bisa saja karena
kepemimpinan bukan hanya mengenai jabatan, tetapi juga terkait pengaruh
seseorang kepada yang lainnya. Seorang bawahan bisa menilai dia sukses ketika
atasannya percaya pada kemampuannya, dan membutuhkan bawahannya tersebut untuk
memberikan masukan terhadap sesuatu permasalahan/kebijakan.
Penulis (John C. Maxwell) menguraikan beberapa tips agar
seseorang dapat memimpin ke atas yaitu :
a. Ringankan beban atasan.
Seorang pemimpin idealnnya mempunyai beban pekerjaan yang
banyak, dan dengan adanya bawahan tanggung jawab mereka dapat didelegasikan.
Seorang bawahan dapat memulai hal ini dengan melakukan pekerjaan yang menjadi
tanggung jawabnya sebaik mungkin karena hal tersebut merupakan modal awal bahwa
kita akan dinilai sebagai karyawan yang kompeten.
b. Jangan cuma bawa masalah.
Ketika terdapat hambatan/masalah dalam pekerjaan, hindari hanya
membawa masalah tersebut ke atasan tetapi berilah juga pilihan solusi agar
atasan dapat mempertimbangkan mana yang terbaik.
c. Mampu menggantikan atasan ketika
atasan tidak ada.
Akan ada waktunya atasan berhalangan karena suatu sebab, dan saat kita
ditunjuk untuk menggantikan sementara peran atasan tersebut dan kemudian kita
dapat melakukannya dengan baik, maka kita akan dipercaya untuk mengemban
tanggung jawab yang lebih dan berpotensi untuk naik jabatan.
Ada sebuah analogi menarik yang
diambil oleh penulis buku, bahwa seorang karyawan akan seperti selalu membawa
dua ember. Ember pertama penuh dengan minyak dan ember kedua adalah ember penuh
air. Setiap kali ada masalah muncul yang dianalogikan sebagai sebuah api yang
kecil, setiap karyawan bisa memilih untuk menggunakan ember yang mana. Yang
artinya akan mengakibatkan dua hal berbeda, apakah akan membuat masalah makin
buruk atau dapat menyelesaikan masalah tersebut.
3. CARA
MEMPENGARUHI REKAN KERJA
Dalam tulisan sebelumnya kita akan terus
diingatkan bahwa kepemimpinan adalah mengenai pengaruh. Daripada kita bersaing
secara tidak sehat dengan rekan yang mempunyai jabatan setara, akan lebih baik
apabila kita berkolaborasi. Dalam bekerja seseorang mungkin pada awalnya tidak
berpikir untuk mencari teman, melainkan mencari uang. Namun memiliki hubungan
pertemanan yang baik dengan rekan kerja akan mempengaruhi performa seseorang
dalam pekerjaannya.
Pengaruh berasal dari hubungan yang
kuat dan positif. Tahapan awal dari pertemanan biasanya dengan menjadi
pendengar yang baik. Pada dasarnya orang ingin mengerti orang lain dan sebaliknya,
ia ingin dimengerti. Dapat dicoba menjadi pendengar yang baik dan berusaha
memahami. Pertemanan biasanya dimulai karena kesamaan, misalnya kesamaan asal
daerah, kesamaan hobi dan kesamaan-kesamaan lainnya. Namun di tempat kerja
butuh usaha kedua belah pihak untuk saling mengenal satu sama lain hingga suatu
pertemanan akan semakin dekat. Hindari gosip kantor walau gosip merupakan
sesuatu yang menarik, namun perlu disadari bahwa ini sangat beracun bagi semua
pihak. Orang yang biasa bergosip di depan kita, biasanya juga akan bergosip
tentang diri kita saat kita tidak ada.
KESIMPULAN DALAM THE 360 DEGREE LEADERSHIP
Pemimpin yang hebat tidak bergantung pada jabatan
untuk mempengaruhi orang lain, namun kualitas yang melekat pada dirinyalah yang
membuat orang lain bersedia mengikutinya. Menurut John C. Maxwell, "Menjadi
360-degree leader ada di jangkauan setiap orang baik yang memiliki kepemimpinan
rata-rata maupun lebih dari rata-rata, asalkan mereka mau bekerja keras untuk
meningkatkan kemampuan mereka."
Pemimpin yang hebat tidak dilahirkan dalam semalam. Kepemimpinan
merupakan kemampuan yang harus dikembangkan secara terus-menerus. Dengan
menjadi seorang 360 degree leader, seorang pemimpin dapat memberikan dampak
yang besar dan membekas pada setiap orang yang ia temui.
Penyusun : Ratih Prihatina, pelaksana
pada Seksi Hukum dan Informasi KPKNL Pekalongan
Sumber-sumber :
Maxwell, John
C.(2012). The 360 [simbol degree] Leader. Jakarta : Bhuana Ilmu Populer.
http://repository.unimar-amni.ac.id/1827/2/BAB II bimbingan.pdf
http://15.360 Leadership/4 Langkah untuk Menjadi 360-Degree Leader _ SalesGis.html
Si Kutu Buku.
2022. Cara Mempengaruhi Siapa Saja, Bos Hingga Rekan Kerja I 360 Degree
Leader [video].