Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
KPKNL Palu > Artikel
Mengelola Self Driving Pegawai di Dalam Organisasi, Siapakah Kita Passenger Atau Driver?
Abd. Choliq
Rabu, 22 Juni 2022   |   4400 kali

Pengelolaan diri setiap individu pegawai merupakan faktor yang sangat mendukung sekali dalam sebuah kepemimpinan untuk melakukan perubahan dan transformasi di dalam organisasi. Seorang pemimpin yang mampu men-drive diri dan men-drive orang-orang yang dipimpinnya agar mampu melakukan perubahan, sekaligus mentransformasikan dan merubah pola piker (mindset) serta mengelola atau mengembangkan self-driving masing-masing pegawai. Pemimpin yang mampu men-drive bawahan dengan baik akan menjadi pegawai yang handal (good-passenger) dengan mental pemimpin (driver mentality), pemimpin berperan sebagai pencetus dan stimulan untuk bisa mendorong terciptanya inovasi. Driver adalah pemimpin yang kompetitif yang mampu mengerakkan timnya jadi pemenang, dengan kepemimpinannya akan memacu menjadi yang terbaik. Sifat pemimpin salah satunya adalah sebagai penggerak untuk memberi teladan kepada pegawainya, bekerja keras dan pantang menyerah, memiliki keinginan yang kuat terhadap keberhasilan, tidak kenal lelah dalam aktivitasnya, dan menunjukan inisiatif. Pemimpin menggerakkan anggota di bawahnya untuk mengembangkan self-driving pada semua pegawai dengan memberi tantangan positif yang nantinya akan menjadi pegawai yang bekerja biasa-biasa saja menjadi pegawai bermental pemimpin. Penulis mencoba menjelaskan:

a.     Bagaimana seorang pemimpin mengubah seseorang yang bermental bad passenger menjadi good passenger?

b.     Bagaimana pemimpin bisa mengubah mental passenger menjadi driver?

c.     Benarkah hanya dua persen diantara semua orang yang benar-benar berpikir menjadi sukses?

 

A.    Pengertian Self Driving

Penulis terinspirasi buku Self-Driving yang ditulis oleh Rhenald Kasali ph.D., seorang Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB-UI), yang menghendaki manusia untuk berkarakter, berinisiatif, dan kreatif di dalam kehidupan. Self-Driving menjelaskan cara mengubah mental passenger (penumpang) menjadi driver (pengemudi). Syarat dasar untuk bisa menjadi pemimpin selaku aktor pelaku perubahan di dalam organisasi, bukan sekedar menjadi pengikut yang meniru-niru. Konsep pengelolaan self-driving ini sangat cocok bagi seorang pemimpin untuk melakukan perubahan mental di dalam sebuah organisasi yang dipimpinnya, apakah pegawainya akan menjadi passenger atau driver itu merupakan sebuah pilihan hidup.


a). Apa tujuannya dari Self Driving?

Tujuan dari self-driving adalah merupakan pengelolaan diri pegawai di dalam organisasi sebagai terobosan untuk mendobrak mental pegawai (passenger mentality) menjadi mental pengemudi atau driver dimana mereke bekerja di perusahaan atau organisasi, sehingga mereka menjadi lebih waspada, berinisiatif tinggi, berani mengambil langkah, lebih kreatif, dan lebih kritis, cekatan dalam menghadapi perubahan yang ada untuk kesinambungan organisasi.

b). Bagaimana dengan Self-Driving di dalam sebuah organisasi?

Kenyataan, kebanyakan dari pegawai sadar atau tidak telah diperlakukan sebagai penumpang (passenger), bukan mental seorang pemimpin (driver). Padahal kehidupan ini tidak flat, pasti bergelombang dan pasti ada tantangan. Contoh mereka bekerja di perusahaan milik negara atau kantor pemerintahan, pegawai dengan segala fasilitas dan gaji, nyaman dengan keadaan seperti itu, tidak ada motivasi untuk mengembangkan diri, dan cara pola berpikirnya yang penting mendapatkan gaji dari perusahaan atau kantor dimana mereka bekerja, dan beranggapan kantor bukan milik mereka akhirnya mereka bekerja dengan sekedarnya saja. Nah, tugas seorang atasan adalah merubah mental pegawai passanger menjadi pegawai yang baik, jangan menumpang seenaknya dalam perusahaan dimaksud, boleh menjadi penumpang tapi jadilah penumpang yang baik (good-passenger) karena penumpang yang baik akan menjadi pemimpin yang baik pula (good driver).

c). Kenyataan dalam hidup ini tidak semua harus jadi Driver?

Setiap pegawai bebas memilih, boleh jadi passengger atau jadi driver, tetapi kalau jadi passanger jadilah good passenger, begitu juga kalau jadi driver maka jadilah good-driver. Semua tahu bad-passenger itu sekedar numpang, inginnya enak, mudah mencaci-maki orang lain, mudah sakit hati, menyalahkan orang lain, bahkan menghalangi kesuksesan  orang lain. Bedanya good passenger, bila mereka masih belum berkarya tetapi mereka tidak menjelekkan orang lain dan berusaha mengeksplorasi diri mereka lebih maju. Pegawai good passenger inilah menjadi cikal bakal atau modal dasar jadi seorang driver.

d). Tetapi di sekitar kita tidak banyak orang bisa berpikir seperti Driver?

Kita kebanyakan mulai kecil sudah terbelenggu dengan mental passenger karena tradisi dari orangtua juga system pendidikan yang kurang mendukung menjadikan kita bermental driver, termasuk generasi muda saat mereka menjadi mahasiswa setelah lulus kuliah mencari pekerjaan apa, bila pola pikir (mindset) bisa berubah menjadi pencipta lapangan pekerjaan (driver) suatu saat setidaknya setengah dari mereka akan menjadi driver untuk negara ini. Maka organisasi bisa mempunyai banyak driver yang memberikan harapan nantinya bahwa mereka dari driver menjadi good driver di dalam organisasi.

e). Self-Driving menjadi Passenger atau Driver ?

Memang sejak dilahirkan, manusia diberikan “kendaraan” yang kita sebut “self”. Hanya dengan self-driving, manusia bisa mengembangkan semua potensinya dan mencapai sesuatu yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Sedangkan mentalitas passenger yang ditanam sejak kecil, dan dibiarkan para eksekutif, hanya akan menghasilkan keluhan dan keterbelengguan semata. Pola pikir menjadi penumpang (passenger) ini harus ada dukungan dari berbagai pihak yang berkepentingan untuk merubah menjadi pengemudi atau pemimpin (driver). Dukungan perubahan tersebut dari orangtua, system Pendidikan (guru, dosen), pemimpin perusahaan (chief executive officer) dan pejabat yang berwenang terhadap perubahan pola pikir dimaksud.

f). Apa itu eksekutif?

Pengertian ‘eksekutif’ telah didefinisikan baik dalam bentuknya yang luas dan sempit. Dalam bentuknya yang luas, ini berarti semua pejabat, pemegang kekuasaan politik dan pegawai negeri sipil permanen yang melakukan eksekusi hukum dan kebijakan dan menjalankan administrasi negara.

g). Ilustrasi pengembangan self-driving pertama kali memasuki dunia kerja 

Contoh:  tidak takut tantangan, agar pengelolaan diri (self-driving) kita berkembang. Pola pikir (mindset) yang berkembang pada masyarakat masih banyak orang menghindari sesuatu yang namanya kegagalan, atau segala hal baru yang bakal menyulitkan hidup kita. Bahkan, menghindari sesuatu kalau ada tantangannya karena takut terlihat kurang pandai untuk melakukannya. Kita belum mampu mengelolah atau mengembangkan self-driving pada diri kita. Kita dengan keinginan yang enak-enak saja dan dapat pekerjaan yang baik, dimudahkan jalannya namun kita sendiri belum mengetahui kemampuan dan keahlian diri kita, untuk melakukan perubahan sendiri sebatas mencari pekerjaan sebagai penumpang (passenger). Kita belum mempunyai pengalaman kerja yang banyak, maka dengan pengalaman kerja itu kita bisa mengexplor diri kita lebih maju, untuk mengembangkan dan mengekplorasi diri ini tidak sama dengan tradisi satu orang dengan yang lain, memang ada tradisi jiwa dagang dari nenek moyang sampai turun-temurun dan berkembang menciptakan lapangan kerja, secara tidak sadar bisa meningkatkan karir (driver).

  

Kenapa pada saat sekolah atau kuliah pernah berpikir, yang tidak tamat sekolah berhasil menjadi pengusaha? Jawabnya karena mereka sukses mengelola dan mengembangkan self-driving pada dirinya dengan baik. Para generasi kita sesungguhnya mereka adalah rajawali, bukan burung dara. Karena tradisi bahkan psikologis, orangtua kita telah mengikat sebagian sayapnya, sehingga mereka tak bisa terbang tinggi. Mereka hanya bisa terbang rendah dan tidak jauh karena menjadi "burung dara" yang hanya bisa melompat ke atap gedung, lalu turun lagi ke bawah tidak jauh-jauh dari rumah kita. Pepatah jawa dulu “makan tidak makan yang penting kita kumpul bersama”, sehingga menyebabkan self-driving mereka tidak bisa berkembang.

 

Kita bangga dengan tokoh yang telah berhasil mengembangkan self-driving semacam itu diantaranya adalah mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, yang tidak menamatkan sekolah tapi berhasil jadi pengusaha. Lantas mengapa beliau bisa berhasil? Padahal, orang ber-IQ tinggi dan memperoleh kesempatan mengenyam pendidikan layak pun belum tentu berhasil seperti ibu Susi dapatkan.

 

B.    Bagaimana seorang pemimpin mengubah seseorang yang bermental bad passenger menjadi good passenger?

Wajarlah sebagai seorang pimpinan bertanggung jawab terhadap bawahan bila terjadi permasalahan di dalam organisasi. Mengubah sikap seorang pagawai yang jelek untuk menjadi baik dengan memberikan konseling, mentor dan coaching, pegawai yang bad-passenger agar mampu menjadi good-passenger, dan berkembang menjadi seorang driver, perlu beberapa tindakan. Dimulai dari menghindari melakukan kesalahan dalam hal yang sama dan mengharapkan hal baru yang berbeda. Selanjutnya mengubah lingkungan kita, You are who your friends are, artinya anda dan siapa teman anda, jadi pilihlah pergaulan dengan bijak. Kemudian melakukan self-healing atau terapi diri, lebih baik dengan bantuan orang lain melalui psikolog atau mentor supaya dapat mengubah bad passenger menjadi good passenger selanjutnya bisa mengeksplorasi menjadi mental driver.

   

Di dalam organisasi ada seorang pemimpin (driver) dan pegawai (passenger). Pegawai sebagai penumpang yang terbagi menjadi dua yaitu: penumpang yang jelek (bad-passenger) dan penumpang yang baik (good-passenger). Untuk menjadi seorang driver, seseorang yang bad-passenger harus melalui perubahan menjadi seorang good-passenger kemudian menjadi seorang driver. Mengenai perubahan dari bad-passenger menjadi good passenger dengan cara melakukan terapi terhadap diri yaitu berdamai dengan diri dan menerima keadaan serta tidak pernah berhenti berlatih.

 

Pada kasus seorang pegawai yang mengalami masalah dengan kehidupannya sehingga mempengaruhi produktivitas di organisasi yang akhirnya menjadi seorang bad-passenger, maka untuk mengatasinya pimpinan mengadakan terapi diri terhadap pegawai yang bersangkutan agar dapat menerima keadaan untuk melakukan perubahan yang semestinya. Sikap (attitude) sebenarnya sangat penting di dalam dunia kerja. Pegawai harus pintar menjaga attitude agar mendapat kesan yang baik di mata rekan kerja dan pimpinan. Tujuan terapi ini adalah mengubah siapapun yang ada di dalam ruang lingkup organisasi yang bermental bad-passenger dalam diri mereka menjadi good-passenger dan baru kemudian dapat diubah menjadi driver.

 

Ciri – ciri pegawai yang bermental bad-passenger

Sikap (attitude) yang harus dihindari oleh para pegawainya, antara lain: 1. Terlihat rajin dan gesit saat ada atasan, 2. Proaktif membantu urusan pribadi bos, bukan urusan pekerjaan,  3. Merasa paling sibuk, tapi tidak ada output pekerjaan yang berguna, 4. Menebar pencitraan dengan menceritakan kehebatan diri, 5. Gemar mengorek kesalahan orang lain lalu melaporkannya kepada atasan, 6. Pilih-pilih dalam hal bergaul, 7. Meremehkan dan merendahkan rekan kerjanya sendiri, 8. Menyepelekan waktu, 9. Memanfaatkan fasilitas kantor tanpa izin,10. Tidak belajar dari kesalahan, 11. Hobi mengeluh, dan 12. Menunda-nunda pekerjaan.

 

Ciri-ciri pegawai good-passenger

Sedangkan ciri-ciri pegawai yang baik, antara lain: 1. Jujur, 2. Bersikap sopan santun, 3. Disiplin, 4. Komunikasi yang baik, 5. Kerja keras, 6. Bekerja dengan tim, dan 7. Mampu beradaptasi dan belajar hal-hal baru.

 

Organisasi merupakan tempat sekumpulan orang dengan tujuan yang sama yang mempunyai manfaat antara lain: a. Meningkatkan skill dalam bersosialisasi atau berkomunakasi, b. Mempermudah mendapatkan target/tujuan, c. Meningkatkan jiwa kepemimpinan d. Memperluas jaringan sosial atau networking, e. Meningkatkan time management dan f.  Melatih diri work under preasure

 

C. Bagaimana pemimpin bisa mengubah mental passenger menjadi driver?

Melakukan sebuah perubahan dimulai dari perubahan mindset, sikap dan karakter. Maka pentingnya mengubah mental passenger menjadi driver, kita tidak hanya sekedar tahu (passenger) melainkan dengan sikap dan karakter untuk menjadi bisa (driver).

 

Manusia yang masih bermental passenger, yang hanya menjadi pengikut, bukan penggerak adalah orang yang cenderung pasif dan tidak memiliki inisiatif, bahkan kadang menjadi beban bagi orang lain. Untuk mewujudkan sebuah perubahan besar di masyarakat khusunya didalam organisasi, perlu diawali dari perubahan mental orang-orang di dalamnya, dari bad passenger menjadi good-passenger kemudian passenger menjadi driver.

 

Kemudian bagaimana merubah orang-orang yang bermental penumpang menjadi seorang yang bermental pengemudi. Driver adalah orang-orang yang tidak hanya memiliki kompetensi yang mumpuni tetapi juga gesit, aktif, dan selalu berani mengambil inisiatif serta melakukan perubahan yang berarti. Biasanya dalam perjalanan dari passenger menuju ke driver, ada benang merahnya antara lain: mereka berani mengeksplorasi diri, bukan exploit, mereka tidak berteori, tetapi bertindak, mereka diremehkan, disalah-salahkan orang sekitarnya, dan mereka tidak pernah berhenti melakukan yang terbaik untuk menjadi driver.

 

Pemimpin yang hebat adalah mampu membawa perubahan besar yang positif bagi bangsa (driver nation) yang dihasilkan oleh pribadi-pribadi yang disebut driver, karena mereka menyadari sebagai mandataris dari rakyat untuk melakukan perubahan. Beberapa bagian yang menarik yang akan kita pelajari bagaimana seseorang yang bermental passenger bisa berubah menjadi driver, antara lain: a) Kenapa seorang passenger harus berubah menjadi driverb) Bagaimana langkah awal yang dilakukan untuk mengubah seseorang yang bermental passenger menjadi driver; c)  Apa karakter yang harus dimiliki oleh seorang driver itu; d) Bagaimana latihan yang dilakukan untuk menjadi seorang drivere)   Bagaimana pengembangan diri sumber daya manusia pegawai di kementerian keuangan.


a). Kenapa seorang passenger harus berubah menjadi driver;

Seorang dengan status passenger sebetulnya mereka berada pada zona aman namun kalau tidak mau melakukan ekplorasi dirinya sedikit ada goncangan bila tidak mengikuti perubahan baik dari dalam maupun luar organisasi. Manusia bisa mengembangkan semua potensinya dan mencapai sesuatu yang tak pernah terbayangkan hanya dengan mengembangkan self-driving. Sedangkan mentalitas passenger yang ada ini harus keluar dari perangkap 'passenger' bisa berubah lebih baik tidak sekedar menjadi penumpang.


Keinginan pegawai (passenger) ingin melakukan perubahan menjadi pemimpin (driver) harus bisa menghilangkan ketergantungan dan mau belajar hal-hal baru sebagai langkah awal menjadi seorang driver. Kita sudah diberikan mandat kehidupan oleh Sang Pencipta dan juga dibekali dengan “kendaraan” istimewa, yaitu diri kita sendiri. Kitapun bebas menentukan mau menjadi seorang passenger atau driver?

 

Menjadi seorang passenger, boleh mengantuk dan tidur, serta tidak ada tanggung jawab dan juga risiko. Sementara jika kita memutuskan untuk menjadi seorang driver maka kita harus berani mengambil risiko dan bertanggung jawab.

 

Sebuah perubahan tidak diciptakan oleh orang-orang bermental passenger melainkan oleh orang-orang bermental driver. Perubahan bisa dimulai dari mana saja dan kemudian berlanjut di kantor sebagai sebuah organisasi, untuk membentuk manusia bermental driver semacam ini. Jangan terpaku pada ajaran untuk sekedar “tahu”, melainkan harus “bisa”, tidak mau berpikir dan hanya mahir dalam memindahkan informasi dari buku ke dalam otak.   Tentu harus diubah dari mindset penumpang (passenger) agar dapat menghasilkan orang-orang yang bisa menjadi aktor perubahan (driver).

 

Orang-orang yang ingin berubah dari passenger menjadi driver melakukan dengan cara-cara disiplin diri sebagai berikut:

1)     Menentukan sasaran yang ingin dicapai serta mempelajari aturan-aturan;

2)     Berusaha keras dan bertanggung jawab;

3)     Mengatur waktu pekerjaan (deadline);

4)     Disipilin sebagai gaya hidup;

5)     Menerapkan manajemen 3D (Do it, Delegate it or Dump it!) artinya kerjakan, delegasikan atau tolak bila tidak mampu.

 

b). Bagaimana langkah awal yang dilakukan untuk mengubah seseorang yang bermental passenger menjadi driver;

Menjadi passenger adalah mereka yang sudah merasa puas dengan keadaan, tidak menyukai tantangan, takut menghadapi masalah dan takut melakukan kesalahan. Sedangkan menjadi driver artinya harus cekatan dalam bertindak, berani dalam mengambil keputusan, mengukur risiko, berpikir lebih keras, dan melatih ketahanan diri lebih kuat daripada (passenger) kebanyakan orang.

  

Kemudian apa aksi kita merubah dari passenger menjadi driver? Banyak cara yang dapat dilakukan oleh seorang yang ingin bertransformasi menjadi seorang pemimpin (driver), yaitu dengan melatih diri menghadapi resiko dan tidak membuang waktu, melatih diri serta melatih persepsi kita, karena persepsi dibentuk oleh kebiasaan dan latihan yang akhirnya membentuk kebiasaan. Ada beberapa tahap awal untuk mengubah mental penumpang menjadi pemimpin, sebagai berikut: menghilangkan ketergantungan, belajar dengan hal-hal baru; dan keluar dari zona nyaman.

 

Kemudian apa saja tanda-tanda seorang itu passenger, antara lain: a. Merasa sudah puas dengan keadaan sekarang, b. Tidak menyukai tantangan, c. Menyerahkan masalah kepada orang lain, d. Menunggu perintah, e. Takut menghadapai masalah, f. Sangat mencintai jabatan, g. Dikendalikan oleh autopilot, h. Membanggakan apa yang telah dicapai, dan i. Organisasi sebagai alat untuk menumpang hidup

 

Untuk melakukan perubahan dan membentuk manusia bermental driver, ada yang berpendapat sistem pendidikan perlu diubah. Orang tua harus memberikan kesempatan kepada anak-anaknya untuk memilih hidupnya sendiri untuk mencoba hal-hal baru meskipun berisiko dan juga membiarkan mereka untuk tumbuh dan berkembang tanpa kehawatiran dan keterlibatan yang terlalu jauh.  Perubahan menuntut manusia untuk selalu berpikir dan belajar.

 

Untuk menghadapi perubahan manusia harus berpikir yang hanya dimiliki oleh seseorang yang memiliki mental driver. Dengan mental driver seseorang tidak hanya akan mengubah dirinya sendiri, melainkan juga dapat mengubah orang lain, organisasi dan juga masyarakat di sekitarnya.

 

c). Apa karakter yang harus dimiliki oleh seorang driver itu

Mengubah good-passenger menjadi driver diperlukan latihan untuk keluar dari zona nyaman juga sehinga bisa menjadi good-driver. Pada perubahan yang dikelolanya memberi gambaran betapa pentingnya keluar dari zona nyaman dan berpikir ‘out of the box’, artinya seseorang yang mampu berpikir melampaui batasan diri sehingga menghasilkan ide yang baru dan tidak terpikirkan orang lain sebelumnya, sudah sewajarnya seorang pemimpin itu harus good-driver.

 

Kemudian apa itu good-driverGood-driver adalah seorang inisiator tokoh perubahan dan mampu menjadi panutan bagi semua orang atau para pegawai yang ada di dalam organisasi maupun perusahaan. Bagaimanakah melatih seseorang menjadi Good-driver? Salah satu cara untuk menjadi Good-driver adalah memberikan keterampilan juga pelatihan-pelatihan cara berpikir kritis dan kreatif agar dapat membaca peluang dan mampu bertahan sesuai pekembangan zaman.

 

Seorang driver harus memiliki kedisiplinan diri dan berani mengambil risiko serta penuh tanggung jawab. Supaya menjadi good-driver, membiasakan diri dengan beberapa Latihan hal ini sebagai berikut: self discipline, berani menghadapi risiko, play to winthe power of simplicity, creative thinking dan critical thinking.

  

Prinsip bagi seorang pemimpin (driver)

1.     Inisiatif artinya bekerja tanpa ada yang menyuruh, berani mengambil resiko, responsive, dan cepat membaca gejala atau situasi.

2.     Melayani artinya orang yang berpikir tentang orang lain, mampu mendengarkan, mau memahami, pedui, dan berempati.

3.   Navigasi artinya memiliki keterampilan membawa gerbong ke tujuan, tahu arah, mampu mengarahkan, memberi semangat, dan         menyatukan tindakan. Memelihara kendaraan untuk sampai ke tujuan.

4.     Tanggungjawab artinya tidak menyalahkan orang lain, tidak berbelit-belit atau menutupi kesalahan diri.


Apa saja tanda-tanda seorang Driver

1.     Sangat tidak puas dengan keadaan sekarang.

2.     Menyukai tantangan dan mengeksplorasi peluang-peluang baru.

3.     Sanggup memecahkan masalah bersama, menginspirasi pegawai atau orang lain.

4.     Berkerja dengan hati, menjaga hubungan baik dan peduli sesama.

5.     Memberikan arahan-arahan, memperbaiki cara berpikir penumpangnya (passenger).

 

Seorang driver harus memiliki mental “bermain untuk menang” (play to win) dan mampu menyederhanakan segala sesuatu, seperti kata  Eleanor Roosevelt:

 

“Dengan melangkah, maka kita akan mendapatlan keberanian, kekuatan dan percaya diri. Setiap langkah yang kita ambil mengajarkan kita sesuatu yang membuat kita melupakan segala ancaman dan risiko. Kita harus melangkah dengan berani untuk menaklukkan rasa khawatir bahwa kita tidak bisa.”  

 

d). Bagaimana latihan yang dilakukan untuk menjadi seorang driver.

Menggunakan kesempatan dengan baik dan jelih karena tidak mudah untuk menjadi seorang pemimpin (driver) sebagai seorang winner, bukan loserWinner adalah seorang driver juga harus bisa berpikir sederhana dan mampu menyederhanakan persoalan di dalam ornganisasi saat ini. Seorang driver dapat bertransformasi dengan latihan seperti berikut:

1)    Melakukan penyederhanaan (editing), tidak hanya tulisan, tapi juga perkataan, pola pikir, dan proses bisnis;

2)    Untuk menjadi orang yang lebih bersahabat dimanapun berada;

3)    Menjadi pemimpin yang mudah  dimengerti;

4)    Menerapkan ilmu dan pengetahuan sesuai kondisi.

   

Sifat kreatif, kritis serta memiliki growth-mindset merupakan cara berpikir yang harus dimiliki seorang pemimpin besar. Seorang driver harus memiliki growth-mindset yang bersumber dari pengalaman hidupnya dan menyukai tantangan-tantangan baru.

 

"Orang yang meraih kesuksesan tidak selalu orang yang pintar, tapi orang yang selalu meraih kesuksesan adalah orang yang gigih dan pantang menyerah. Bagaimana caranya mewujudkan impian agar sukses, kunci suksesnya adalah komitmen dengan apa yang kita jalani". Kata bijak dari Susi Pudjiastuti

 

e). Bagaimana pengembangan diri sumber daya manusia pegawai di Kementerian Keuangan

Pengembangan sumber daya manusia di kementerian keuangan sebagai pengelolaan diri self-driving dalam rangka mengubah mental passenger menjadi driver. Oleh karena itu, masing-masing unit eselon I di Kementerian Keuangan menginisiasi adanya pengembangan diri pegawai melalui pelatihan-pelatihan baik secara online maupun offline dan beasiswa pendidikan yang dinaungi oleh Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK). Pendidikan dan pelatihan di Kementerian Keuangan dapat diakses oleh semua pegawai melalui Kemenkeu Learning Center (KLC). Hal tersebut berbanding lurus dengan tujuan Kementerian Keuangan untuk bertransformasi menjadi corporate university yang mendorong lahirnya gerakan organisasi pembelajar atau yang dinamakan Learning Organization. Kemudian untuk peningkatan level kepemimpinan di Kementerian Keuangan tercantum dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 47/PMK.01/ 2008 tanggal 4 April 2008 tentang Assessement Center Kementerian Keuangan.  

 

D.  Benarkah hanya dua persen dari semua orang yang benar-benar berpikir menjadi sukses?

Dari semua orang yang ada dalam pengelolaan diri dari seratus persen yang berhasil hanya dua persen, maka benar lah, apa yang dikatakan oleh George Bernard Shaw bahwa hanya dua presen orang yang mau berpikir, tiga persen orang berfikir bahwa mereka berpikir. Sialnya, sembilan puluh lima persen orang lebih memilih mati ketimbang berpikir (Only two percent of the people think; three percent of the people think they think; and ninety five percent of the people would rather die than think).  

  

Kesuksesan dalam pengelolaan diri self-driving bagi seorang pemimpin didalam organisasi harus diperhatikan antara lain:

a. Merubah pola pikir pegawai yang masih cenderung membentuk pribadi yang bermental passenger (penumpang) bukan driver (pengendara).

b. Menyembuhkan pegawai yang terluka untuk mengubah seseorang yang bermental bad-passenger menjadi good-passenger. 

c. Menegakkan disiplin diri serta berani mengambil risiko adalah sikap dasar yang harus dimiliki oleh seorang driver.

d. Pemimpin adalah seorang driver yang akan melakukan sesuatu secara total yang memiliki mental “play to win” bukan “play not to lose”,

    bukan bekerja sekedarnya.

e. Seseorang yang sukses hanya dua persen adalah orang-orang bermental good-driver di dalam organisasi. 

 

Penulis                         : Tim Seksi Hukum dan Informasi KPKNL Palu

Referensi                      :

1.     https://muhammadkahpi.wordpress.com/2020/04/21/ringkasan-buku-self-driving-karya-rhenald-kasali/  {diakses pada tanggal 15/06/2022}

2.     https://mamikos.com/info/contoh-attitude-yang-buruk-dan-baik-di-dunia-kerja/ {diakses pada tanggal 20/06/2022}

3.     https://bbs.binus.ac.id/business-creation/2020/04/ciri-ciri-karyawan-yang-baik-dan-berkualitas/ {diakses pada tanggal 15/06/2022}

4.  https://www.kompasiana.com/salsabilaananda0375/5e3aa8b9097f3611d3429032/ulasan-buku-self-driving-transformasi-terpenting-dalam-sebuah-organisasi  {diakses pada tanggal 17/06/2022}

5.     http://mjr-sjs.net/menjadi-sang-2-persen/  {diakses pada tanggal 15/06/2022}

6.     https://bppk.kemenkeu.go.id/kemenkeu-corpu/ {diakses pada tanggal 20/06/2022}

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini