Indonesia, negara yang terdiri dari banyak pulau yang
dihubungkan oleh laut nusantara, memiliki beragam budaya daerah. Kondisi
geografis yang unik di berbagai wilayah telah memunculkan perkembangan tradisi
budaya yang berbeda. Budaya-budaya daerah tersebut berkontribusi terhadap
kekayaan budaya bangsa secara keseluruhan dan menjadi kebanggaan bangsa. Selain
itu, mereka juga menjadi daya tarik utama bagi wisatawan. Padahal, bangsa Indonesia
telah diakui oleh UNESCO melalui perkataan Farid, Direktur Jenderal Kebudayaan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yang memiliki ekosistem budaya yang luas
sehingga menjadikannya sebagai negara adidaya budaya di kancah global (Lintangbanun,
2018).
Pengertian budaya nasional adalah budaya yang dimiliki
oleh suatu negara sebagai warisan yang turun temurun yang mencerminkan jati
diri bangsa. Budaya nasional memiliki fungsi sebagai pedoman dalam usaha
mempererat persatuan masyarakat yang majemuk. Pemahaman yang baik terhadap
budaya nasional dapat menghindarkan masyarakat dari perpecahan akibat
beragamnya budaya. Budaya nasional memiliki beberapa ciri – ciri yaitu mencerminkan
nilai luhur bangsa, mengandung unsur pemersatu bangsa, menciptakan jati diri bangsa,
dan menjadi kebanggaan seluruh masyarakat bangsa (Zuhriyah,
2023).
Keragaman budaya bangsa Indonesia memiliki hubungan
dengan keberadaan tradisi yang tumbuh dan berkembang di Masyarakat. Secara
umum, tradisi di Indonesia memiliki latar belakang yang berkaitan dengan adat
istiadat, kepercayaan, agama, dan kebiasaan yang dipraktikkan dan diwariskan
secara turun temurun (Widaty
dkk. 2021). Tradisi
dapat disebut juga kearifan lokal yang terdapat dalam suatu susunan sosial masyarakat.
Menurut Saihu dan
Mailana (2019), kearifan
lokal (local wisdom) adalah usaha manusia berdasarkan akal budinya untuk
bersikap terhadap suatu peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar mereka. Kearifan
lokal adalah sebuah ruang interaksi yang melibatkan pola hubungan antara
manusia dengan tuhan, sesama manusia, dan lingkungan fisiknya.
Salah satu ciri khas budaya yang ada di masyarakat
Indonesia adalah pelaksanaan ritual. Humaeni (2016) dalam Widaty dkk.
(2021)
menjelaskan bahwa ritual dilakukan untuk memecahkan permasalahan kehidupan masyarakat
atau tujuan simbolik lainnya. Begitu juga dengan masyarakat di daerah
Kalimantan Timur yang masih melaksanakan praktik ritual budaya. Masyarakat suku
Paser merupakan salah satu sub suku Dayak yang menetap di wilayah Kota
Balikpapan, Kabupaten Paser dan Kabupaten Penajam Paser Utara. Mereka masih
melaksanakan berbagai ritual yang berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat. Beberapa
contoh ritual yang masih dilestarikan oleh suku Paser antara lain:
1.
Upacara Balian
Balian merupakan upacara adat yang bertujuan sebagai
sarana media pengobatan tradisional untuk penyakit jasmani maupun rohani yang
tidak bisa disembuhkan secara medis. Menurut Helim & Syahriana (2019) dalam Widaty
dkk (2023), masyarakat suku Paser mempercayai upacara Balian sebagai bentuk
penghormatan, dan kepercayaan serta wujud rasa syukur mereka terhadap roh
leluhur. Upacara Balian memiliki tiga tahapan pelaksanaan yaitu persiapan, inti
upacara, dan penutupan. Pelaksanaan upacara Balian dipimpin oleh seorang pemelian
yang diikuti oleh pelaku upacara yaitu pengugu ramu, balian dadas, pembaca
mantra, penyaji sesajen, dan pemain musik. Upacara Balian mengandung makna
doa-doa keselamatan agar masyarakat terhindar dari marabahaya.
2.
Nondoi
Nondoi merupakan salah satu jenis upacara Balian masyarakat
suku Paser yang menjadi festival budaya di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU).
Upacara Nondoi merupakan salah satu ritual adat tertua bagi masyarakat suku Paser.
Upacara ini pertama kali dilaksanakan oleh Nalau Raja Nondoi, salah satu raja Kasultanan
Paser. Nondoi merupakan upacara adat yang bertujuan untuk bersih kampung dari
hal-hal negatif yang dapat mengganggu masyarakat.
3.
Mayar Sala
Mayar Sala merupakan tradisi masyarakat suku Paser untuk
mendamaikan perselisihan atau pertikaian yang terjadi antar warga suku Paser
maupun dengan warga di luar suku Paser. Dalam tradisi Mayar Sala, kedua pihak
yang bertikai melakukan musyawarah yang dipimpin oleh seorang Mulung dan
kepala suku adat (Tuwo Kampoeng). Pelaksanaan tradisi ini diharapkan
dapat meredam terjadinya dendam kedua belah pihak yang bertikai melalui
perantara roh leluhur.
4.
Tipong Tawar
Tipong tawar merupakan mantra yang digunakan dalam ritual
pertanian yang dilakukan oleh masyarakat suku Paser. Mantra ini diyakini
sebagai media perantara antara keinginan masyarakat yang disampaikan kepada Tuhan.
Pembacaan mantra Tipong tawar dilakukan oleh seorang Balian atau dukun ketika
masa menanam padi (Nasok Nias) dan panen (Nasok Nias). Mantra Tipong
Tawar merupakan bentuk sastra lisan yang menggunakan bahasa Paser. Dalam mantra
tersebut mengandung makna harapan dan doa agar usaha pertanian mereka mendapatkan
berkah dari Tuhan. Selain itu, ritual ini juga menjadi sarana gotong royong masyarakat
dalam kegiatan menanam dan panen padi.
Keberagaman budaya masyarakat Indonesia merupakan pondasi
dalam pembangunan bangsa menuju negara maju dan sejahtera. Budaya dan tradisi
masyarakat Indonesia yang memiliki makna hubungan yang harmonis antara sesama manusia
maupun dengan alam sekitar. Hubungan harmonis tersebut dapat menjadi modal
dalam pembangunan bangsa yang berkelanjutan.
Kearifan lokal tercermin dalam tradisi masyarakat suku
Paser yang menjaga hubungan manusia dengan Tuhan dan alam sekitar melalui
berbagai upacara dan doa. Semangat dalam menjaga kerukunan dan gotong royong
masyarakat suku Paser dapat terlihat dalam tradisi Balian dan Mayar Sala. Makna
pelaksanaan tradisi tersebut menjadi nilai kearifan lokal bagi masyarakat suku
Paser. Dimana kearifan lokal tersebut
merupakan modal sosial dalam pembangunan daerah.
Namun kearifan lokal dalam masyarakat memiliki tantangan
tersendiri dalam pembangunan di era globalisasi. Globalisasi menimbulkan
perubahan pola hidup dalam masyarakat modern. Masyarakat modern cenderung
memilih budaya baru yang dinilai lebih praktis dibandingkan dengan budaya
tradisi lokal. Menurut Nahak
(2019), faktor
yang menyebabkan budaya lokal dilupakan adalah kurangnya minat generasi
sekarang untuk belajar dan mewarisi kebudayaan tersebut. Sehingga diperlukan
upaya untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya budaya lokal sebagai jati
diri bangsa. Termasuk dalam pembangunan daerah yang seharusnya memperhatikan
kearifan lokal masyarakat setempat.
Sumber
1.
Lintangbanun. 2018. “Dunia Akui Indonesia Sebagai Negara Adidaya
Kebudayaan.” Ditjen Kebudayaan. Diambil 21 Desember 2023
(https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/indonesia-negara-adidaya-kebudayaan/).
2.
Nahak, Hildgardis M. I. 2019. “UPAYA
MELESTARIKAN BUDAYA INDONESIA DI ERA GLOBALISASI.” Jurnal Sosiologi
Nusantara 5(1):65–76. doi: 10.33369/jsn.5.1.65-76.
3.
Saihu, Saihu, dan Agus Mailana. 2019.
“Teori pendidikan behavioristik pembentukan karakter masyarakat muslim dalam
tradisi Ngejot di Bali.” Ta’dibuna: Jurnal Pendidikan Islam 8(2):163–76.
doi: 10.32832/tadibuna.v8i2.2233.
4.
Widaty, Cucu, Yuli Apriati, Aldian
Hudaya, dan Siska Kusuma. 2021. “Makna Upacara Balian Dalam Ritual Pengobatan
Tradisional Suku Paser Kabupaten Paser.” Jurnal Sosiologi Pendidikan Humanis
6(1):55–64. doi: 10.17977/um021v6i1p55-64.
5.
Zuhriyah, Umi. 2023. “Ciri-Ciri Budaya
Nasional, Sumber, dan Contohnya di Indonesia.” tirto.id. Diambil 21
Desember 2023
(https://tirto.id/pengertian-budaya-nasional-contoh-dan-sumbernya-gShg).
6.
https://kaltim.idntimes.com/life/inspiration/melani-indra-hapsari/kisah-paser-balik-suku-asli-balikpapan-minoritas-di-kota-sendiri?page=all
7.
https://infopaser.id/mengenal-suku-dayak-paser-kalimantan-timur/
8.
https://mediakaltim.com/festival-nondoi-2023-siap-digelar-ada-upacara-adat-khusus-pj-bupati-ppu/
9.
https://kaltim.antaranews.com/berita/125465/lembaga-adat-paser-kabupaten-ppu-bersiap-gelar-ritual-belian
10. https://kaltim.idntimes.com/life/education/ervan-masbanjar-1/menengok-tradisi-mayar-sala-cara-suku-paser-mendamaikan-perselisihan?page=all
11. https://travel.detik.com/travel-news/d-4711673/mengenal-nondoi-tradisi-adat-berbalut-mistis-di-ibu-kota-baru