Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Gaya Hidup Minimalis adalah Kunci untuk Pegawai DJKN
Yenni Ratna Pratiwi
Rabu, 27 Januari 2021   |   424 kali

Gaya hidup minimalis adalah salah satu pilihan dalam menjalani kehidupan dengan cara memiliki barang yang dibutuhkan bukan yang diinginkan. Minimalis bukan berarti memiliki barang-barang yang murah atau sebaliknya memiliki barang-barang mahal.

Inti dari kehidupan minimalis adalah hidup sesederhana, serapi dan senyaman mungkin dalam setiap aspek kehidupan. Mengapa pegawai DJKN harus memilih gaya hidup ini? Menurut penulis, ada 2 (dua) alasan mengapa kita harus mengikuti gaya hidup minimalis :

(1)  Terkadang kita iri atau tidak puas terhadap hal – hal  yang kita miliki dibanding dengan kepemilikan orang lain. Mobil, sepeda motor, pakaian bahkan telepon genggam yang telah kita miliki tidak dapat memberi kepuasan. Mengapa ? karena tanpa sadar, kita terus menerus membandingkan benda yang kita miliki dengan milik orang lain apakah lebih bagus? Apakah lebih baik? Apakah lebih pantas? Dan lain-lain.

(2)  Sebagai Pegawai Direktorat Jenderal Kekayaan Negara yang terikat pada sistem mutasi, gaya hidup yang paling baik saat ini  yang dapat kita kita lakukan adalah dengan meminimalisir barang yang kita punya atau bergaya hidup minimalis. Sistem mutasi DJKN yang merotasi pegawainya 3 tahun sampai dengan 5 tahun sekali, tentu akan menyulitkan pegawai dan keluarga  ketika harus berpindah kota tugas. Tentunya perlu diingat bahwa unsur pindah kota tugas antara lain adalah mengirim barang-barang keperluan tempat tinggal atau membelinya akan menghabiskan biaya dan usaha yang tinggi setiap kali berpindah tugas.

Menurut Fumio Sasaki dalam Bukunya “Goodbye Things, Hidup Minimalis ala Orang Jepang”, konsep minimalisme adalah dengan mengurangi jumlah kepemilikan, sehingga kita bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Kita cukup memiliki barang-barang yang paling pokok dan hidup hanya dengan barang-barang tersebut. Tujuannya agar kita bisa lebih fokus terhadap hal-hal yang sungguh penting bagi hidup kita.

Berangkat dari itu semua, Fumio Sasaki mulai mengurangi barang-barang yang ia punya. Ada barang yang disumbangkan, diberikan orang lain, ataupun dijual. Pada akhirnya ia pun memutuskan pindah ke apartemen yang lebih kecil dan merasa lebih bahagia dengan itu semua.

Bagaimana cara memulai gaya hidup minimalis ini? Penulis berpendapat bahwa langkah pertama yang harus dilakukan adalah dengan membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Sehingga kita dapat menentukan untuk memilah barang yang memang menjadi kebutuhan sehari-hari dan mulai berpisah dengan barang yang sebetulnya tidak kita perlukan atau hanya menjadi keinginan.

Tujuan utama dari gaya hidup minimalis adalah memberikan kebebasan bagi para penggunanya. Kebebasan dari stres karena memikirkan kehidupan sosial, pusing karena masalah keuangan atau rumah yang berantakan karena terlalu banyak barang. Untuk itulah konsep minimalisme mengajarkan kita untuk menghindari sifat berlebihan dan menghilangkan hal-hal yang sebenarnya tidak berguna bagi hidup kita.

Dalam kehidupan sehari-hari tidak jarang kita memiliki beberapa barang yang sebetulnya bisa diringkas menjadi satu barang saja dan membuang sisanya. Seperti dengan memiliki ponsel pintar, kita membawa-bawa telepon, kamera, TV, Pemutar Musik, konsol mainan, jam, kalender, senter, peta, bahkan notes.

            Pada akhirnya ketika kita memilih hidup minimalis, maka kita tidak akan merasa kesulitan ketika akan berpindah-pindah tempat tugas dalam rangka melaksanakan tugas dari DJKN dan merasa nyaman dengan barang-barang yang kita punya. Pastikan barang yang kita punyai memang dibutuhkan, tidak hanya sekedar keinginan kita semata. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, gaya hidup minimalis adalah kunci bagi pegawai DJKN untuk melaksanakan tugasnya sebagai abdi negara yang bersedia ditempatkan di mana saja.

“BELI FUNGSI, BUKAN GENGSI

JANGAN SUKA KEBANYAKAN GAYA, JIKA MEMANG TAK PUNYA

(Penulis : Deni Atif Hidayat – KPKNL Banjarmasin)

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini