Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
KPKNL Lahat > Artikel
Mengenal Beberapa Kerangka Kerja Pengendalian Internal
Januardo S.
Selasa, 20 Februari 2024   |   426 kali

PENDAHULUAN

Konsep pengendalian internal sudah ada lebih dari 100 tahun, dan pertama kali dikenal dalam literatur formal tentang audit pada tahun 1892 (Arwinge, 2013 dalam Sari,dkk, 2020). Tata kelola dan pengendalian yang efektif terkait erat dengan penjagaan dan perlindungan aset. Oleh karena itu, pengetahuan tentang pengendalian internal merupakan elemen penting yang mempengaruhi kesejahteraan manajemen, direktur perusahaan, pemegang saham, mitra dagang suatu entitas, auditor, dan masyarakat pada umumnya (Sari,dkk, 2020).

Suatu sistem pengendalian internal bertujuan untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan. Bagian selanjutnya dari tulisan ini menguraikan beberapa tonggak Sejarah perkembangan pengendalian internal serta berbagai jenis kerangka kerja pengendalian internal.

BEBERAPA TONGGAK SEJARAH MUNCULNYA PENGENDALIAN INTERNAL

Pengendalian internal muncul dari kebutuhan akan akuntabilitas yang diikuti dengan perkembangan teknologi dan bisnis yang semakin kompleks. Berikut beberapa peristiwa yang menjadi tonggak sejarah perkembangan pengendalian internal:

·       Pada tahun 1939, Komisi Treadway (Treadway Commission) dibentuk di Amerika Serikat untuk menyelidiki penipuan laporan keuangan perusahaan. Komisi ini menyusun Laporan Treadway yang menyoroti kebutuhan untuk pengendalian internal guna mencegah penipuan.

·       Pada tahun 1977, Foreign Corrupt Practice Act (FCPA) diberlakukan di Amerika Serikat untuk mengatasi praktik suap dan korupsi. Pada saat yang sama, Statement on Auditing Standards (SAS) nomor 55 memberikan panduan mengenai pengendalian internal kepada auditor.

·       Pada tahun 1985, Committee of Sponsoring Organizations (COSO) didirikan untuk meningkatkan kerangka kerja pengendalian internal. COSO Internal Control - Integrated Framework pertama kali diterbitkan pada tahun 1992 dan menjadi acuan utama untuk sistem pengendalian internal.

·       Pada pertengahan 1990-an, Information Systems Audit and Control Association (ISACA) dan IT Governance Institute memperkenalkan Control Objective for Information Technologies (COBIT) untuk membantu organisasi mengelola dan mengendalikan risiko terkait teknologi informasi.

·       Skandal Enron pada tahun 2001 dan kebangkrutan perusahaan World.Com menyebabkan kerugian besar bagi investor dan memunculkan kebutuhan untuk peningkatan pengendalian internal. Sarbanes-Oxley Act (SOX) tahun 2002 diresmikan sebagai tanggapan terhadap skandal tersebut dan menetapkan persyaratan ketat untuk pengendalian internal dan pelaporan keuangan.

·       Standar ISO 31000 tentang manajemen risiko diterbitkan pada tahun 2009 dan memberikan panduan internasional untuk manajemen risiko.

·       Pada tahun 2013, COSO merilis revisi terhadap kerangka kerja pengendalian internalnya, yang dikenal sebagai COSO Framework 2013.

 

COSO

 

Kerangka kerja COSO tahun 1992 adalah yang pertama menerapkan penggunaan “Piramida COSO” yang menjabarkan 5 prinsip komponen pengendalian COSO, yaitu: (1) lingkungan pengendalian; (2) penilaian risiko; (3) aktivitas pengendalian, (4) informasi dan komunikasi, dan (5) aktivitas pemantauan. Dimulai dari bawah ke atas, di mana penyelesaian satu tingkat secara alami mengarah ke penyelesaian tingkat berikutnya. Komponen-komponen ini bekerja sama untuk mendukung misi manajemen risiko, strategi, dan seluruh tujuan bisnis terkait perusahaan.


Piramida COSO

Sumber: collide.com, diolah

Pada tahun 2013, COSO melembagakan pedoman baru, yang sekarang disebut sebagai COSO Framework 2013, yang mengeluarkan tools baru untuk membantu perusahaan dalam merancang dan menerapkan kerangka manajemen risiko. Pada tahap ini, piramida COSO sebelumnya diperbaharui menjadi “Kubus COSO”.

Kerangka kerja yang diperbarui berkisar pada 17 prinsip pengendalian internal berbeda yang termasuk dalam 5 kategori asli piramida COSO. Dari 17 prinsip baru tersebut, terdapat 77 titik fokus; karakteristik penting yang terkait dalam setiap prinsip dimaksudkan untuk memberikan panduan yang berguna dalam merancang, menerapkan dan melaksanakan pengendalian internal untuk memeriksa apakah prinsip-prinsip yang relevan ada dan berfungsi.

COBIT

COBIT adalah suatu panduan standar praktik manajemen teknologi informasi. COBIT memiliki 4 cakupan domain, yaitu:

·       Perencanaan dan organisasi (plan and organise)

·       Pengadaan dan implementasi (acquire and implement)

·       Pengantaran dan dukungan (deliver and support)

·       Pengawasan dan evaluasi (monitor and evaluate)

Maksud utama COBIT ialah menyediakan kebijakan yang jelas dan good practice untuk tata kelola teknologi dan informasi (TI), membantu manajemen senior dalam memahami dan mengelola risiko-risiko yang berhubungan dengan TI. COBIT memberikan pedoman dan langkah-langkah untuk memanfaatkan sumber daya dan proses TI secara efektif. COBIT juga menyediakan indikator kinerja kunci (Key Performance Indicators - KPIs) yang membantu organisasi dalam mengukur dan memantau kinerja TI mereka, serta memastikan bahwa pengendalian internal efektif.

COBIT 2019, yang terkini, diklaim sebagai kerangka kerja yang lebih umum, komprehensif, dan fleksibel yang dapat digunakan oleh semua organisasi terlepas dari ukuran atau tujuan utama dari penerapan COBIT dalam tata kelola TI organisasi.

ISO 31000

Standar ISO 31000 memberikan panduan umum bagi berbagai organisasi untuk mengelola risiko dengan cara yang sistematis, terstruktur, dan terpadu. Kerangka kerja ISO 31000 terdiri dari 3 (tiga) komponen utama:

·       Proses. Pendekatan siklus terus-menerus yang meliputi identifikasi, analisis, evaluasi, perlakuan, dan pemantauan risiko.

·       Struktur: Menetapkan tanggung jawab, peran, dan akuntabilitas dalam manajemen risiko.

·       Kriteria dan Konteks: Menentukan parameter dan kriteria yang akan digunakan untuk menilai risiko, serta konteks organisasi yang harus dipertimbangkan.

ISO 31000 menekankan perlunya pemantauan dan tinjauan terus-menerus terhadap efektivitas manajemen risiko, serta penyesuaian yang diperlukan terhadap perubahan lingkungan.

NIST Cyber Security

Kerangka kerja pengendalian internal NIST Cybersecurity (NIST CSF) adalah panduan yang diterbitkan oleh National Institute of Standards and Technology (NIST) di Amerika Serikat. Tujuannya adalah membantu organisasi untuk meningkatkan keamanan siber mereka dengan memberikan struktur yang dapat diikuti untuk mengidentifikasi, melindungi, mendeteksi, merespons, dan memulihkan diri dari ancaman keamanan. NIST CSF didasarkan pada pendekatan berbasis risiko untuk mengelola keamanan siber. Organisasi diminta untuk menilai risiko mereka, memprioritaskan perlindungan, dan mengambil tindakan yang sesuai.

NIST CSF terdiri dari komponen utama yang mencakup kegiatan yang harus dilakukan oleh organisasi untuk meningkatkan keamanan siber:

·       Identify (Identifikasi). Yaitu mengidentifikasi aset, ancaman, dan kerentanan yang berkaitan dengan keamanan siber.

·       Protect (Perlindungan). Yaitu mengimplementasikan langkah-langkah perlindungan untuk mencegah atau mengurangi dampak dari ancaman keamanan.

·       Detect (Deteksi). Yaitu mendeteksi keberadaan ancaman keamanan secara cepat dan efektif.

·       Respond (Respons). Yaitu merespon insiden keamanan dengan cepat dan tepat.

·       Recover (Pemulihan). Yaitu memulihkan layanan yang terkena dampak dari insiden keamanan siber.

NIST CSF dirancang untuk dapat disesuaikan dengan berbagai jenis organisasi, ukuran, dan industri. Ini memungkinkan organisasi untuk menerapkan kerangka kerja sesuai dengan kebutuhan dan lingkungan.

ITIL

Information Technology Infrastructure Library (ITIL), adalah kerangka kerja yang memberikan panduan tentang praktik manajemen layanan TI terbaik. Meskipun ITIL tidak secara khusus menggambarkan kerangka kerja pengendalian internal, tetapi ada beberapa praktik dalam ITIL yang relevan dengan pengendalian internal, terutama dalam konteks manajemen layanan TI. Kerangka kerja ITIL yang penting diantaranya:

·       Service Strategy. Service Strategy menjelaskan tujuan bisnis dan kebutuhan klien dengan menyelaraskan tujuan dari dua komponen.

·       Service Design. Service Design menjelaskan praktik untuk membuat kebijakan, arsitektur, dan dokumentasi TI perusahaan.

·       Service Transition.  Service Transition memberikan panduan kepada manajemen selama perubahan dan memandu administrator TI melalui gangguan dan perubahan di lingkungan kerja.

·       Service Operation. Service Operation menyediakan opsi untuk mengelola layanan IT untuk keperluan harian, bulanan, dan tahunan.

·       Continual Service Improvement. Continual Service Improvement merupakan kerangka kerja yang mencakup cara memperkenalkan peningkatan dan pembaruan kebijakan sebagai bagian dari proses ITIL.

Meskipun ITIL bukanlah kerangka kerja pengendalian internal yang spesifik, penggunaan praktik-praktik ITIL dapat membantu organisasi dalam mengembangkan dan menerapkan kontrol internal yang efektif dalam lingkungan TI mereka. Integrasi ITIL dengan kerangka kerja pengendalian internal lainnya, seperti COSO atau COBIT, dapat meningkatkan manajemen pengendalian internal secara keseluruhan.

KERANGKA KERJA PENGENDALIAN INTERNAL DI KEMENTERIAN KEUANGAN

Sebagai bentuk pelaksanaan PP 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Internal Pemerintah, Menteri Keuangan telah menetapkan KMK nomor 940/KMK/2017 tentang Kerangka Kerja Penerapan Pengendalian Intern dan Pedoman Pemantauan Pengendalian Intern di Lingkungan Keuangan, yang selanjutnya diubah melalui KMK nomor 322/KMK.09/2021 tentang Kerangka Kerja Penerapan Pengendalian Intern dan Pedoman Pemantauan Pengendalian Intern di Lingkungan Keuangan. KMK terbaru mengkhususkan pengaturan Kerangka Kerja Penerapan Pengendalian Intern saja agar penerapan sistem pengendalian intern dapat lebih dipahami dan ditingkatkan oleh pimpinan dan seluruh pegawai.


Visualisasi Kerangka Kerja Pengendalian Internal Kementerian Keuangan

Sumber: Bahan pemaparan KMK-322/KMK.09/2021, Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan, diolah

Berdasarkan gambar di atas, terlihat bahwa Kementerian Keuangan mengadopsi COSO framework 2013 untuk kerangka kerja pengendalian internalnya. Kementerian keuangan juga mengambil konsep model tiga lini dalam kerangka kerja pengendalian internalnya, yaitu:

·       Lini pertama (manajemen operasional), diantaranya bertugas merancang dan menerapkan Sistem Pengendalian Intern (SPI);

·       Lini kedua (Unit Kepatuhan Internal – UKI), diantara tugasnya adalah melaksanakan pemantauan dan evaluasi atas penerapan SPI;

·       Lini ketiga (Inspektorat Jenderal dan Satuan Pengawasan Intern Badan Layanan Umum – SPI BLU), diantara tugasnya melakukan kegiatan asurans serta konsultasi atas kecukupan rancangan dan efektivitas SPI.

PENUTUP

Dengan mengenal beberapa kerangka kerja pengendalian internal, kita dapat memahami lebih dalam mengenai tujuan dan unsur-unsur pengendalian internal. Struktur organisasi dan karakteristik bisnis organisasi sangat mempengaruhi pemilihan kerangka kerja pengendalian internal untuk organisasi.

Seiring waktu, perkembangan teknologi, kompleksitas bisnis, dan kebutuhan akan akuntabilitas yang lebih besar terus mendorong evolusi kerangka kerja pengendalian internal. Organisasi dan regulasi di seluruh dunia terus beradaptasi dengan perubahan lingkungan bisnis untuk memastikan bahwa sistem pengendalian internal tetap relevan dan efektif

 

Referensi:

Sari, Laynita, Latersia Br Gurusinga, dkk. 2020. Pengantar Akuntansi (Implementasi dalam Perusahaan). Media Sains Indonesia.

Peraturan Pemerintah nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

Keputusan Menteri Keuangan nomor 322/KMK.09/2021 tentang Kerangka Kerja Penerapan Sistem Pengendalian Intern di Lignkungan Kementerian Keuangan

Keputusan Menteri Keuangan nomor 477/KMK.09/2021 tentang Pedoman Pemantauan Penerapan Sistem Pengendalian Intern di Lingkungan Kementerian Keuangan

Bahan pemaparan KMK-322/KMK.09/2021 Kerangka Kerja Penerapan Sistem Pengendalian Intern di Lingkungan Kementerian Keuangan, Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan

https://muslimahbiru.blogspot.com/2014/06/sejarah-dan-perkembangan-pengendalian.html diakses 7 Februari 2024

https://www.trintech.com/blog/coso-history-framework-principles-and-the-fault-in-the-implementation- foundation diakses 7 Februari 2024

https://id.wikipedia.org/wiki/COBIT diakses 7 Februari 2024

https://www.altha.co.id/insights/Apa-itu-COBIT-dan-Bagaimana-Perannya-dalam-Tata-Kelola-TI-di-Organisasi diakses 20 Februari 2024

https://www.collidu.com/presentation-coso-pyramid diakses 20 Februari 2024

https://lamanit.com/information-technology-infrastructure-library/ diakses 20 Februari 2024

https://www.techtarget.com/searchdatacenter/definition/ITIL diakses 20 Februari 2024

Penulis: Januardo S., Kepala Seksi Kepatuhan Internal pada KPKNL Lahat

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini