Jakarta, 23/05/2022 – Di
tengah peningkatan risiko global yang berdampak pada ekonomi nasional, APBN
melaksanakan fungsinya sebagai shock
absorber untuk melindungi masyarakat dan mendukung pemulihan ekonomi,
dengan tetap menjaga kesinambungan fiskal.
Terkendalinya pandemi
semakin mendukung peningkatan mobilitas dan perekonomian, utamanya saat Idul
Fitri dimana antusiasme mudik melonjak setelah dua tahun pembatasan.
"APBN masih menjadi instrumen yang luar biasa penting, di dalam mengelola
seluruh perekonomian kita, baik dalam situasi pandemi, walau sudah mulai bisa
dikelola dengan baik, maupun instrumen untuk mendukung pemulihan ekonomi yang
menghadapi tantangan baru," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati
saat Konferensi Pers APBN KiTa Bulan Mei 2022.
Kinerja perekonomian
nasional menunjukkan pemulihan dan tren positif di tengah kasus harian Covid
yang rendah, terutama dari sektor fiskal, sektor rill (PMI ekspansif, konsumsi
listrik naik, IKK naik), surplus neraca perdagangan, cadangan devisa yang memadai,
serta sektor moneter dan keuangan yang terjaga.
Eskalasi tensi geopolitik
(konflik Rusia-Ukraina) berdampak pada kenaikan harga komoditas pangan dan
energi yang sebelumnya tengah mengalami disrupsi global supply karena pandemi. Kenaikan harga komoditas tersebut turut
memberikan tekanan pada perekonomian nasional dan masyarakat, sehingga APBN melakukan
peran shock absorber melalui
peningkatan Belanja Subsidi, Kompensasi, dan Bansos untuk mengendalikan
inflasi, menjaga daya beli masyarakat, serta menjaga momentum pemulihan
ekonomi. Hal ini juga didukung dengan tren positif kinerja Belanja Negara yang
tumbuh, baik dari sisi Belanja Pemerintah Pusat maupun TKDD (Transfer ke Daerah
dan Dana Desa).
TKDD melanjutkan
pertumbuhan positif seiring perbaikan pemenuhan syarat salur DAU. Sementara
penyaluran DAK telah sesuai pola bulanan Realisasi Transfer ke Daerah dan Dana
Desa (TKDD) sampai dengan 30 April 2022 mencapai Rp242,43 triliun atau 31,50
persen dari pagu APBN 2022. Realisasi TKDD tersebut lebih tinggi Rp9,22 triliun
atau 3,96 persen (yoy) dibandingkan dengan realisasi periode yang sama tahun
2021 yang didukung kepatuhan daerah yang lebih baik. Realisasi TKDD bersumber
dari Transfer ke Daerah (TKD) sebesar Rp220,13 triliun (31,38 persen dari pagu
APBN 2022) dan Dana Desa Rp22,30 triliun (32,79 persen dari pagu APBN 2022).
Namun demikian, kenaikan
harga komoditas yang didukung pemulihan ekonomi juga memberikan dampak positif pada peningkatan
Pendapatan Negara yang didorong oleh sektor penerimaan pajak (PPh), PNBP, dan
Bea Keluar.
Konflik geopolitik
tersebut juga berdampak pada semakin cepatnya kebijakan pengetatan moneter dari
negara maju, terutama US (the Fed), yang berisiko meningkatkan cost of fund dan pembiayaan dalam APBN,
serta berisiko mendorong capital outflow.
Untuk itu, pembiayaan responsif dan antisipatif perlu dilakukan yang didukung oleh
kinerja surplus APBN dan peningkatan Keseimbangan Primer.
Untuk itu, APBN akan terus melaksanakan konsolidasi dan reformasi fiskal demi menjaga APBN yang Sehat dan Berkelanjutan.
(Humas KPKNL Palembang)