Beberapa tahun
yang lalu, saat masih bertugas di Kanwil DJKN Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta, atasan
langsung menyampaikan pendapatnya kira-kira seperti ini : “Saya tuh mending
dapat anak buah yang biasa saja tapi rajin daripada yang pinter banget tapi
susah diajak kerja”. Saya agak kesulitan mengingat-ingat awal mula dari
pembicaraan tersebut, atau memang atasan saya itu sekedar tiba-tiba
menyampaikan isi kepalanya karena terpicu hal tertentu.
Selama ini
banyak contoh orang-orang sukses yang ada di sekitar kita, yang tampaknya
mereka semua sukses karena bakat dan kecerdasan yang luar biasa atas bidang
yang ditekuni. Tetapi beberapa penelitian malah membuktikan bahwa bakat dan
kecerdasan saja belum tentu bisa menentukan kesuksesan seseorang. Bahkan
sebaliknya, bakat itu sendiri mampu menurunkan kualitas kinerja seseorang, dan
tes bakat dan kepribadian yang ada saat ini cenderung lemah dalam mengukur
potensi diri seseorang yang sebenarnya.
Definisi GRIT
Istilah GRIT
pertama kali diperkenalkan oleh seorang profesor psikologi bernama Angela
Duckworth dari University of Pennsylvania. Angela memperkenalkan Grit sebagai
salah satu bagian personaliti yang lebih tinggi dan faktor untuk memperoleh
pencapaian. Grit bukan hanya sekedar bekerja keras, tapi usaha yang panjang
untuk mendapatkan sesuatu. Kepribadian Grit berkaitan dengan “Growth Mindset”,
yang merupakan sebuah pola pikir untuk terus tumbuh, berani menerima tantangan
dan senang belajar akan hal-hal baru.
“Growth
Mindset” diperkenalkan oleh Dr Carol S. Dweck, seorang profesor psikologi dari
Stanford University. Dr Carol S.
Dweck memperkenalkan dua kategori
mindset yaitu fixed mindset (pola
pikir tetap) dan growth mindset (pola
pikir tumbuh). Menurutnya, pola pikir seseorang dapat dilihat dari
kebiasaannya, terutama dari reaksinya pada kegagalan. Seseorang yang percaya
bahwa kemampuan, karakter, potensi dan intelegensi yang dimiliki bersifat
bawaan dan tidak dapat berubah disebut memiliki fixed mindset. Sebaliknya, seseorang yang percaya bahwa mereka
dapat mengembangkan kemampuan, karakter, potensi, dan intelegensinya dengan
usaha dan ketekunan disebut memiliki growth
mindset.
Bakat - yang
juga berarti seberapa cepat kita mampu mengembangkan sebuah keterampilan
tentunya juga sangat penting. Namun, faktor upaya (effort) akan lebih menentukan dalam mencapai kesuksesan. Selain
dapat mengasah bakat menjadi keterampilan, effort
juga bisa melahirkan produktivitas atau keberhasilan dari keterampilan
tersebut.
Dalam bukunya
berjudul Grit - Why Passion and
Resilience are The Secrets to Success, Angela Duckworth menyatakan
bahwa individu dengan kegigihan (grit) tinggi, ketika dihadapkan dengan
perasaan kecewa dan bosan pada sesuatu, tidak akan mengubah haluan atau memilih
mundur. Grit membuat kita menggeluti suatu bidang yang kita minati sehingga
kita setia dengan bidang tersebut. Grit bukanlah tentang jatuh cinta kepada
suatu bidang, tetapi kemampuan untuk senantiasa bertahan pada bidang tersebut.
Semangat itu lazim, ketahanan bersemangat itu jarang.
Memperkembangkan GRIT
Seperti setiap
aspek karakter psikologis, Grit ternyata dapat dilatih. Terdapat 4 (empat) aset
psikologis yang membentuk Grit. Setiap komponen dari aset ini dapat
dikembangkan oleh diri kita sendiri (dari dalam ke luar) atau dengan bantuan
lingkungan sekitar kita (dari luar ke dalam) :
Memperkembangkan Grit Dari Dalam Diri Kita
Sendiri
Bertentangan
dengan pendapat umum, minat, hasrat dan panggilan hidup kita ternyata bukanlah
sesuatu yang sudah ada semenjak kita lahir; ketiga hal tersebut berkembang
melalui proses pemupukan seiring kita beranjak dewasa. Grit paragons (para teladan Grit) tidak semerta-merta menemukan
hasratnya begitu saja, atau langsung jatuh cinta pada pekerjaannya begitu saja.
Bahkan, mereka menghabiskan waktu bertahun-tahun mengeksplorasi berbagai macam
minat sebelum menentukan dan fokus pada bidang tertentu. Sembari mengembangkan,
berlatih dan mengasah keterampilan tersebut, mereka juga berusaha memahami
lebih mendalam dan mengapresiasi hasil kerja dan usaha mereka hingga hal-hal
tersebut terasa menjadi sebuah hasrat dan panggilan batin. Cara Mengembangkan
Grit dari diri sendiri (dari dalam) :
Memperkembangkan Grit Dengan Bantuan Lingkungan
Sekitar (Dari Luar)
Kita juga bisa
menggunakan bantuan dari luar diri kita untuk memperkembangkan dan memupuk Grit
bagi kita sendiri atau bagi orang lain, yakni dengan cara :
Alasan Mengapa GRIT Penting Di Dunia Kerja
:
Kembali ke
percakapan saya dengan atasan langsung di paragraf awal, saya membenarkan
pendapat beliau yang tentunya hasil dari pengalamannya pribadi setelah beberapa
tahun menjabat sebagai eselon IV (pejabat pengawas) berkeliling di beberapa
kantor. Tapi saya berandai, kombinasi bakat kecerdasan dan ketekunan
ketabahan-lah yang akan melahirkan insan luar biasa sebagai aset penting untuk
sebuah instansi.
Berkaitan
dengan Grit dalam lingkungan kerja, dari pengalaman dan pengetahuan kerja
selama periode tertentu, kita akan menentukan karir apa yang diminati dan
memperdalam keahlian/keterampilan kita di bidang tersebut. Apakah kita
menginginkan berkarir dalam jabatan fungsional seperti Fungsional Penilai
Pemerintah, Pranata APBN, Pelelang, Arsiparis dan lain-lain, atau malah kita
mempunyai passion tujuan jangka panjang untuk duduk dalam jabatan struktural.
(Ratih Prihatina, Pelaksana Seksi
Hukum dan Informasi KPKNL Pekalongan)
Sumber :
https://tugu.com/artikel/5-alasan-pentingnya-grit-di-dunia-kerja
https://www.kompas.com/edu/read/2021/03/05/105500271/grit-pilar-untuk-meraih-sukses?page=all
https://www.studilmu.com/blogs/details/menerapkan-grit-di
tempatkerja
https://id.wikipedia.org/wiki/Grit
Duckworth, Angela (2018). Grit: Kekuatan Passion + Kegigihan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. hlm. cover belakang. ISBN 9786020620930.