Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
KPKNL Malang > Artikel
Fenomena Quiet-Quitting, Apa Sih Itu?
Lutfia Novitasari
Jum'at, 22 Desember 2023   |   615 kali



Dalam satu tahun ini cukup populer istilah quiet quitting di berbagai kanal berita maupun media sosial yang cukup mengundang perdebatan. Fenomena ini seakan menjadi bentuk perlawanan terhadaphustle culture” yang dirasa memberikan dampak kurang baik bagi kesehatan fisik dan mental seseorang. Apa sih sebenarnya quiet quitting itu? Meskipun tidak diketahui bagaimana awal mula munculnya istilah ini, namun quiet quitting dapat didefinisikan sebagai perilaku karyawan yang hanya melakukan pekerjaan pada batas minimum dan tidak mengupayakan lebih banyak waktu, tenaga, atau antusiasme daripada yang benar-benar diperlukan.  

 

Penyebab perilaku ini antara lain karena karyawan merasa pekerjaannya kurang mendapatkan apresiasi atau penghargaan dari perusahaan, baik yang bersifat materi maupun non materi, atau karena beban kerja yang terlalu tinggi sehingga menyebabkan karyawan merasa kelelahan sampai burnout. Batas-batas yang kabur antara pekerjaan dan kehidupan pribadi juga dapat menjadi faktor pendorong terjadinya perilaku ini, karena seseorang seringkali masih diributkan dengan urusan pekerjaan di luar jam kerja atau bahkan saat libur. Seringkali disini maksudnya ketika hal semacam ini terjadi berulang kali, tidak hanya karena keadaan darurat. Menurut Katie Bailey, seorang profesor di bidang ketenagakerjaan di Kings College London, fenomena quiet quitting ini juga disebabkan oleh masa pandemi Covid-19, dimana pada saat itu para karyawan mulai merevaluasi pengalaman kerjanya, hubungannya dengan perusahaan tempat bekerjanya, serta tentang kehidupannya secara general.  

 

Agar perilaku karyawan ini dapat diantisipasi dengan cepat dan tepat oleh organisasi, perlu kiranya organisasi mengenali sejak dini terjadinya perilaku ini pada karyawannya. Beberapa ciri-ciri adanya karyawan yang mulai melakukan perilaku quiet quitting antara lain: 

  1. Tidak bersedia melakukan pekerjaan di luar pekerjaan utama. 

  1. Pulang kerja tepat waktu dan menghindari overtime. 

  1. Bekerja sesuai porsinya. 

  1. Tidak mau berurusan dengan pekerjaan atau menjawab pertanyaan seputar kewajiban kerja di waktu libur. 

  1. Hilang minat untuk menjadi karyawan berprestasi di perusahaan. 

  1. Pasif saat meeting atau diskusi tertentu terkait pekerjaan. 

  1. Jarang mengikuti acara yang diselenggarakan perusahaan. 

 

Yang menjadi perdebatan dalam hal ini adalah tidak semua orang setuju dengan fenomena quiet quitting, diantaranya menurut pakar kesopanan di tempat kerja, Pattie Ehsai, menyatakan bahwa anda tidak akan berhasil di tempat kerja dengan perilaku seperti itu. Namun dilihat dari sudut pandang lain, fenomena ini tidak bisa dikatakan sepenuhnya salah karena sebenarnya hal ini akan menciptakan batasan yang lebih jelas antara kehidupan kerja dan kehidupan pribadi dan secara lebih luas, dapat mewujudkan work life balance. Tapi tidak dapat dipungkiri bahwa perilaku ini juga mempunyai risiko merugikan organisasi. Jadi, tetaplah menyikapi fenomena ini dengan bijak ya... 



References: 

Dewi, R & Nugroho, R 2022, “Ramai soal “Quiet Quitting”, Fenomena Baru di Dunia Kerja, Apa Itu?”, Kompas.com, diakses pada 21 Desember 2023 < https://www.kompas.com/tren/read/2022/09/19/133000765/ramai-soal-quiet-quitting-fenomena-baru-di-dunia-kerja-apa-itu?page=all>.  

Lembaga Penjaminan Mutu 2023, “7 Ciri-ciri Quiet Quitting, Penyebab, Dampak, dan Cara Atasinya!”, Lembaga Penjaminan Mutu Universitas Medan Area, diakses pada 21 Desember 2023 < https://lpm.uma.ac.id/7-ciri-ciri-quiet-quitting-penyebab-dampak-dan-cara-atasinya/>.  

Morgan, K 2023, “Quiet Quitting is The Status Quo: Workers are Still Proud to Do The Bare Minimum”, BBC, diakses pada 21 Desember 2023 < https://www.bbc.com/worklife/article/20230811-quiet-quitting-is-the-status-quo-workers-are-still-proud-to-do-the-bare-minimum>.  

Vengapally, M 2022, “Quiet Quitting is A Sign of A Deeper Problem – Here's What It Means”, Forbes, diakses pada 21 Desember 2023 < https://www.forbes.com/sites/allbusiness/2022/12/19/quiet-quitting-is-a-sign-of-a-deeper-problem-heres-what-it-means/?sh=630729d74aab>.

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini