Gaya hidup minimalis adalah salah satu pilihan dalam
menjalani kehidupan dengan cara memiliki barang yang dibutuhkan bukan yang
diinginkan. Minimalis bukan berarti memiliki barang-barang yang murah atau
sebaliknya memiliki barang-barang mahal.
Inti dari kehidupan minimalis adalah hidup sesederhana,
serapi dan senyaman mungkin dalam setiap aspek kehidupan. Mengapa pegawai DJKN harus
memilih gaya hidup ini? Menurut penulis, ada 2 (dua) alasan mengapa kita harus
mengikuti gaya hidup minimalis :
(1) Terkadang kita iri atau tidak puas terhadap hal – hal yang kita miliki dibanding dengan kepemilikan orang lain. Mobil, sepeda motor, pakaian bahkan telepon genggam yang telah kita miliki tidak dapat memberi kepuasan. Mengapa ? karena tanpa sadar, kita terus menerus membandingkan benda yang kita miliki dengan milik orang lain apakah lebih bagus? Apakah lebih baik? Apakah lebih pantas? Dan lain-lain.
(2) Sebagai
Pegawai Direktorat Jenderal Kekayaan Negara yang terikat pada sistem mutasi,
gaya hidup yang paling baik saat ini yang dapat kita kita lakukan adalah dengan meminimalisir
barang yang kita punya atau bergaya hidup minimalis. Sistem mutasi DJKN yang merotasi
pegawainya 3 tahun sampai dengan 5 tahun sekali, tentu akan menyulitkan pegawai
dan keluarga ketika harus berpindah kota tugas. Tentunya perlu diingat
bahwa unsur pindah kota tugas antara lain adalah mengirim barang-barang
keperluan tempat tinggal atau membelinya akan menghabiskan biaya dan usaha yang
tinggi setiap kali berpindah tugas.
Menurut Fumio Sasaki dalam Bukunya “Goodbye Things, Hidup Minimalis ala Orang Jepang”, konsep
minimalisme adalah dengan mengurangi jumlah kepemilikan, sehingga kita bisa
membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Kita cukup memiliki barang-barang
yang paling pokok dan hidup hanya dengan barang-barang tersebut. Tujuannya agar
kita bisa lebih fokus terhadap hal-hal yang sungguh penting bagi hidup kita.
Berangkat dari itu semua, Fumio Sasaki mulai mengurangi
barang-barang yang ia punya. Ada barang yang disumbangkan, diberikan orang
lain, ataupun dijual. Pada akhirnya ia pun memutuskan pindah ke apartemen yang
lebih kecil dan merasa lebih bahagia dengan itu semua.
Bagaimana cara memulai gaya hidup minimalis ini? Penulis
berpendapat bahwa langkah pertama yang harus dilakukan adalah dengan membedakan
antara kebutuhan dan keinginan. Sehingga kita dapat menentukan untuk memilah
barang yang memang menjadi kebutuhan sehari-hari dan mulai berpisah dengan
barang yang sebetulnya tidak kita perlukan atau hanya menjadi keinginan.
Tujuan utama dari gaya hidup minimalis adalah memberikan
kebebasan bagi para penggunanya. Kebebasan dari stres karena memikirkan
kehidupan sosial, pusing karena masalah keuangan atau rumah yang berantakan
karena terlalu banyak barang. Untuk itulah konsep minimalisme mengajarkan kita
untuk menghindari sifat berlebihan dan menghilangkan hal-hal yang sebenarnya
tidak berguna bagi hidup kita.
Dalam kehidupan sehari-hari tidak jarang kita memiliki
beberapa barang yang sebetulnya bisa diringkas menjadi satu barang saja dan
membuang sisanya. Seperti dengan memiliki ponsel pintar, kita membawa-bawa
telepon, kamera, TV, Pemutar Musik, konsol mainan, jam, kalender, senter, peta,
bahkan notes.
Pada akhirnya ketika kita memilih
hidup minimalis, maka kita tidak akan merasa kesulitan ketika akan
berpindah-pindah tempat tugas dalam rangka melaksanakan tugas dari DJKN dan
merasa nyaman dengan barang-barang yang kita punya. Pastikan barang yang kita
punyai memang dibutuhkan, tidak hanya sekedar keinginan kita semata. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa, gaya hidup minimalis adalah kunci bagi pegawai DJKN
untuk melaksanakan tugasnya sebagai abdi negara yang bersedia ditempatkan di
mana saja.
“BELI
FUNGSI, BUKAN GENGSI
JANGAN
SUKA KEBANYAKAN GAYA, JIKA MEMANG TAK PUNYA”
(Penulis
: Deni Atif Hidayat – KPKNL Banjarmasin)