Pernahkah Anda merasa
khawatir akan masa depan yang belum terlewati? Atau berpikir terlalu banyak
terhadap hal-hal yang sudah terjadi? Tentu jawaban dari kedua pertanyaan
tersebut tidak kita miliki secara pasti karena banyak hal yang jauh di luar
kendali. Sebagai insan Kementerian Keuangan yang memiliki wilayah kerja di seluruh
Indonesia, khawatir akan mutasi kerja yang mengakibatkan jauh dari keluarga dan
beradaptasi di tempat yang belum pernah dikunjungi dapat menjadi beban pikiran
banyak pegawai. Belum lagi, banyaknya target kinerja yang belum tercapai dapat
menjadi pemicu overthinking.
Namun perlu
diketahui bahwa menurut penelitian, kecemasan dan overthinking terhadap
suatu keadaan akan memengaruhi kinerja otak, memengaruhi sistem pencernaan, merusak
kesehatan kulit, dan yang paling parah bisa menurunkan fungsi jantung serta
menekan sistem kekebalan tubuh. Duh! Hanya karena berpikir terlalu
banyak, kita bisa jadi keriput dan sakit-sakitan.
Nah, solusi
dari permasalahan tersebut ialah menerapkan sikap mindfulness pada diri
kita. Istilah mindfulness menurut Jon Kabat-Zinn berarti
kesadaran yang muncul dari memperhatikan dengan sengaja, pada saat ini, dan
tanpa menghakimi.
Kunci dari mindfulness adalah
memberikan perhatian (atensi) dengan cara tertentu. Perhatian adalah pintu
menuju kesadaran. Kita tidak akan menyadari apa yang terjadi tanpa memberikan
perhatian kepadanya. Namun, perhatian yang kita berikan perlu dilakukan dengan
cara tertentu yaitu: on
purpose (secara sengaja; diniatkan), in the present moment (pada
saat ini), non-judgmentally (tanpa
menghakimi).
Memberikan perhatian
secara sengaja
Mindfulness adalah tentang memberikan perhatian secara sengaja, artinya kita
sengaja memberikan perhatian pada sesuatu. Misalnya, saat membaca tulisan ini,
apakah Anda menyadari apa yang Anda baca atau hanya membacanya secara otomatis?
Sebagian besar pikiran, perasaan, dan perilaku kita terjadi secara otomatis. Sampai-sampai
kita lupa memperhatikannya. Menerapkan mindfulness artinya memperhatikan
diri kita secara sengaja, mendengarkan apa yang dikatakan orang lain secara
penuh perhatian, dan mencermati perilaku kita sendiri secara sadar.
Memberikan perhatian
pada saat ini
Mindfulness adalah tentang memberikan perhatian pada apa yang ada, bukan
apa yang belum ada atau bahkan tidak ada. Tidak memikirkan masa depan yang
masih misteri atau masa lalu yang sudah lewat terjadi. Hadir utuh, di sini dan
pada saat ini. Lakukanlah kegiatan apapun secara sadar, baik kegiatan yang
besar maupun sekedar memperhatikan lawan bicara. Misalnya saat makan, makanlah
secara sadar. Nikmati apa yang terhidang tanpa memikirkan setelah ini makan
apa, atau besok menunya apa. Cukup nikmati apa yang ada saat ini. Menurut riset, kemampuan untuk memberikan perhatian pada setiap
momen yang sedang dijalani adalah kunci kebahagiaan.
Tidak menghakimi
Mindfulness berarti mengamati bukan menghakimi. Tidak perlu melabeli
apapun yang kita alami saat ini, entah baik-buruk atau benar-salah. Cukup
memperhatikan dan mengalaminya secara sadar dan penuh. Membiarkan diri kita
menggunakan seluruh indranya untuk merasakan apa yang terjadi dan memberikan
perhatian penuh pada diri kita juga pada seseorang atau sesuatu di depan kita.
Mellihat, mendengar, dan merasa apa adanya tanpa berusaha menilai dan
menghakiminya.
Mungkin terasa mudah
untuk dipelajari namun sulit untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
karena terkadang rasa sedih dan kecewa kadang hadir tanpa kita kehendaki. Terrnyata
kita bisa mengontrol cara berpikir agar dapat menerapkan sikap ini. Sama seperti cara kita dapat mengubah
bentuk tubuh dengan melakukan latihan-latihan otot. Ketika kita berlatih mengontrol
cara berpikir, kita membangun kapasitas untuk menjadi sadar akan pemikiran dan
emosi.
Hubungan mindfulness
dengan cara kerja otak
Otak manusia adalah
organ yang sangat kompleks dan menakjubkan, terdapat 100 miliar neuron yang tersusun secara
kompleks dengan 100 triliun hubungan yang diduga terlibat di dalamnya dengan
alur sinyal neural yang jumlahnya hampir tak terhingga sehingga menjadi luar
biasa dan sulit dipahami secara komprehensif[1].
Sebesar 90 persen dari aktivitas terjadi di alam bawah sadar. Walaupun kita
merasa memiliki kontrol terhadap bagaimana berpikir, merasakan, dan
berperilaku, sains modern menunjukkan tidak sesederhana itu.
Konsep neuroplastisitas
adalah bidang ilmu baru dan menarik yang menyoroti bahwa otak terus menerus
dibentuk kembali sepanjang hidup kita oleh pengalaman maupun pikiran. Konsep
ini memaparkan bahwa fokus dari kesadaran kita akan menentukan jaringan otak
mana yang diperkuat dan mana yang melemah atau bahkan hilang jika kita tidak
memperkuatnya.
Sebagai contoh, ketika
kita terjebak dalam kekhawatiran, maka hal itu akan memperkuat jaringan di
dalam otak yang berhubungan dengan fungsi tersebut yang disebut amigdala.
Bagian ini yang mengaktifkan kapan kita merasa stres atau cemas kemudian
melepaskan hormon dan bahan kimia seperti kortisol[2]
dan adrenalin. Itu sebabnya stres memiliki dampak besar pada kesehatan kita, semakin
kita berpikir buruk akan suatu hal maka kita akan semakin menjadi lebih khawatir
dan cemas berlebihan.
Namun jika kita berlatih
untuk tenang dan fokus, otak akan memperkuat jaringan otak dengan baik sehingga
dapat membantu mengelola emosi dan merespon dengen fleksibel bahkan saat kita
merasa kewalahan. Penerapan
mindfulness dapat membantu kita mengelola proses ini secara lebih
efektif dengan membangun keterampilan konsentrasi, perhatian, dan kapasitas
untuk mengarahkan kesadaran kita terhadap suatau masalah tertentu. Sehingga,
kecil kemungkinan untuk kita dapat dengan mudah mengalami emosi yang kuat yang
dikendalikan oleh amigdala.
Ketika
pikiran kita menjadi lebih tenang, sistem saraf mampu memperoleh informasi yang
lebih akurat dan dapat mengakses kapasitas untuk kreativitas, fleksibilitas dan
pemikiran lateral yang memungkinkan kita untuk mengelola diri hadapi situasi
yang menantang dengan lebih terampil. Saat menerapkan sikap mindfulness,
tentu saja kita masih mengalami perasaan negatif seperti frustasi, kekecewaan
atau ketakutan, tetapi penelitian menunjukkan bahwa kita pulih lebih cepat. Hal
ini juga menunjukkan bahwa kita juga berperan aktif dalam mengubah cara
struktur otak kita untuk berkembang dalam banyak hal.
Manfaat Menerapkan Mindfulness
Salah satu
tujuan mindfulness yaitu untuk mencapai
kesadaran penuh pada diri sendiri. Dengan memulai niat dalam hati supaya
tersadar, merasakan sensasi yang mengalir secara alami dan diharapkan menjadi
fokus dan tenang ketika menghadapi sesuatu yang tidak terduga. Contohnya, jika
kita telah melatih otak untuk menerapkan mindfulness lalu mendapat Surat
Keputusan (SK) mutasi kerja yang tidak sesuai harapan, tentu kita akan
merasakan sedih dan kecewa namun pikiran kita secara sadar dan cepat mencari solusi
serta memberikan kebaikan atas kejadian itu, sehingga kita tidak berpikir terlalu
jauh atas kekecewaan yang dirasakan.
Popularitas mindfulness
telah didukung oleh banyak penelitian[3] yang menunjukan bahwa
dalam penerapannya dapat menstabilkan pengaturan diri sehingga mengurangi stres
dan kecemasan, meningkatan perhatian dan memori, meningkatkan kreativitas,
memperbaiki suasana hati, lebih mencintai diri sendiri serta dapat menikmati
hidup. Hal ini juga membantu menyelaraskan
perasaan terhadap orang lain dengan merasakan empati dan pengertian yang
mendalam. Manfaat yang paling penting yang dapat kita rasakan adalah
terbentuknya pikiran sehat dan tubuh yang lebih segar dan siap untuk menghadapi
kehidupan kedepannya.
[1] https://uad.ac.id/id/pendidikan-sepanjang-hayat-dan-plastisitas-otak/, diakses pada hari Selasa, 23 Juni 2022
pukul 10:14
[2] Hormon kortisol adalah jenis hormon
steroid yang memengaruhi bagaimana tubuh merespons stress, dikutip pada laman https://hellosehat.com/sehat/informasi-kesehatan/hormon-kortisol-adalah/, diakses pada hari Sealsa, 23 Juni 2022
pukul 10:44
[3] https://www.mindful.org/the-science-of-mindfulness/,
diakses pada hari Selasa, 23 Juni 2022 pukul 10:14