Perkembangan
dunia di bidang teknologi bertumbuh sangat pesat. Dengan perkembangan ini,
berbagai aspek kehidupan manusia menjadi sangat mudah dan semakin ringkas. Salah
satu teknologi yang mengalami perkembangan secara pesat pada era kini adalah kamera.
Berbagai macam kamera dengan berbagai model dan fitur banyak dijual secara luas
dan mudah didapatkan oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Meskipun
demikian, sebagai penikmat seni fotografi tentunya perlu skill dalam memahami
seluk beluk kamera. Salah satu diantaranya adalah setting kamera yang
digunakan dalam dunia fotografi. Setting kamera berbeda-beda tergantung
jenis dan kemampuan fitur yang tersedia dalam kamera, tetapi ada elemen dasar
yang perlu dipahami dan dipelajari sebelum terjun ke dalam dunia fotografi, yaitu
segitiga eksposure.
Menurut Dharsito (2016) eksposure adalah banyaknya jumlah cahaya yang ditangkap oleh sensor kamera, yang ditentukan dari berapa lama rentang waktu dalam menangkap cahaya, lebar bukaan lensa, sensivitas sensor, dan tingkat keterangan dari skenario yang dipotret. Selain itu eksposure juga seringkali dianggap sebagai tingkat keterangan dari sebuah foto. Eksposure ini terdiri atas tiga unsur utama yaitu diafragma atau yang sering disebut apperture atau bukaan lensa, Shutter Speed, dan ISO. Unsur ketiganya disebut segitiga eksposure yang saling berinteraksi dan perubahan pada salah satu unsur dapat berpengaruh pada unsur yang lain.
Diafragma
atau aperture adalah pengaturan seberapa besar kecil bukaan lensa.
Semakin besar angka diafragma, semakin kecil bukaan lensa. Aperture diibaratkan
seperti membuka jendela rumah, semakin lebar jendela terbuka maka semakin banyak
cahaya yang masuk. Aperture sempit tertulis dengan angka pembagi yang
besar, misal f/16, f/11, ataau f/22 sehingga jumlah cahaya yang masuk melalui
lensa berkurang, eksposure lebih redup. Semakin kecil f-number memberikan
dampak area fokus semakin sempit, yang disebut dengan istilah Depth of field
atau disebut foto bokeh yaitu foto dengan latar yang blur.
Shutter
Speed adalah pengaturan yang mengatur rentang waktu jendela di depan
sensor terbuka ketika menerima cahaya yang kemudian menutup kembali. Semakin
lama shutter speed terbuka, semakin banyak intensitas cahaya yang masuk
ke dalam sensor, sehingga foto yang dihasilkan menjadi lebih terang. Shutter
speed diukur dengan satuan āSā yang berarti detik dan standar kecepatan dinyatakan
dalam 1/1000, 1/500, 1/250, 1/125, 1/8, 1/2, dan 1. Shutter speed dengan
angka pembagi yang besar, misal 1/1000 atau 1/8000 mampu menangkap objek yang
sedang bergerak, membekukan gerakan, dan menghasilkan gambar yang jernih.
Sebaliknya, dengan pengaturan shutter speed yang lambat, maka objek terlihat
semakin tidak fokus atau blur, karena yang terekam adalah gerakan dari objek, hal
itu juga disebut slow motion atau movement.
ISO adalah
pengaturan yang mengatur tingkat sensitivitas sensor kamera terhadap cahaya.
Ukuran standar ISO yaitu 100,200, 400, 800, 1600, 3200, 6400, 128000. ISO yang rendah
membutuhkan lebih banyak pencahayaan, sehingga perlu aperture yang lebih
lebar, atau shutter speed yang lebih lambat. Dengan menangkap cahaya
yang lebih banyak maka foto yang dihasilkan akan lebih jernih dan hampir tanpa
bintik atau noise. Sehingga kesimpulan dari pengaturan ISO adalah
semakin banyak cahaya di sekitar objek yang tersedia maka ISO perlu diturunkan,
sebaliknya jika cahaya di sekitar objek minim atau gelap maka ISO perlu
dinaikkan.
Pada
dasarnya setiap kamera telah dibekali berbagai fitur pengaturan dalam
menghitung eksposure secara otomatis. Namun, pola perhitungan otomatis pada
fitur kamera tersebut berbeda dengan keinginan manusia yang mengandalkan
perasaan dan jiwa seni dalam merespon objek foto. Sehingga skill fotografi
perlu tetap diasah untuk mengatur kreatifitas dalam memainkan segitiga eksposure
dalam fotografi. (Seksi HI KPKNL Pangkalan Bun)
Sumber:
Pixels. (2023). Segitiga Exposure: 3 Elemen Dasar dan Teknik
Kreatifnya, https://www.pixel.web.id/segitiga-exposure/.
Diakses 19 Desember 2023
Dharsito, Wahyu. 2016. Dasar Fotografi Digital 3 Menguasai Exposure.
Jakarta: Elex Media Komputindo
Maryono. 2015. Pedoman Editing Alihmedia Hatta Corner. Yogyakarta: Perpustakaan UGM. http://masyono.staff.ugm.ac.id/category/digitalisasi/, 19 Desember 2023 pukul 09:34 WIB
Maryono.
2017. Teknologi Alih Media dan Penyelamatan Isi Buku Langka. Jurnal Pustaka
Ilmiah, Volume 4 Nomor 1, Juni 2017. https://jurnal.uns.ac.id/jurnalpustakailmiah/article/download/33648/22214
diakses 19 Desember 2023