Mungkin sebagian dari kita pernah mendengar
istilah yang dilontarkan oleh seorang Profesor Kedokteran pada Mayo Clinic,
Amerika Serikat, Dr. James Levine pada satu dekade yang lalu, yaitu “Sitting
is more dangerous than smoking, kills more people than HIV and is more
treacherous than parachuting. We are sitting ourselves to death”1.
Pada tahun 2014, Dr. Levine mengemukakan
frase tersebut setelah melakukan berbagai penelitian dan menyimpulkan bahwa salah
satu faktor yang memiliki pengaruh sangat buruk bagi kesehatan adalah “duduk”. Kita
telah sangat familiar dengan betapa berbahayanya kebiasaan merokok bagi tubuh. Akan
tetapi, bagaimana dengan “duduk”? Menurut Dr. Levine, duduk dianggap kebiasaan
yang lebih berbahaya dibanding merokok.
Sejumlah penelitian serupa kemudian
bermunculan setelah Dr. Levine mengeluarkan pernyataan dramatisnya. Bukti-bukti
pendukung dari berbagai penelitian kian berkembang. Peneliti-peneliti tersebut
percaya bahwa kebiasaan duduk dalam jangka waktu yang lama akan secara
signifikan meningkatkan risiko untuk mengidap penyakit berbahaya lainnya,
seperti; Kanker, Penyakit Hati, Diabetes tipe 2, dan penyakit kardiovaskular
lainnya2.
Perubahan gaya hidup dari active
lifestyle sampai ke sebagian besar sedentary lifestyle3 adalah
penyebab utama yang mendorong munculnya keadaan tersebut. Hal ini terlihat dari
jumlah waktu yang dihabiskan duduk setiap harinya, di depan komputer, di mobil,
di rumah, yang dilakukan oleh pekerja kantoran sampai pelajar. Menurut
penelitian, rata-rata waktu yang dipakai
untuk duduk adalah sekitar lebih dari 7 jam per hari pada tiap orang dewasa4.
Selanjutnya, Dr. Levine mengatakan bahwa tidak ada satupun bentuk olahraga yang
mampu menetralisir risiko akibat terlalu banyak duduk1.
Tapi, benarkah demikian?
Studi lain yang berbeda5 akan
tetapi mengungkapkan bahwa slogan ini sedikit berlebihan. Bahaya kesehatan yang
ditimbulkan akibat merokok tidak bisa serta-merta dapat dipersamakan dengan risiko
yang mencuat akibat duduk terlalu lama. Hasil penelitian mereka menyebutkan risiko
yang diakibatkan oleh duduk sangat tergantung dari berbagai aspek, seperti; tipe
duduk (duduk di depan tv, di kantor, dll), kegiatan fisik aktif/tidak aktif, dan
komorbidas atau penyakit bawaan yang diderita seperti diabetes, gangguan
pernafasan, dan seterusnya). Bahaya kesehatan yang serius akan timbul apabila
seseorang tersebut memiliki aktivitas fisik kurang maupun tidak aktif dan/atau
obesitas.
Namun, penelitian-penelitian tersebut
memiliki satu kesepahaman bahwa duduk yang terlalu lama dan diikuti dengan
kurangnya aktifitas fisik memberi ancaman bagi kesehatan tubuh dalam jangka
panjang dan bahkan bisa berakibat kematian. Penelitian kesehatan tersebut
menyarankan untuk tetap meluangkan waktu untuk bergerak aktif di sela-sela
waktu kerja atau belajar.
Dengan berkembangnya tren open space,
working from home, working from anywhere, dan sejenisnya, memberi peluang
bagi pekerja untuk dapat memanfaatkan pola kerja tersebut dan mengurangi dampak
berbahaya akibat prolonged-sitting.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, di
dalam salah satu podcast atau bincang santai di salah satu media5
mengungkapkan bagaimana beliau memanfaatkan Smart Watch-nya sebagai
salah satu reminder untuk physically active selama jam kerja. Lebih
lanjut, beliau mengatakan bagi pekerja kantoran yang most of the time
occupied di suatu tempat, pengingat untuk sering bergerak di sela jam kerja
sangatlah penting.
So, Get Up and Move Often!
1.
https://www.latimes.com/science/sciencenow/la-sci-sn-get-up-20140731-story.html
3.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4838429/
4.
http://www.rte.ie/news/2015/0819/722190-sitting-study/
5.
https://theconversation.com/why-sitting-is-not-the-new-smoking-72568
6.
https://www.youtube.com/watch?v=-p6daSPfN4E&t=117s