Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
KPKNL Biak > Artikel
Pemanfaatan Continous Integration Dan Continous Deployment Pada Industri 4.0
Mohammad Iqbal Firzada
Jum'at, 11 Juni 2021   |   840 kali

ABSTRAK

 

Istilah Industri 4.0 lahir dari ide revolusi industri keempat tahun 2011 dalam Hanover Fair di Jerman. Industri 4.0 menawarkan banyak potensi dengan memanfaatkan teknologi informasi dalam pengumpulan data, pengolahan data, dan memberikan hasil dari pengolahan data tersebut. Kajian ini bertujuan untuk memberikan sudut pandang baru dalam pembuatan teknologi informasi industri 4.0 dengan salah satu metode yaitu continuous integration dan continuous development untuk memastikan teknologi informasi yang diantarkan memiliki kualitas yang baik dan siap menjadi alat bantu dalam revolusi industri 4.0


Kata kunci: Revolusi industry 4.0, continuous integration, continuous deployment

Terminology of industrial revolution 4.0 born from fourth industry revolution in 2011 at Hanover Fair German, Industrial revolution 4.0 encourage many potential by utilize information technology for data gather, data processing, and provide output. The aim of this study is to give a new viewpoint on industry 4.0 technology information development by using continuous integration and continuous development method to ensure each delivery of technology information have good quality and ready for support industrial revolution 4.0

Keyword: industrial revolution 4.0, continuous integration, continuous deployment  Pendahuluan

1.        Pendahuluan

Industri  4.0  merupakan  hasil  dari  sejarah  revolusi   yang   dimulai   dari   abad   ke-18. Revolusi industri 1.0 dimulai dari ditemukannya mesin uap guna meningkatkan produktivitas, tenaga manusia mulai tergantikan dengan penemuan baru tersebut.

Pada abad ke-19 ditemukan energi baru yaitu energi listrik dan konsep pembagian tenaga kerja untuk menghasilkan produk secara massal. Hal ini menandakan industri telah mencapai tahap 2.0.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada abad ke-20 telah melahirkan teknologi informasi dan proses produksi yang dikendalikan secara otomatis. Mesin industri tidak lagi dikendalikan oleh manusia, tetapi menggunakan sistem otomasi komputer. Hal tersebut sekaligus melahirkan industri 3.0.

Istilah Industri 4.0 secara resmi lahir di Jerman tepatnya saat diadakan Hanover Fair pada tahun 2011, dimana pada saat itu Jerman memiliki kepentingan karena Industri 4.0 menjadi bagian dari kebijakan rencana pembangunan yang disebut High-Tech Strategy 2020. Kebijakan tersebut bertujuan untuk mempertahankan Jerman agar selalu menjadi yang terdepan dalam dunia manufaktur (Kagermann, et al., 2013), dimana dalam revolusi industri 4.0 memiliki beberapa konsep utama seperti Internet of Things (IoT), Big Data & Analytics, dan Autonomous Robot. Revolusi industri 1.0 hingga industri 4.0 secara sederhana digambarkan seperti pada Gambar 1.


Gambar 1 - Revolusi Industri ("An Overview of Industry 4.0: Definition, Components, and Government Initiatives")

 

Dengan dimulainya revolusi industri 4.0 semakin banyak organisasi memberikan perhatian lebih dan alokasi sumber daya untuk menciptakan dan mengantarkan teknologi informasi dengan kualitas baik dan dalam tempo cepat. Terdapat sebuah metodologi dalam pembuatan teknologi informasi yang bertujuan untuk mempercepat deployment dan delivery sebuah fitur baru tanpa menyampingkan kualitas dari tekonologi informasi tersebut, yaitu: Continuous Integration (CI), dan Continuous Deployment (CD) (Humble & Farley, 2010). Kajian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan Continuous Integration dan Continuous Deployment dalam Industri 4.0 pada bidang Teknologi Informasi.

2.        Landasan Teori

Dalam pembuatan teknologi informasi terdapat sebuah dasar tahapan atau kerangka kerja pembuatan teknologi informasi, yaitu System Development Life Cycle (SDLC). Terdapat beberapa tipe SDLC, yaitu: Waterfall Model, B-Model, V-Model, Sprial Model, Agile, dan Scrum Model (Ruparelia, 2010).

Metode SDLC Agile, dimana dalam metode agile memiliki konsep utama seperti dapat beradaptasi dengan perubahan yang cepat, memastikan pengguna teknologi informasi mendapatkan kualitas teknologi informasi yang baik, dan mengurangi risiko dari tahapan pembuatan teknologi informasi karena teknologi informasi yang dibuat akan dilakukan deployment dalam bagian kecil (Sharma, et al., 2012).

Continuous Integration (CI) dan Continuous Deployment (CD) dikenalkan pertama kali pada tahun 2000 oleh Martin Fowler yang selanjutnya dikembangkan oleh J. Humble dan D.Farley. Metode Continuous Integration dan Continuous Deployment memiliki keunggulan utama yaitu mengurangi risiko dan dapat diandalkan (Arachchi & Perera, n.d.).

3.        Metode Analisis

Kajian pemanfaatan continuous integration dan continuous deployment pada industri 4.0 dilakukan dengan cara mengumpulkan referensi terkait dengan kata kunci revolusi industri 4.0, continuous integration, continuous deployment.

Referensi dari tiga kata kunci tersebut selanjutnya dipelajari, dipahami, dan dianalisa serta dicari hubungan keterkaitan satu dengan lainnya untuk selanjutnya dideskripsikan dan diambil kesimpulan.

Hasil kajian ini selanjutnya dapat dijadikan pertimbangan salah satu cara pengembangan teknologi informasi dalam industri 4.0. Tahapan kajian yang akan dilakukan digambarkan seperti pada Gambar 2.



Gambar 2 Tahapan Kajian

 

4.        Hasil dan Pembahasan

a.        Pengenalan Industri 4.0

Industri 4.0 merupakan revolusi industri yang mulai berkembang pada tahun 2011 pada saat Hanover Fair. Adapun beberapa pendapat ahli tentang Industri 4.0 dalam garis besar adalah sebagai berikut (Tay, et al., 2018):

a. Kagermann, Wahlster, Johannaes: Industri 4.0 memanfaatkan komunikasi antar teknologi dan inovasi untuk menaikkan kualitas manufaktur.

b. Qin, Liu, dan Grosvenor: Industri 4.0 menyediakan efisiensi dalam pengumpulan data secara cerdas, membuat keputusan secara benar, dan melakukan eksekusi terhadap keputusan tersebut tanpa keraguan.

c. Schumacher, Erolo, dan Smith: Industri 4.0 merupakan kumpulan dari jaringan teknologi tingkat tinggi yang didalamnya terdapat Services, Automation, Artificial Intelligence, dan Internet of Things.

d. Wang et al: Industri 4.0 memanfaatkan seluruh teknologi, mekanisme proses pembuatan teknologi yang cepat dan infrastruktur yang dapat melewati tantangan dunia internasional dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas bidang industri.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas bahwa konsep utama yang dibutuhkan agar dapat mengimplementasi Industri 4.0 yaitu kemampuan sebuah teknologi untuk saling berkomunikasi dalam memecahkan sebuah masalah dengan memanfaatkan data yang telah dikumpulkan dan diolah terlebih dahulu serta mampu memberikan sebuah solusi.


b.  Teknologi Informasi Pada Industri 4.0 dan Metode Pendukung Pembuatan Teknologi Informasi

Dalam industri 4.0 bidang teknologi informasi digunakan sebagai alat bantu dalam melakukan pengumpulan data, melakukan pengolahan data yang telah terkumpul dan memberikan sebuah solusi berdasarkan hasil pengolahan data tersebut.

Pengembangan teknologi informasi dalam Industri 4.0 menghadapi sebuah kendala baru dimana dalam pembuatan teknologi informasi yang baru akan menjadi semakin kompleks dengan adanya interaksi antar komponen teknologi informasi (Meśko, 2016). Untuk mengurangi kompleksitas dan melakukan mitigasi terhadap kesalahan sistem dalam teknologi informasi ataupun melakukan perbaikan sistem secara cepat, maka dibutuhkan sebuah metode yang dapat beradaptasi dengan kebutuhan dalam industri 4.0.

Metode agile merupakan salah satu metode pengembangan teknologi informasi yang memikiki karakteristik kemampuan beradaptasi dengan kebutuhan yang berubah dengan cepat. Dengan memanfaatkan metode agile dapat meningkatkan kualitas dari setiap rilisnya fitur dalam sebuah teknologi informasi dan menjaga konsistensi kualitas teknologi informasi tersebut (Jovanovic, et al., 2015). Tahapan dari metode agile dapat dilihat pada Gambar 3, dan perbedaan karakteristik metode tradisional dengan metode agile dapat lihat pada Gambar 4.

Gambar 3 Tahapan Metode Agile Developement Life Cycle


Gambar 4 Karakteristik Metode Agile (Jovanovic, et al., 2015)


Dalam pembuatan teknologi informasi dengan menggunakan metode agile perlu dilakukan penyesuaian selanjutnya dengan memanfaatkan metode Test-Driven Development, dimana pada setiap tahapan dalam metode agile akan dilakukan beberapa test terlebih dahulu untuk memberikan jaminan terhadap kualitas yang dihasilkan (Software Value, n.d.).


Gambar 5 Tahapan Test-Driven Development (Software Value, n.d.)


c.  Pemanfaatan Continuous Integration dan Continuous Deployment dan Manfaat Bagi Organisasi

Dengan memanfaatkan metode agile dan metode test-driven development dapat dipastikan setiap produk teknologi informasi yang dihasilkan akan memiliki kualitas yang konsisten. Dalam industri 4.0 integrasi sistem merupakan salah satu kunci yang harus dapat dipenuhi. Berdasarkan hal tersebut maka pengembangan teknologi informasi akan memanfaatkan satu metode yaitu Continuous Integration (CI) dan Continuous Deployment (CD).

Continuous Integration (CI) merupakan metode pembuatan teknologi informasi dimana developer secara teratur melakukan merge kode mereka ke dalam pusat repository dan melakukan test secara otomatis, dan Continuous Deployment (CD) dalam pembuatan teknologi dimana kode tersebut akan secara otomatis dibuat dan dilakukan uji coba, serta dilakukan deployment saat uji coba terhadap kode dalam teknologi informasi tersebut berhasil.

Sebuah perusahaan dibidang Internet of Services mengadakan sebuah survei 72 perusahaan yang mengadopsi continuous deployment pada bulan Oktober 2013. Dalam temuan mereka, sejumlah 94% responden memiliki pendapat proses deployment menjadi lebih bebas risiko dari terjadinya kesalahan, dari 72 perusahaan tersebut otomasi membuat deployment menjadi lebih cepat dan bebas risiko (Octopus Deploy, 2013).

Dalam paper berjudul Usage, Costs, and Benefits of Continuous Integration in Open- Source Projects menjelaskan bahwa 87 dari 442 pengembang teknologi informasi memanfaatkan continuous integration karena continuous integration membuat para pengembang tidak khawatir teknologi informasi yang mereka buat tidak akan gagal dalam proses pembuatan, 79% menyatakan bahwa continuous membantu para pengembang mendapatkan permasalahan dalam teknologi informasi sebelum teknologi tersebut dimanfaatkan atau dipublish secara umum, dan 53% menyatakan bahwa para pengembang lebih mudah untuk melakukan integrasi (Hilton, et al., n.d.). Adapaun beberapa alasan lainnya dapat dilihat pada Gambar 6.



Gambar 6 Alasan Pengembang Teknologi Dalam Memanfaatkan Continuous Integration



Cloudbees menjelaskan bahwa kegagalan dalam sebuah teknologi informasi disebabkan oleh 40% human error, 30% software quality, 20% file yang hilang, 10% lainnya, dan dapat disimpulkan bahwa kegagalan tersebut sebagian besar dapat dihindari dengan memanfaatkan continuous integration (Cloudbees, n.d.). Dapat kita simpulkan bahwa continuous integration dan continuous deployment memberikan keunggulan yaitu sebagai berikut:

1.      Proses deployment teknologi informasi memiliki risiko lebih kecil.

2.      Membantu pengembang teknologi informasi melakukan mitigasi permasalahan dalam teknologi tersebut sebelum dipublish secara umum

3.      Kemudahan dalam melakukan integrasi.

Dengan keunggulan-keunggulan yang telah disebutkan sebelumnya, manfaat yang diberikan apabila hal tersebut diimplementasikan pada pelaksanaan pengembangan sistem aplikasi lingkup Direktorat Jenderal Kekayaan Negara tim pengembang dapat melakukan deployment yang memiliki tingkat risiko error lebih kecil, dan pengembang dapat fokus tahapan-tahapan lebih lanjut karena telah dilakukannya automated test.

5.      Kesimpulan

Pemanfaatan Continuous Integration dan Continuous Deployment dalam industri 4.0 dapat menjadi salah satu cara untuk memastikan setiap teknologi informasi yang akan digunakan untuk melakukan pengumpulan data, dan pemrosesan data berjalan dengan baik tanpa mengalami kendala yang pada umumnya disebabkan oleh kesalahan dalam deployment yang dilakukan secara manual, dan tidak terdapat deteksi dini terhadap permasalahan dalam teknologi informasi yang dibangun. Pemanfaatan continuous integration dan continuous deployment akan memanfaatkan keunggulan dari metode agile, dimana setiap tahapan akan dilakukan uji coba terlebih dahulu sebelum lanjut kedalam tahapan berikutnya. Hal ini dilakukan dengan tujuan setiap proses yang dilewati akan memiliki kualitas yang baik dan konsisten.

DAFTAR PUSTAKA

 

Kagermann, P. D. H., Wahlster, P. D. W. & Helbig, D. J., 2013. Recommendations for implementing the strategic initiative INDUSTRIE 4.0. Frankfrut: Secretariat of The Platform Industrie 4.0.

Humble, J. & Farley, D., 2010. Continuous Delivery. Boston: Pearson Education, Inc..

Tay, S. I., Aziati, A. H. N., Chuan, L. T. & Ahmad, A. N. A., 2018. An Overview of Industry 4.0: Definition, Components, and Government Initiatives. Journal of Advanced Research in Dynamical and Control Systems, 10(14), pp. 1379-1387.

Meśko, M., 2016. A Complexity View of Industry 4.0. SAGE Open.

Jovanovic, M., Mas, A., Lalic, B. & Mesquida, A. L., 2015. The Agile Approach In Industrial and Software Engineering Project Management. Applied Engineering Science, 13(4), pp. 213-216.

Software                         Value,                         n.d.                         Software                         Value.                        [Online] Available at: https://www.softwarevalue.com/media/1084269/test-driven-development-in-agile.pdf

Octopus Deploy, 2013. The Benefits of Deployment Automation, s.l.: s.n.

Hilton, M. et al., n.d. Usage, Costs, and Benefits of Continuous Integration in Open-Source Projects, s.l.: s.n. Cloudbees,      n.d.                                     What              is                       Continuous                                    Deployment?.                [Online] Available at: https://www.cloudbees.com/resources/continuous-delivery-101/continuous-deployment

Ruparelia, N., 2010. Software Development Lifecycle Models. ACM SIGSOFT Software Engineering.

Sharma, S., Sarkar, D. & Gupta, D., 2012. Agile Processes and Methodologies: A Conceptual Study. International Journal on Computer Science and Engineerning, 4(5), pp. 892-898.

Arachchi, S. A. I. B. S. & Perera, I., n.d. Continuous Integration and Continuous Delivery Pipeline Automation for Agile Software Project Management. s.l., s.n.

 

Penulis: Ibnu Aulia Nugraha Alihaq (Staf Sub Bagian Umum) 

Mewakili Keluarga Besar KPKNL Biak


Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini