Kecerdasan
Finansial
Kecerdasan
finansial adalah kemampuan seseorang dalam memahami pentingnya perencanaan dan
penerapan tata kelola keuangan yang baik yang pada akhirnya membawa dia mampu
mewujudkan impian dan harapannya. Tolok ukurnya bisa bermacam-macam, mulai dari
tingkat penghasilan, kemampuan seseorang dalam menyisihkan penghasilannya untuk
diinvestasikan, sampai dengan kemampuan seseorang dalam memilih investasi yang
tepat yang memberikan passive income yang besar baginya.
Semakin
tinggi penghasilan yang disisihkan, semakin tinggi tingkat penghasilannya,
semakin tinggi penghasilan yang dia dapat dari investasinya maka boleh
dikatakan semakin tinggi pula tingkat kecerdasan finansial seseorang. Kalau
diukur dari hasil akhirnya, semakin tinggi seseorang mampu memenuhi
standard/gaya hidupnya tanpa harus menukarkan waktu dan tenaganya dengan
bekerja secara fisik (passive income)
maka semakin tinggi pula tingkat kecerdasan finansialnya. Bahkan itulah end goal (tujuan akhir) dari kecerdasan
finansial, menghasilkan passive income yang
bisa memenuhi kebutuhan bahkan gaya hidupnya tanpa harus bekerja secara fisik,
yang disebut sebagai financial freedom
(kebebasan finansial). Enak kan kalau bisa menjalani hidup seperti ini?
Seperti dalam penggalan berita yang termuat
dalam Detik.com-2018: Badan Pengurus
Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) menyebut, 1% warga kaya
menguasai 50,3% asset atau kekayaan nasional.
Global Wealth Report 2018
yang dirilis Credit Suisse: 1% orang terkaya di
Indonesia menguasai 46,6% total kekayaan penduduk dewasa di tanah air.
Sementara 10% orang terkaya menguasai 75,3% total kekayaan penduduk Indonesia.
Di kawasan Asia, perbedaan kekayaan Indonesia berasa di
urutan ketiga setelah Thailand dan India. Di negeri Gajah Putih, 1% orang
terkaya menguasai hampir 70% total kekayaan penduduk dewasa. Sementara di
India, 1% orang terkaya menguasai separuh total kekayaan penduduk dewasa.
Sedangkan 1% orang terkaya di Jepang hanya menguasai 18% total kekayaan
penduduk dewasa. Ini mengindikasikan meratanya kekayaan penduduk di Negeri
Matahari Terbit.
Salah satu faktor yang membedakan diantara mereka yang
memiliki kekayaan melebihi yang lain adalah kecerdasan mereka dalam mengelola
keuangannya. Semakin tinggi kecerdasan seseorang dalam mengelola keuangannya
menunjukkan semakin tinggi pula tingkat kecerdasan finansialnya, semakin tinggi
penghasilannya yang didapat melalui passive
income berarti semakin tinggi pula potensi orang itu untuk bisa memiliki
kekayaan yang melebihi orang pada umumnya.
Tingkatan
Keberhasilan Kecerdasan Finansial
Tingkatan keberhasilan dari
penerapan/praktik kecerdasan finansial adalah sebagai berikut:
Ø Financial protection adalah
suatu kondisi keuangan dimana kita mempunyai cukup uang untuk memenuhi pengeluaran
bulanan minimum, untuk 2 bulan sampai 24 bulan tanpa harus bekerja secara
fisik.
Ø Financial security adalah
suatu kondisi keuangan dimana kita mempunyai investasi cukup banyak yang
relatif aman dan hasilnya dapat mencukupi kebutuhan hidupnya, angsuran rumah,
biaya operasional keluarga (masak, makan, minum, listrik, transport, dan
kesehatan) tanpa perlu bekerja, kecuali bila memang memilih untuk bekerja.
Ø Financial independence adalah
suatu kondisi keuangan dimana kita mencapai investasi cukup banyak yang relatif
aman dan hasilnya mencukupi kebutuhan hidup kita serta sebagian kecil gaya
hidup yang tercukupi tanpa harus bekerja lagi secara fisik. Dengan kata lain,
kita bebas tidak bekerja tapi kebutuhan dan sebagian kecil gaya hidup
terpenuhi.
Ø Financial freedom adalah
suatu kondisi keuangan dimana kita mencapai investasi cukup banyak yang relatif
aman dan hasilnya mencukupi kebutuhan kita untuk hidup dengan gaya hidup yang
kita inginkan di atas standard umum.
Dengan mempelajari dan
secara konsisten mempraktikan kecerdasan finansial, insya Alloh akan mampu
membawa kita menuju kebebasan finansial (financial
freedom) sehingga semakin berumur kita tidak lebih sibuk urusan dunia tapi
bisa membarokahkan waktu, tenaga, dan hartanya untuk beribadah kepada Alloh.
Apakah
kecerdasan finansial lebih merupakan sebuat bakat atau pembawaan sejak lahir?
Kecerdasan finansial bukanlah sebuah bakat. Kecerdasan
finansial bisa dipelajari, bisa diasah, disempurnakan, dipertajam
terus-menerus. Artinya, siapapun selama dia berkehendak, mempunyai kesempatan
dan kemampuan untuk meningkatkan kecerdasan finansialnya.
Apakah kecerdasan finansial semata-mata hanya berfokus
pada uang/kekayaan? Jawabnya tidak. Kecerdasan finansial bukanlah fokus di
asset dan kekayaannya tapi sesungguhnya berfokus pada manusianya. Artinya,
manusianya dulu yang harus ditata pola pikirnya/mindset nya baru kemudian yang bersangkutan mampu menata kondisi
finansialnya.
Salah satu yang bisa merubah mindset dan perilaku seseorang adalah adanya fokus dan tujuan akhir
dari hidup yang diinginkan oleh seseorang. Fokus pada sebuah tujuan yang jelas,
tujuan dan cita-cita yang tinggi menjadi salah satu kunci keberhasilan
seseorang sebelum dia menempa diri menjadi cerdas secara finansial. Contoh
cita-cita yang baik dan pantas dimiliki oleh siapapun yang ingin membangun
kecerdasan finansialnya antara lain:
1. Ingin
menikmati masa tua yang mudah, penghasilan berkecukupan tanpa harus bekerja
secara fisik serta tidak membebani anak cucu dan ibadahnya lancar.
2. Ingin
bebas secara finansial (bisa memenuhi kebutuhan hidup normal atau bahkan
berlebih tanpa harus bekerja secara fisik atau mempunyai passive income yang mencukupi).
3. Menjadi
kaya (memiliki banyak asset yang produktif) melalui passive income.
4. Bisa
membantu orang tua dan menolong orang lain dengan cara sodaqoh secara rutin.
5. Ingin
membahagiakan keluarga, memberi mereka kehidupan yang berkecukupan dan
menyekolahkan anak-anak bahkan sampai di luar negeri.
6. Ingin
umroh setiap saat/secara rutin, termasuk setelah memasuki usia pensiun dan
lain-lain.
Di
atas adalah contoh-contoh tujuan yang jelas dan cukup spesifik yang akan
memberikan motivasi yang kuat bagi siapa saja yang ingin meningkatkan
kecerdasan finansialnya.
Metode dalam Mempelajari
Kecerdasan Finansial
Ada pendapat yang menyatakan bahwa sistem pendidikan
sekolah kita saat ini tidak mengajari kita cerdas dalam finansial. Ada beberapa
jurusan sekolah yang mengajarkan masalah finansial, tapi sebetulnya kita
belajar akunting disana, belajar untuk melakukan pembukuan atas aset
perusahaan. Kita diajari untuk menjadi tenaga akunting/keuangan yang handal
bagi perusahaan atau tempat dimana kita bekerja. Sangat minim atau bahkan
nyaris tidak diajari begaimana mengembangkan aset sendiri/pribadi. Secara
sekilas sistem sekolah kita masih lebih fokus mengajari kita bekerja untuk
mencari uang, bukan menghasilkan uang atau mengembangkan uang kita sendiri.
Lantas apakah sekarang kita terlambat untuk belajar? Tentu saja tidak karena
ilmu/pengetahuan mengenai kecerdasan finansial bisa dipelajari kapan saja dan
tidak kenal kata terlambat. Berikut beberapa metode dalam belajar kecerdasan
finansial:
1. Belajar
dari pengalaman sendiri (learning by doing).
Banyak orang cerdas secara
finansial setelah bertahun-tahun berkecimpung di alam nyata, mereka tahu
nikmatnya passive income, lantas
terus mencoba meningkatkan asset produktif untuk memperbesar pipa saluran
kekayaan. Mungkin awalnya tidak sengaja, tetapi setelah berhasil menemukan
polanya, mereka menjadi ketagihan. Memang, tidak semua pengalaman itu manis.
Ada yang harus lebih dulu jatuh bangun dan babak belur, sebelum akhirnya bisa
membalik kegagalan menjadi kesuksesan. Walaupun harus jatuh bangun terlebih
dahulu, mereka masih lebih mendingan dibandingkan mereka yang tidak mengalaminya.
Para pemilik bisnis dari
berbagai perusahaan yang arus kasnya positif, pemilik properti yang disewakan,
pemilik mobil atau barang-barang lain yang disewakan, mungkin saja merupakan
orang-orang yang mempelajari kecerdasan finansial dari tindakan nyata mereka
sehari-hari. Mereka bertransaksi, menjual, membeli, dan melakukan dealing setiap saat. Kadang-kadang rugi,
itu biasa. Asalkan saja secara keseluruhan arus kasnya masih positif. Merekapun
akhirnya mampu mengkompensasi kerugian di satu transaksi dengan keuntungan pada
transaksi lain.
Mereka menggunakan trial and error, learning by doing, untuk
membangun kecerdasan finansial mereka. Nilai plus-nya, mereka benar-benar bisa merasakan dan menghayati proses
yang sedang dilakukan. Negatifnya, tentu saja, harus menanggung learning cost (biaya belajar) yang
sangat mahal.
Mereka yang ada disini adalah mereka yang karena satu dan lain hal memilih untuk melakukan secara langsung tanpa menggunakan bimbingan langsung oleh orang lain. Melakukan sendiri, melakukan kesalahan, belajar dari kesalahan, memperbaiki kesalahan yang pada akhirnya membuat mereka menjadi mengerti aoa yang perlu, bisa, dan baik untuk dilakukan dan mana yang tidak.
2. Belajar
dari mentor.
Para mentor secara
konseptual sudah memahami prinsip-prinsip kecerdasan finansial. Mereka sudah
mempunyai contoh dan pengalaman baik dari diri sendiri maupun orang lain.
Belajar dari mentor insya Alloh bisa mengurangi kemungkinan gagal. Setidaknya,
ada yang bisa diajak ngomong kalau mau bermanuver, kalau mau menjual atau
mengembangkan dan membeli asset. Ada yang memberi petunjuk-petunjuk berdasarkan
teori ataupun pengalaman.
Namun disisi lain, belajar langsung dari mentor juga ada potensi negatifnya. Belajar dari mentor ini tetap tidak boleh ditelan mentah-mentah mengikuti teori dan pengalaman sang mentor. Apalagi kalau mentornya itu mempraktikan beberapa etika yang kurang bagus dalam berbisnis, seperti kurang bisa menjaga pergaulan, praktik-praktik yang kurang sesuai dengan tuntunan Alloh dan Rosul-Nya. Maka memilih mentor harus tetap berhati-hati, memilih mereka yang benar-benar berpengalaman namun juga tidak melanggar etika dan kaidah dalam berbisnis dan dalam beragama.
3. Belajar
dari narasumber melalui seminar, pelatihan, dll.
Kita bisa belajar dari
kursus-kursus singkat mengenai kecerdasan finansial. Kita bisa mengikuti short course (kursus singkat), training atau seminar mengenai bagaimana
meningatkan kecerdasan finansial dan meraih kebebasan finansial dalam waktu
relatif singkat. Kita bisa berinteraksi langsung dengan sang pembicara, yang
mungkin saja seorang motivator terkenal atau pakar dibidang ilmu mengenai
kecerdasan finansial yang di era sekarang ini sudah relative mudah untuk
didapatkan.
Keuntungannya, kita bisa berdialog langsung dengan mereka, kita bisa menyerap ilmunya. Kita bisa tertular motivasinya yang meledak-ledak kemudian tergerak untuk melakukan hal yang sama persis seperti yang disarankan oleh pembicara atau motivator. Ruginya, sang pembicara tidak focus pada diri kita. Ada puluhan bahkan sampai ratusan peserta seminar lainnya. Sang ahli hanya akan mencoba merumuskan resep yang bersifat generic. Padahal, penerapan berbagai strategi finansial harus mempertimbangkan karakter khusus masing-masing orang dan jenis usahanya. Jadi belum tentu apa yang dibicarakan sang pembicara secara berapi-api itu bisa kita lakukan secara sempurna.
4. Belajar
dari buku dan video.
Kita juga bisa belajar
kecerdasan finansial dari buku dan video. Belakangan ini cukup banyak buku dan
video yang beredar baik off-line maupun
on-line mengenai kecerdasan
finansial. Para penulis dan pemateri menyajikan berbagai resep, rumus, dan kiat
praktis, baik dengan gaya bahasa simple praktis dan mudah dicerna, sampai
kalimat-kalimat akademis yang sulit dimengerti. Dari uraian dengan kosakata
sehari-hari yang mudah ditelaah, sampai rumus-rumus dan angka yang rumit.
Seperti halnya ikut training atau seminar tentang kecerdasan
finansial, belajar dari buku juga banyak kelemahannya. Teori dan trik yang ada
di buku, kadang-kadang tidak realistis. Apalagi jika ditulis oleh penulis
asing, yang memiliki pengalamannya di luar negeri. Sebab dunia bisnis dan
perekonomian di Indonesia memiliki corak yang berbeda dengan negara lain. Ekonominya
berbeda, inflasi dan praktik perbankannya beda, dan perilaku masyarakatnya
(konsumen) juga jelas sangat berbeda.
Yang terpenting bagi kita adalah
bagaimana kita belajar dan mempraktikan ilmu kecerdasan finansial yang
sesungguhnya akan sangat bermanfaat buat masa depan kita. Metode boleh
dilakukan dari berbagai macam pendekatan seperti yang disampaikan di atas,
tinggal mencari mana yang bisa kita lakukan, mencari mana yang cocok buat kita.
Jangan menunda-nunda untuk mempelajarinya, semakin awal mempelajari ilmu
kecerdasan finansial ini maka akan semakin baik buat masa depan kita.
Penulis : Jarwa Susila
Sumber referensi:
https://www.antaranews.com/berita/474284/apa-itu-kecerdasan-finansial
https://investasi.kontan.co.id/news/lima-jenis-kecerdasan-finansial
https://economy.okezone.com/read/2011/02/20/315/426662/meraih-kecerdasan-finansial
https://www.allianz.co.id/explore/membangun-kecerdasan-finansial-anak.html
https://media.neliti.com/media/publications/158946-ID-membangun-kecerdasan-finansial-dengan-ma.pdf