Pengelolaan diri setiap
individu pegawai merupakan faktor yang sangat mendukung sekali dalam sebuah
kepemimpinan untuk melakukan perubahan dan transformasi di dalam organisasi.
Seorang pemimpin yang mampu men-drive diri dan men-drive orang-orang
yang dipimpinnya agar mampu melakukan perubahan, sekaligus mentransformasikan
dan merubah pola piker (mindset) serta mengelola atau mengembangkan self-driving masing-masing
pegawai. Pemimpin yang mampu men-drive bawahan dengan baik akan
menjadi pegawai yang handal (good-passenger) dengan mental pemimpin
(driver mentality), pemimpin berperan sebagai pencetus dan stimulan
untuk bisa mendorong terciptanya inovasi. Driver adalah
pemimpin yang kompetitif yang mampu mengerakkan timnya jadi pemenang, dengan
kepemimpinannya akan memacu menjadi yang terbaik. Sifat pemimpin salah satunya adalah
sebagai penggerak untuk memberi teladan kepada pegawainya, bekerja keras dan
pantang menyerah, memiliki keinginan yang kuat terhadap keberhasilan, tidak
kenal lelah dalam aktivitasnya, dan menunjukan inisiatif. Pemimpin menggerakkan
anggota di bawahnya untuk mengembangkan self-driving pada
semua pegawai dengan memberi tantangan positif yang nantinya akan menjadi
pegawai yang bekerja biasa-biasa saja menjadi pegawai bermental pemimpin.
Penulis mencoba menjelaskan:
a. Bagaimana seorang pemimpin mengubah seseorang
yang bermental bad passenger menjadi good passenger?
b. Bagaimana pemimpin bisa mengubah mental passenger menjadi driver?
c. Benarkah hanya dua persen diantara semua
orang yang benar-benar berpikir menjadi sukses?
A. Pengertian Self
Driving
Penulis terinspirasi buku Self-Driving yang ditulis oleh Rhenald Kasali ph.D., seorang Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB-UI), yang menghendaki manusia untuk berkarakter, berinisiatif, dan kreatif di dalam kehidupan. Self-Driving menjelaskan cara mengubah mental passenger (penumpang) menjadi driver (pengemudi). Syarat dasar untuk bisa menjadi pemimpin selaku aktor pelaku perubahan di dalam organisasi, bukan sekedar menjadi pengikut yang meniru-niru. Konsep pengelolaan self-driving ini sangat cocok bagi seorang pemimpin untuk melakukan perubahan mental di dalam sebuah organisasi yang dipimpinnya, apakah pegawainya akan menjadi passenger atau driver itu merupakan sebuah pilihan hidup.
a).
Apa tujuannya dari Self Driving?
Tujuan dari self-driving
adalah merupakan pengelolaan diri pegawai di dalam organisasi sebagai terobosan
untuk mendobrak mental pegawai (passenger mentality) menjadi mental
pengemudi atau driver dimana mereke bekerja di perusahaan atau
organisasi, sehingga mereka menjadi lebih waspada, berinisiatif tinggi, berani
mengambil langkah, lebih kreatif, dan lebih kritis, cekatan dalam menghadapi
perubahan yang ada untuk kesinambungan organisasi.
b).
Bagaimana dengan Self-Driving di dalam sebuah organisasi?
Kenyataan, kebanyakan dari pegawai
sadar atau tidak telah diperlakukan sebagai penumpang (passenger), bukan
mental seorang pemimpin (driver). Padahal kehidupan ini tidak flat,
pasti bergelombang dan pasti ada tantangan. Contoh mereka bekerja di perusahaan
milik negara atau kantor pemerintahan, pegawai dengan segala fasilitas dan
gaji, nyaman dengan keadaan seperti itu, tidak ada motivasi untuk mengembangkan
diri, dan cara pola berpikirnya yang penting mendapatkan gaji dari perusahaan
atau kantor dimana mereka bekerja, dan beranggapan kantor bukan milik mereka
akhirnya mereka bekerja dengan sekedarnya saja. Nah, tugas seorang atasan
adalah merubah mental pegawai passanger menjadi pegawai yang baik, jangan
menumpang seenaknya dalam perusahaan dimaksud, boleh menjadi penumpang tapi
jadilah penumpang yang baik (good-passenger) karena penumpang yang baik
akan menjadi pemimpin yang baik pula (good driver).
c).
Kenyataan dalam hidup ini tidak semua harus jadi Driver?
Setiap pegawai bebas memilih,
boleh jadi passengger atau jadi driver, tetapi
kalau jadi passanger jadilah good passenger,
begitu juga kalau jadi driver maka jadilah good-driver. Semua
tahu bad-passenger itu sekedar numpang, inginnya enak, mudah mencaci-maki
orang lain, mudah sakit hati, menyalahkan orang lain, bahkan menghalangi kesuksesan
orang lain. Bedanya good
passenger, bila mereka masih belum berkarya tetapi mereka tidak menjelekkan
orang lain dan berusaha mengeksplorasi diri mereka lebih maju. Pegawai good
passenger inilah menjadi cikal bakal atau modal dasar jadi seorang
driver.
d).
Tetapi di sekitar kita tidak banyak orang bisa berpikir seperti Driver?
Kita kebanyakan mulai kecil
sudah terbelenggu dengan mental passenger karena tradisi dari
orangtua juga system pendidikan yang kurang mendukung menjadikan kita
bermental driver, termasuk generasi muda saat mereka menjadi mahasiswa setelah
lulus kuliah mencari pekerjaan apa, bila pola pikir (mindset) bisa
berubah menjadi pencipta lapangan pekerjaan (driver) suatu saat
setidaknya setengah dari mereka akan menjadi driver untuk
negara ini. Maka organisasi bisa mempunyai banyak driver yang memberikan
harapan nantinya bahwa mereka dari driver menjadi good driver di
dalam organisasi.
e). Self-Driving menjadi Passenger
atau Driver ?
Memang sejak dilahirkan,
manusia diberikan “kendaraan” yang kita sebut “self”. Hanya
dengan self-driving, manusia bisa mengembangkan semua potensinya
dan mencapai sesuatu yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Sedangkan
mentalitas passenger yang ditanam sejak kecil, dan dibiarkan
para eksekutif, hanya akan menghasilkan keluhan dan keterbelengguan semata.
Pola pikir menjadi penumpang (passenger) ini harus ada dukungan dari
berbagai pihak yang berkepentingan untuk merubah menjadi pengemudi atau
pemimpin (driver). Dukungan perubahan tersebut dari orangtua, system Pendidikan
(guru, dosen), pemimpin perusahaan (chief executive officer) dan pejabat yang berwenang terhadap perubahan pola pikir dimaksud.
f). Apa itu eksekutif?
Pengertian ‘eksekutif’ telah didefinisikan baik dalam bentuknya yang
luas dan sempit. Dalam bentuknya yang luas, ini berarti semua pejabat, pemegang
kekuasaan politik dan pegawai negeri sipil permanen yang melakukan eksekusi
hukum dan kebijakan dan menjalankan administrasi negara.
g).
Ilustrasi pengembangan self-driving pertama kali memasuki dunia kerja
Contoh: tidak takut tantangan, agar pengelolaan diri (self-driving)
kita berkembang. Pola pikir (mindset) yang berkembang pada
masyarakat masih banyak orang menghindari sesuatu yang namanya kegagalan, atau
segala hal baru yang bakal menyulitkan hidup kita. Bahkan, menghindari
sesuatu kalau ada tantangannya karena takut terlihat kurang pandai untuk
melakukannya. Kita belum mampu mengelolah atau mengembangkan self-driving pada
diri kita. Kita dengan keinginan yang enak-enak saja dan dapat pekerjaan yang
baik, dimudahkan jalannya namun kita sendiri belum mengetahui kemampuan dan keahlian
diri kita, untuk melakukan perubahan sendiri sebatas mencari pekerjaan sebagai
penumpang (passenger). Kita belum mempunyai pengalaman kerja yang
banyak, maka dengan pengalaman kerja itu kita bisa mengexplor diri kita lebih
maju, untuk mengembangkan dan mengekplorasi diri ini tidak sama dengan tradisi
satu orang dengan yang lain, memang ada tradisi jiwa dagang dari nenek moyang
sampai turun-temurun dan berkembang menciptakan lapangan kerja, secara tidak
sadar bisa meningkatkan karir (driver).
Kenapa pada saat sekolah
atau kuliah pernah berpikir, yang tidak tamat sekolah berhasil menjadi
pengusaha? Jawabnya karena mereka sukses mengelola dan mengembangkan self-driving pada
dirinya dengan baik. Para generasi kita sesungguhnya mereka adalah rajawali,
bukan burung dara. Karena tradisi bahkan psikologis, orangtua kita telah
mengikat sebagian sayapnya, sehingga mereka tak bisa terbang tinggi. Mereka
hanya bisa terbang rendah dan tidak jauh karena menjadi "burung dara"
yang hanya bisa melompat ke atap gedung, lalu turun lagi ke bawah tidak
jauh-jauh dari rumah kita. Pepatah jawa dulu “makan tidak makan yang penting
kita kumpul bersama”, sehingga menyebabkan self-driving mereka
tidak bisa berkembang.
Kita bangga dengan tokoh
yang telah berhasil mengembangkan self-driving semacam itu
diantaranya adalah mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, yang
tidak menamatkan sekolah tapi berhasil jadi pengusaha. Lantas mengapa beliau
bisa berhasil? Padahal, orang ber-IQ tinggi dan memperoleh kesempatan mengenyam
pendidikan layak pun belum tentu berhasil seperti ibu Susi dapatkan.
B. Bagaimana
seorang pemimpin mengubah seseorang yang bermental bad passenger menjadi good passenger?
Wajarlah sebagai seorang
pimpinan bertanggung jawab terhadap bawahan bila terjadi permasalahan di dalam
organisasi. Mengubah sikap seorang pagawai yang jelek untuk menjadi baik dengan
memberikan konseling, mentor dan coaching, pegawai yang bad-passenger agar
mampu menjadi good-passenger, dan berkembang menjadi seorang driver,
perlu beberapa tindakan. Dimulai dari menghindari melakukan kesalahan dalam hal
yang sama dan mengharapkan hal baru yang berbeda. Selanjutnya mengubah
lingkungan kita, You are who your friends are, artinya anda dan siapa teman anda, jadi pilihlah pergaulan dengan
bijak. Kemudian melakukan self-healing atau terapi
diri, lebih baik dengan bantuan orang lain melalui psikolog atau mentor supaya
dapat mengubah bad passenger menjadi good passenger
selanjutnya bisa mengeksplorasi menjadi mental driver.
Di dalam organisasi ada
seorang pemimpin (driver) dan pegawai (passenger). Pegawai sebagai
penumpang yang terbagi menjadi dua yaitu: penumpang
yang jelek (bad-passenger) dan penumpang yang baik (good-passenger).
Untuk menjadi seorang driver, seseorang yang bad-passenger harus
melalui perubahan menjadi seorang good-passenger kemudian
menjadi seorang driver. Mengenai perubahan dari bad-passenger menjadi good
passenger dengan cara melakukan terapi terhadap diri yaitu berdamai
dengan diri dan menerima keadaan serta tidak pernah berhenti berlatih.
Pada kasus seorang pegawai
yang mengalami masalah dengan kehidupannya sehingga mempengaruhi produktivitas
di organisasi yang akhirnya menjadi seorang bad-passenger, maka
untuk mengatasinya pimpinan mengadakan terapi diri terhadap pegawai yang
bersangkutan agar dapat menerima keadaan untuk melakukan perubahan yang
semestinya. Sikap (attitude) sebenarnya sangat penting di
dalam dunia kerja. Pegawai harus pintar menjaga attitude agar
mendapat kesan yang baik di mata rekan kerja dan pimpinan. Tujuan terapi
ini adalah mengubah siapapun yang ada di dalam ruang lingkup organisasi yang
bermental bad-passenger dalam diri mereka menjadi good-passenger dan
baru kemudian dapat diubah menjadi driver.
Ciri
– ciri pegawai yang bermental bad-passenger
Sikap (attitude) yang harus
dihindari oleh para pegawainya, antara lain: 1. Terlihat rajin dan gesit
saat ada atasan, 2. Proaktif membantu urusan pribadi bos, bukan urusan
pekerjaan, 3. Merasa paling sibuk,
tapi tidak ada output pekerjaan yang berguna, 4. Menebar
pencitraan dengan menceritakan kehebatan diri, 5. Gemar mengorek kesalahan
orang lain lalu melaporkannya kepada atasan, 6. Pilih-pilih dalam hal bergaul, 7. Meremehkan
dan merendahkan rekan kerjanya sendiri, 8. Menyepelekan waktu, 9. Memanfaatkan
fasilitas kantor tanpa izin,10. Tidak belajar dari kesalahan, 11. Hobi
mengeluh, dan 12. Menunda-nunda pekerjaan.
Ciri-ciri pegawai
good-passenger
Sedangkan ciri-ciri pegawai yang baik, antara lain: 1. Jujur, 2. Bersikap
sopan santun, 3. Disiplin, 4. Komunikasi yang baik, 5. Kerja
keras, 6. Bekerja dengan tim, dan 7. Mampu beradaptasi dan belajar hal-hal baru.
Organisasi merupakan tempat sekumpulan orang dengan tujuan yang sama yang
mempunyai manfaat antara lain: a. Meningkatkan skill dalam
bersosialisasi atau berkomunakasi, b. Mempermudah mendapatkan
target/tujuan, c. Meningkatkan jiwa kepemimpinan d. Memperluas
jaringan sosial atau networking, e. Meningkatkan time
management dan f. Melatih diri work under preasure
C. Bagaimana pemimpin bisa mengubah mental passenger menjadi driver?
Melakukan sebuah perubahan dimulai dari perubahan mindset,
sikap dan karakter. Maka pentingnya mengubah mental passenger menjadi driver,
kita tidak hanya sekedar tahu (passenger) melainkan dengan sikap dan
karakter untuk menjadi bisa (driver).
Manusia yang masih
bermental passenger, yang hanya menjadi pengikut, bukan penggerak
adalah orang yang cenderung pasif dan tidak memiliki inisiatif, bahkan kadang menjadi
beban bagi orang lain. Untuk mewujudkan sebuah perubahan besar di
masyarakat khusunya didalam organisasi, perlu diawali dari perubahan mental
orang-orang di dalamnya, dari bad passenger menjadi good-passenger kemudian passenger menjadi driver.
Kemudian bagaimana merubah
orang-orang yang bermental penumpang menjadi seorang yang bermental pengemudi. Driver adalah
orang-orang yang tidak hanya memiliki kompetensi yang mumpuni tetapi juga
gesit, aktif, dan selalu berani mengambil inisiatif serta melakukan perubahan
yang berarti. Biasanya dalam perjalanan dari passenger menuju
ke driver, ada benang merahnya antara lain: mereka berani mengeksplorasi
diri, bukan exploit, mereka tidak berteori, tetapi bertindak, mereka
diremehkan, disalah-salahkan orang sekitarnya, dan mereka tidak pernah berhenti
melakukan yang terbaik untuk menjadi driver.
Pemimpin yang hebat adalah mampu membawa perubahan besar yang positif bagi bangsa (driver nation) yang dihasilkan oleh pribadi-pribadi yang disebut driver, karena mereka menyadari sebagai mandataris dari rakyat untuk melakukan perubahan. Beberapa bagian yang menarik yang akan kita pelajari bagaimana seseorang yang bermental passenger bisa berubah menjadi driver, antara lain: a) Kenapa seorang passenger harus berubah menjadi driver; b) Bagaimana langkah awal yang dilakukan untuk mengubah seseorang yang bermental passenger menjadi driver; c) Apa karakter yang harus dimiliki oleh seorang driver itu; d) Bagaimana latihan yang dilakukan untuk menjadi seorang driver; e) Bagaimana pengembangan diri sumber daya manusia pegawai di kementerian keuangan.
a). Kenapa seorang passenger harus
berubah menjadi driver;
Seorang dengan status passenger
sebetulnya mereka berada pada zona aman namun kalau tidak mau melakukan
ekplorasi dirinya sedikit ada goncangan bila tidak mengikuti perubahan baik
dari dalam maupun luar organisasi. Manusia bisa mengembangkan semua potensinya
dan mencapai sesuatu yang tak pernah terbayangkan hanya dengan mengembangkan self-driving.
Sedangkan mentalitas passenger yang ada ini harus keluar dari
perangkap 'passenger' bisa berubah lebih baik tidak sekedar menjadi
penumpang.
Keinginan pegawai (passenger) ingin melakukan perubahan
menjadi pemimpin (driver) harus bisa menghilangkan ketergantungan
dan mau belajar hal-hal baru sebagai langkah awal menjadi seorang driver.
Kita sudah diberikan mandat kehidupan oleh Sang Pencipta dan juga dibekali
dengan “kendaraan” istimewa, yaitu diri kita sendiri. Kitapun bebas menentukan
mau menjadi seorang passenger atau driver?
Menjadi seorang passenger,
boleh mengantuk dan tidur, serta tidak ada tanggung jawab dan juga risiko.
Sementara jika kita memutuskan untuk menjadi seorang driver maka
kita harus berani mengambil risiko dan bertanggung jawab.
Sebuah perubahan tidak diciptakan
oleh orang-orang bermental passenger melainkan oleh orang-orang
bermental driver. Perubahan bisa dimulai dari mana saja dan
kemudian berlanjut di kantor sebagai sebuah organisasi, untuk membentuk manusia
bermental driver semacam ini. Jangan terpaku pada ajaran untuk
sekedar “tahu”, melainkan harus “bisa”, tidak mau berpikir dan hanya mahir
dalam memindahkan informasi dari buku ke dalam otak. Tentu
harus diubah dari mindset penumpang (passenger) agar
dapat menghasilkan orang-orang yang bisa menjadi aktor perubahan (driver).
Orang-orang yang ingin
berubah dari passenger menjadi driver melakukan
dengan cara-cara disiplin diri sebagai berikut:
1) Menentukan
sasaran yang ingin dicapai serta mempelajari aturan-aturan;
2) Berusaha
keras dan bertanggung jawab;
3) Mengatur
waktu pekerjaan (deadline);
4) Disipilin
sebagai gaya hidup;
5) Menerapkan
manajemen 3D (Do it, Delegate it or Dump it!) artinya kerjakan,
delegasikan atau tolak bila tidak mampu.
b).
Bagaimana langkah awal yang dilakukan untuk mengubah seseorang yang
bermental passenger menjadi driver;
Menjadi passenger adalah mereka yang sudah merasa puas
dengan keadaan, tidak menyukai tantangan, takut menghadapi masalah dan takut
melakukan kesalahan. Sedangkan menjadi driver artinya harus cekatan
dalam bertindak, berani dalam mengambil keputusan, mengukur risiko, berpikir
lebih keras, dan melatih ketahanan diri lebih kuat daripada (passenger) kebanyakan
orang.
Kemudian apa aksi kita merubah
dari passenger menjadi driver? Banyak cara yang
dapat dilakukan oleh seorang yang ingin bertransformasi menjadi
seorang pemimpin (driver), yaitu dengan melatih diri menghadapi
resiko dan tidak membuang waktu, melatih diri serta melatih persepsi kita,
karena persepsi dibentuk oleh kebiasaan dan latihan yang akhirnya membentuk
kebiasaan. Ada beberapa tahap awal untuk mengubah mental penumpang menjadi pemimpin,
sebagai berikut: menghilangkan ketergantungan, belajar dengan hal-hal baru; dan
keluar dari zona nyaman.
Kemudian apa saja tanda-tanda
seorang itu passenger, antara lain: a. Merasa sudah puas dengan
keadaan sekarang, b. Tidak menyukai tantangan, c. Menyerahkan masalah kepada orang
lain, d. Menunggu perintah, e. Takut menghadapai masalah, f. Sangat
mencintai jabatan, g. Dikendalikan oleh autopilot, h. Membanggakan
apa yang telah dicapai, dan i. Organisasi sebagai alat untuk menumpang
hidup
Untuk melakukan perubahan
dan membentuk manusia bermental driver, ada yang berpendapat sistem
pendidikan perlu diubah. Orang tua harus memberikan kesempatan kepada
anak-anaknya untuk memilih hidupnya sendiri untuk mencoba hal-hal baru meskipun
berisiko dan juga membiarkan mereka untuk tumbuh dan berkembang tanpa kehawatiran
dan keterlibatan yang terlalu jauh. Perubahan menuntut manusia untuk
selalu berpikir dan belajar.
Untuk menghadapi perubahan
manusia harus berpikir yang hanya dimiliki oleh seseorang yang memiliki
mental driver. Dengan mental driver seseorang tidak hanya
akan mengubah dirinya sendiri, melainkan juga dapat mengubah orang lain,
organisasi dan juga masyarakat di sekitarnya.
c).
Apa karakter yang harus dimiliki oleh seorang driver itu
Mengubah good-passenger menjadi driver diperlukan
latihan untuk keluar dari zona nyaman juga sehinga bisa menjadi good-driver.
Pada perubahan yang dikelolanya memberi gambaran betapa pentingnya keluar dari
zona nyaman dan berpikir ‘out of the box’, artinya seseorang
yang mampu berpikir melampaui batasan diri sehingga menghasilkan ide yang baru
dan tidak terpikirkan orang lain sebelumnya, sudah sewajarnya seorang pemimpin
itu harus good-driver.
Kemudian apa itu good-driver? Good-driver adalah
seorang inisiator tokoh perubahan dan mampu menjadi panutan bagi semua orang atau
para pegawai yang ada di dalam organisasi maupun perusahaan. Bagaimanakah
melatih seseorang menjadi Good-driver? Salah satu cara untuk
menjadi Good-driver adalah memberikan keterampilan juga
pelatihan-pelatihan cara berpikir kritis dan kreatif agar dapat membaca peluang
dan mampu bertahan sesuai pekembangan zaman.
Seorang driver harus
memiliki kedisiplinan diri dan berani mengambil risiko serta penuh tanggung
jawab. Supaya menjadi good-driver, membiasakan diri dengan beberapa
Latihan hal ini sebagai berikut: self discipline, berani menghadapi
risiko, play to win, the power of simplicity, creative
thinking dan critical thinking.
Prinsip
bagi seorang pemimpin (driver)
1. Inisiatif artinya bekerja tanpa ada yang
menyuruh, berani mengambil resiko, responsive, dan cepat membaca gejala
atau situasi.
2. Melayani artinya orang yang berpikir tentang
orang lain, mampu mendengarkan, mau memahami, pedui, dan berempati.
3. Navigasi artinya memiliki keterampilan
membawa gerbong ke tujuan, tahu arah, mampu mengarahkan, memberi semangat,
dan menyatukan tindakan. Memelihara kendaraan untuk sampai ke
tujuan.
4. Tanggungjawab artinya tidak menyalahkan orang
lain, tidak berbelit-belit atau menutupi kesalahan diri.
Apa
saja tanda-tanda seorang Driver
1. Sangat
tidak puas dengan keadaan sekarang.
2. Menyukai
tantangan dan mengeksplorasi peluang-peluang baru.
3. Sanggup
memecahkan masalah bersama, menginspirasi pegawai atau orang lain.
4. Berkerja
dengan hati, menjaga hubungan baik dan peduli sesama.
5. Memberikan
arahan-arahan, memperbaiki cara berpikir penumpangnya (passenger).
Seorang driver harus
memiliki mental “bermain untuk menang” (play to win) dan mampu menyederhanakan
segala sesuatu, seperti kata Eleanor Roosevelt:
“Dengan
melangkah, maka kita akan mendapatlan keberanian, kekuatan dan percaya diri.
Setiap langkah yang kita ambil mengajarkan kita sesuatu yang membuat kita
melupakan segala ancaman dan risiko. Kita harus melangkah dengan berani untuk
menaklukkan rasa khawatir bahwa kita tidak bisa.”
d).
Bagaimana latihan yang dilakukan untuk menjadi seorang driver.
Menggunakan kesempatan dengan baik dan jelih karena tidak mudah untuk
menjadi seorang pemimpin (driver) sebagai seorang winner,
bukan loser. Winner adalah seorang driver juga
harus bisa berpikir sederhana dan mampu menyederhanakan persoalan di dalam ornganisasi
saat ini. Seorang driver dapat bertransformasi dengan latihan
seperti berikut:
1) Melakukan penyederhanaan (editing),
tidak hanya tulisan, tapi juga perkataan, pola pikir, dan proses bisnis;
2) Untuk menjadi orang yang lebih bersahabat
dimanapun berada;
3) Menjadi pemimpin yang mudah dimengerti;
4) Menerapkan ilmu dan pengetahuan sesuai
kondisi.
Sifat kreatif, kritis serta
memiliki growth-mindset merupakan cara berpikir yang harus
dimiliki seorang pemimpin besar. Seorang driver harus
memiliki growth-mindset yang bersumber dari pengalaman
hidupnya dan menyukai tantangan-tantangan baru.
"Orang yang meraih
kesuksesan tidak selalu orang yang pintar, tapi orang yang selalu meraih
kesuksesan adalah orang yang gigih dan pantang menyerah. Bagaimana caranya
mewujudkan impian agar sukses, kunci suksesnya adalah komitmen dengan apa yang
kita jalani". Kata bijak dari Susi Pudjiastuti
e).
Bagaimana pengembangan diri sumber daya manusia pegawai di Kementerian Keuangan
Pengembangan sumber daya
manusia di kementerian keuangan sebagai pengelolaan diri self-driving dalam
rangka mengubah mental passenger menjadi driver. Oleh
karena itu, masing-masing unit eselon I di Kementerian Keuangan menginisiasi
adanya pengembangan diri pegawai melalui pelatihan-pelatihan baik secara online
maupun offline dan beasiswa pendidikan yang dinaungi oleh Badan Pendidikan dan
Pelatihan Keuangan (BPPK). Pendidikan dan pelatihan di Kementerian
Keuangan dapat diakses oleh semua pegawai melalui Kemenkeu Learning Center
(KLC). Hal tersebut berbanding lurus dengan tujuan Kementerian Keuangan untuk bertransformasi
menjadi corporate university yang mendorong lahirnya gerakan
organisasi pembelajar atau yang dinamakan Learning Organization.
Kemudian untuk peningkatan level kepemimpinan di Kementerian Keuangan tercantum
dalam Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 47/PMK.01/ 2008 tanggal 4 April 2008 tentang Assessement
Center Kementerian Keuangan.
D. Benarkah hanya dua persen dari semua orang
yang benar-benar berpikir menjadi sukses?
Dari semua orang yang ada dalam pengelolaan
diri dari seratus persen yang berhasil hanya dua persen, maka benar lah, apa yang dikatakan oleh George Bernard Shaw
bahwa hanya dua presen orang yang mau berpikir, tiga persen orang berfikir
bahwa mereka berpikir. Sialnya, sembilan puluh lima persen orang lebih memilih
mati ketimbang berpikir (Only
two percent of the people think; three percent of the people think they think;
and ninety five percent of the people would rather die than think).
Kesuksesan dalam pengelolaan diri self-driving
bagi seorang pemimpin didalam organisasi harus diperhatikan antara lain:
a. Merubah pola
pikir pegawai yang masih cenderung membentuk pribadi yang bermental passenger
(penumpang) bukan driver (pengendara).
b. Menyembuhkan
pegawai yang terluka untuk mengubah seseorang yang bermental bad-passenger
menjadi good-passenger.
c. Menegakkan disiplin diri serta berani mengambil risiko adalah sikap dasar yang harus dimiliki oleh seorang driver.
d. Pemimpin adalah seorang driver yang akan melakukan sesuatu secara total yang memiliki mental “play to win” bukan “play not to lose”,
bukan bekerja sekedarnya.
e. Seseorang
yang sukses hanya dua persen adalah orang-orang bermental good-driver
di dalam organisasi.
Penulis :
Tim Seksi Hukum dan Informasi KPKNL Palu
Referensi :
1.
https://muhammadkahpi.wordpress.com/2020/04/21/ringkasan-buku-self-driving-karya-rhenald-kasali/ {diakses pada
tanggal 15/06/2022}
2.
https://mamikos.com/info/contoh-attitude-yang-buruk-dan-baik-di-dunia-kerja/ {diakses pada tanggal 20/06/2022}
3.
https://bbs.binus.ac.id/business-creation/2020/04/ciri-ciri-karyawan-yang-baik-dan-berkualitas/ {diakses
pada tanggal 15/06/2022}
4. https://www.kompasiana.com/salsabilaananda0375/5e3aa8b9097f3611d3429032/ulasan-buku-self-driving-transformasi-terpenting-dalam-sebuah-organisasi {diakses pada tanggal 17/06/2022}
5. http://mjr-sjs.net/menjadi-sang-2-persen/ {diakses pada tanggal 15/06/2022}
6. https://bppk.kemenkeu.go.id/kemenkeu-corpu/ {diakses pada tanggal 20/06/2022}