Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Mengenal 360 Degree Leadership, Menjadi Pemimpin Dari Segala Arah
Ratih Prihatina
Rabu, 17 Mei 2023   |   9243 kali

(Sebuah Resensi buku “The 360° Leadership”  karya John C. Maxwell)

Menjadi pemimpin bukan hanya soal jabatan tetapi bagaimana seseorang itu dapat mempengaruhi orang lain. Saat seseorang ingin menjadi pemimpin, ia tidak harus berada di puncak pimpinan. Seorang pemimpin tidak hanya dapat memimpin orang yang dibawahnya tetapi juga dapat memimpin orang-orang yang berada di level yang sama bahkan pada level di atasnya.

Leadership adalah pilihan yang dambil bukan pada apa jabatannya. Leadership merupakan soal meningkatkan pengaruh yang dimiliki. Seseorang mungkin berada pada posisi jabatan yang tinggi, tetapi bila ia harus menggunakan jabatannya untuk mempengaruhi orang lain bisa berarti ada yang dalah dalam keahliannya dalam memimpin.

Sebelum kita masuk ke dalam pembahasan 360 Degree Leadership, mari sejenak memahami beberapa definisi kepemimpinan antara lain :

a.    “Pimpin” artinya “bimbing” secara harfiahnya, maka memimpin diartikan sebagai kegiatan menuntun atau membimbing. Seorang pemimpin adalah mereka yang menggunakan jabatan dan wewenangnya untuk mengarahkan bawahannya untuk mencapai tujuan kelompok bahkan sampai tujuan organisasi;

b.      Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian kepemimpinan adalah perihal pemimpin atau cara memimpin. Secara harfiah, kepemimpinan berasal dari kata dasar “pimpin” yang memiliki arti mengarahkan, membina, mengatur, menuntun, menunjukkan, atau memengaruhi;

c.    Menurut Wahjosumidjo (1999:79) seorang pemimpin adalah mereka yang memiliki kecerdasan, sehat, pertanggungjawaban dan memiliki beberapa sifat seperti dewasa, keleluasaan hubungan sosial, motivasi diri serta dorongan prestasi serta sikap hubungan kerja kemanusiaan;

d.       Menurut Stoner (1996:161) kepemimpinan adalah proses mengarahkan dan mempengaruhi aktifitas yang berkaitan dengan pekerjaan dari anggota kelompok;

e.      Menurut Young, kepemimpinan adalah sebuah bentuk dominasi yang didasari oleh kemampuan pribadi bahwa seseorang itu mampu mendorong atau mengajak orang lain untuk melakukan sesuatu yang berdasarkan penerimaan organisasi, seorang pemimpin mempunyai keahlian khusus untuk menghadapi situasi yang khusus pula.

Begitu pentingnya peran seorang pemimpin hingga dikatakan bahwa seorang pemimpin mempunyai pengaruh yang amat besar kepada organisasi yang dipimpinnya (Scein, 1992), (Nahavandi&Malekzadeh, 1993) dan (Kouzes&Posner,1987,1993). Kualitas seorang pemimpin seringkali dianggap sebagai faktor terpenting dalam keberhasilan atau kegagalan organisasi (Bass, 1990 dalam Menon, 2002).

DAN, MARI MULAI MASUK DALAM PEMBAHASAN THE 360 DEGREE LEADERSHIP

Dalam bukunya, John C. Maxwell menyatakan bahwa mengembangkan pengaruh ke orang lain dapat dilakukan dari posisi mana saja dalam suatu organisasi. Mereka yang disebut pemimpin 360 degree memimpin dan mempengaruhi bawahan, rekan kerja bahkan bukan tidak mungkin dapat menjadi pemimpin bagi atasannya.

Kepemimpinan 360 degree mempunyai ide mengenai pemimpin yang memimpin dari lini tengah. Disyaratkan bahwa seseorang dapat secara seimbang dalam menjalankan tugasnya dengan pimpinan, teman selevel, maupun sebagai bawahan.

Implementasi Kepemimpinan 360 degree ini bukan tanpa tantangan karena kepemimpinan 360 degree adalah kepemimpinan dengan tingkat keterbukaan yang tinggi maka tetap perlu diperhatikan mengenai etika dikarenakan status yang disandang akan selalu melekat pada level jabatan seseorang. Memimpin sebuah kelompok, institusi maupun organisasi bukahlah sesuatu pekerjaan yang mudah. Ketegangan, ego, dan frustasi merupakan beberapa tantangan yang diuraikan oleh penulis dalam pengaplikasian gaya kepemimpinan 360 degree. Salah satu penjelasan tantangan gaya kepemimpinan adalah berupa rasa “frustasi” yang timbul bagi organisasi ketika para bawahan mengikuti seorang pemimpin yang tidak efektif, tidak memiliki visi, tidak memiliki kecukupan kompetensi, dan egois mementingkan kepentingan pribadi daripada tujuan organisasi.

Kepemimpinan dibutuhkan dalam berbagai level organisasi. Tanpa kepemimpinan yang kuat, visi organisasi memburam, moral kerja karyawan rendah, timbul keputusan/kebijakan yang tertunda, dan sulit untuk mencapai tujuan. Pemimpin 360 degree adalah mereka yang memimpin secara efektif tanpa tergantung mereka berada di posisi mana.

 

3 (TIGA) INTISARI DALAM BUKU “THE 360° LEADERSHIP” :

1.       MITOS SEORANG PEMIMPIN

Anggapan yang kurang tepat saat seseorang menjadi pemimpin yakni mereka beranggapan kalau sudah menjadi pemimpin maka ia bisa hidup santai dan menikmati kekuasaan yang besar. Ternyata menjadi seorang pemimpin tidak semudah yang bisa dibayangkan oleh kebanyakan orang. Seorang pemimpin memikul banyak tanggung jawab dan berakibat pada menurunnya kebebasan yang ia miliki. Seorang pemimpin memang dibayar lebih banyak, tetapi dengan itu ia harus bersedia menerima beban kerja dan tanggung jawab yang lebih banyak pula. Jika seseorang ingin menjadi pemimpin dengan motivasi ingin hidup santai dan tinggal menyuruh orang lain berarti ada yang salah dengan pemikirannya sebagai pemimpin.

Beberapa mitos yang dirangkum penulis buku mengenai kepemimpinan adalah :

a.   The Position Myth

Kepercayaan kalau seseorang bisa menjadi pemimpin apabila memiliki jabatan yang tinggi. Kenyataannya, seseorang itu tidak perlu menduduki jabatan tertentu untuk bisa mempengaruhi orang lain dan menjadi pemimpin yang sukses. Orang yang memegang mitos ini biasanya menunggu sampai ia berada di level senior kemudian ia baru mulai mempengaruhi orang lain.

b.   The Destination Myth

Kepercayaan bahwa seseorang baru mulai akan belajar memimpin saat ia menduduki jabatan tertentu. Pemikiran ini kurang tepat karena seorang pemimpin yang hebat lahir dari perjalanan dan pembelajaran. Jangan sampai saat baru saja dipercaya menduduki jabatan pemimpin, seseorang menjadi tidak siap karena tidak pernah mengasah diri sebelumnya tentang kepemimpinan. Memang benar untuk menjadi seorang pemimpin yang hebat dibutuhkan pengalaman, tetapi seharusnya tidak serta merta dijadikan alasan bahwa karena seseorang itu belum pernah berada di jabatan pimpinan maka ia berkata bahwa ia belum belajar terkait kepemimpinan.

c.   Mitos yang menganggap bahwa orang lain akan mengikutinya ketika ia berada di posisi tertentu. Seseorang memang mungkin bisa diberikan kesempatan untuk duduk pada jabatan tertentu, tetapi kepemimpinan sejati akan bergantung pada seberapa hebat seseorang tersebut memimpin.

 

2.    CARA MEMPENGARUHI ATASAN (Leading The Superiors)

Bagi sebagian orang, ide bahwa kita dapat memimpin ke atas seperti tidak masuk akal. Bagaimana bisa seseorang yang jabatannya lebih rendah bisa memimpin ke atas. Sebetulnya bisa saja karena kepemimpinan bukan hanya mengenai jabatan, tetapi juga terkait pengaruh seseorang kepada yang lainnya. Seorang bawahan bisa menilai dia sukses ketika atasannya percaya pada kemampuannya, dan membutuhkan bawahannya tersebut untuk memberikan masukan terhadap sesuatu permasalahan/kebijakan.

Penulis (John C. Maxwell) menguraikan beberapa tips agar seseorang dapat memimpin ke atas yaitu :

a.   Ringankan beban atasan.

Seorang pemimpin idealnnya mempunyai beban pekerjaan yang banyak, dan dengan adanya bawahan tanggung jawab mereka dapat didelegasikan. Seorang bawahan dapat memulai hal ini dengan melakukan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya sebaik mungkin karena hal tersebut merupakan modal awal bahwa kita akan dinilai sebagai karyawan yang kompeten.

b.   Jangan cuma bawa masalah.

Ketika terdapat hambatan/masalah dalam pekerjaan, hindari hanya membawa masalah tersebut ke atasan tetapi berilah juga pilihan solusi agar atasan dapat mempertimbangkan mana yang terbaik.

c.   Mampu menggantikan atasan ketika atasan tidak ada.

Akan ada waktunya atasan berhalangan karena suatu sebab, dan saat kita ditunjuk untuk menggantikan sementara peran atasan tersebut dan kemudian kita dapat melakukannya dengan baik, maka kita akan dipercaya untuk mengemban tanggung jawab yang lebih dan berpotensi untuk naik jabatan.

          Ada sebuah analogi menarik yang diambil oleh penulis buku, bahwa seorang karyawan akan seperti selalu membawa dua ember. Ember pertama penuh dengan minyak dan ember kedua adalah ember penuh air. Setiap kali ada masalah muncul yang dianalogikan sebagai sebuah api yang kecil, setiap karyawan bisa memilih untuk menggunakan ember yang mana. Yang artinya akan mengakibatkan dua hal berbeda, apakah akan membuat masalah makin buruk atau dapat menyelesaikan masalah tersebut.

3.    CARA MEMPENGARUHI REKAN KERJA

Dalam tulisan sebelumnya kita akan terus diingatkan bahwa kepemimpinan adalah mengenai pengaruh. Daripada kita bersaing secara tidak sehat dengan rekan yang mempunyai jabatan setara, akan lebih baik apabila kita berkolaborasi. Dalam bekerja seseorang mungkin pada awalnya tidak berpikir untuk mencari teman, melainkan mencari uang. Namun memiliki hubungan pertemanan yang baik dengan rekan kerja akan mempengaruhi performa seseorang dalam pekerjaannya.

Pengaruh berasal dari hubungan yang kuat dan positif. Tahapan awal dari pertemanan biasanya dengan menjadi pendengar yang baik. Pada dasarnya orang ingin mengerti orang lain dan sebaliknya, ia ingin dimengerti. Dapat dicoba menjadi pendengar yang baik dan berusaha memahami. Pertemanan biasanya dimulai karena kesamaan, misalnya kesamaan asal daerah, kesamaan hobi dan kesamaan-kesamaan lainnya. Namun di tempat kerja butuh usaha kedua belah pihak untuk saling mengenal satu sama lain hingga suatu pertemanan akan semakin dekat. Hindari gosip kantor walau gosip merupakan sesuatu yang menarik, namun perlu disadari bahwa ini sangat beracun bagi semua pihak. Orang yang biasa bergosip di depan kita, biasanya juga akan bergosip tentang diri kita saat kita tidak ada.

 

KESIMPULAN DALAM THE 360 DEGREE LEADERSHIP

Pemimpin yang hebat tidak bergantung pada jabatan untuk mempengaruhi orang lain, namun kualitas yang melekat pada dirinyalah yang membuat orang lain bersedia mengikutinya. Menurut John C. Maxwell, "Menjadi 360-degree leader ada di jangkauan setiap orang baik yang memiliki kepemimpinan rata-rata maupun lebih dari rata-rata, asalkan mereka mau bekerja keras untuk meningkatkan kemampuan mereka."

Pemimpin yang hebat tidak dilahirkan dalam semalam. Kepemimpinan merupakan kemampuan yang harus dikembangkan secara terus-menerus. Dengan menjadi seorang 360 degree leader, seorang pemimpin dapat memberikan dampak yang besar dan membekas pada setiap orang yang ia temui.

 

Penyusun : Ratih Prihatina, pelaksana pada Seksi Hukum dan Informasi KPKNL Pekalongan

 

Sumber-sumber :

Maxwell, John C.(2012). The 360 [simbol degree] Leader. Jakarta : Bhuana Ilmu Populer.

http://repository.unimar-amni.ac.id/1827/2/BAB II bimbingan.pdf

http://15.360 Leadership/4 Langkah untuk Menjadi 360-Degree Leader _ SalesGis.html

Si Kutu Buku. 2022. Cara Mempengaruhi Siapa Saja, Bos Hingga Rekan Kerja I 360 Degree Leader [video].

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini